elsunniyu
Friday, 23 October 2015
Surat An-Naba'
اَلنَّبَأُ
SURAT AN-NABA
﮲
(BERITA BESAR)
Surat ke 7
8
diturunkan di Makkah terdiri dari
40
ayat,
1
7
3
kata dan
770
huruf.
بِسْمِ اللّه
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
عَمَّ يَتَسَاءلُونَ -١-
1. Tentang apakah mereka saling bertanya?
‘Ammā yatasā-alūn (tentang apakah mereka saling bertanya), yakni apakah yang diperbincangkan kaum Quroisy?
عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ -٢-
2. Tentang berita yang besar,
‘Anin naba-il ‘azhīm (tentang berita yang besar), yakni tentang informasi al-Quran yang agung, luhur, dan mulia.
Ada yang berpendapat, tentang berita yang besar (hari berbangkit),
الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ -٣-
3. Yang mereka perselisihkan tentangnya.
Alladzī hum fīhi mukhtalifūn (yang mereka perselisihkan tentangnya), yakni ada yang mendustakan Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur
﮲
an dan ada pula yang membenarkannya. Hal itu terjadi ketika Jibril datang menemui Nabi Muhammad SAW. dengan membawa Al-Qur
﮲
an. Kemudian Nabi SAW. membacakannya kepada orang-orang. Sejak saat itulah orang-orang mulai memperbincangkannya (apa yang dibawa Al-Qur
﮲
an) dengan sesama mereka, sebagian ada membenarkannya, dan sebagian lagi mendustakannya. Menurut pendapat lain, yang diperselisihkan adalah hari berbangkit.
كَلَّا سَيَعْلَمُونَ -٤-
4. Janganlah begitu! Nanti mereka akan tahu.
Kallā (janganlah begitu). Ungkapan ini merupakan penyangkalan terhadap orang-orang yang mendustakan. Sa ya‘lamūn (nanti mereka akan tahu), yakni kelak mereka akan tahu, manakala maut datang menjemput, tindakan apa yang akan Dia Timpakan terhadap mereka.
ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ -٥-
5. Janganlah begitu! Nanti mereka akan tahu.
Kallā (janganlah begitu). Ungkapan ini merupakan penyangkalan terhadap orang-orang yang mendustakan. Sa ya‘lamūn (nanti mereka akan tahu), yakni kelak mereka akan tahu, manakala maut datang menjemput, tindakan apa yang akan Dia Timpakan terhadap mereka.
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَاداً -٦-
6. Bukankah Kami telah Menjadikan bumi terbentang,
A lam naj‘alil ardho mihādā (bukankah Kami telah Menjadikan bumi terbentang), yakni laksana kasur atau tempat tidur.
وَالْجِبَالَ أَوْتَاداً -٧-
7. Dan gunung-gunung sebagai pasak?
Wal jibāla autādā (dan gunung-gunung sebagai pasak) bagi bumi agar tidak bergoncang bersama mereka.
وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجاً -٨-
8. Dan Kami telah Menjadikan kalian berpasang-pasangan.
Wa kholaqnākum azwājā (dan Kami Menjadikan kalian berpasang-pasangan), laki-laki dan perempuan.
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتاً -٩-
9. Dan Kami telah Menjadikan tidur kalian sebagai istirahat.
Wa ja‘alnā naumakum subātā (dan Kami telah Menjadikan tidur kalian sebagai istirahat), yakni sebagai waktu istirahat bagi tubuh kalian. Menurut yang lain, sebagai sesuatu yang baik lagi indah.
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً -١٠-
10. Dan Kami telah Menjadikan malam sebagai penutup.
Wa ja‘alnal laila libāsā (dan Kami telah Menjadikan malam sebagai penutup), yakni sebagai ketenangan. Menurut yang lain, sebagai pakaian. Malam itu disebut sebagai “pakaian” karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai-mana pakaian menutupi tubuh manusia.
وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشاً -١١-
11. Dan Kami telah Menjadikan siang untuk mencari penghidupan.
Wa ja‘alnan nahāro ma‘āsyā (dan Kami Menjadikan siang untuk mencari penghidupan), yakni sebagai waktu untuk pencaharian.
وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعاً شِدَاداً -١٢-
12. Dan Kami telah Membangun di atas kalian tujuh yang kokoh.
Wa banainā (dan Kami telah Membangun), yakni telah Menciptakan. Fauqakum (di atas kalian), yakni di atas kepala kalian. Sab‘an (tujuh), yakni tujuh petala langit. Syidādā (yang kokoh), yakni kuat.
وَجَعَلْنَا سِرَاجاً وَهَّاجاً -١٣-
13. Dan Kami telah Menjadikan pelita yang terang benderang.
Wa ja‘alnā sir
ō
jaw wahhājā (dan Kami telah Menjadikan pelita yang terang benderang), yakni matahari yang menyinari Bani Adam.
وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاء ثَجَّاجاً -١٤-
14. Dan Kami telah Menurunkan dari mega mendung air yang sangat lebat,
Wa aηzalnā minal mu‘shir
ō
ti (dan Kami telah Menurunkan dari mega mendung), yakni dari awan dengan perantaraan angin. Mā-aη tsajjājā (air yang sangat lebat), yakni hujan yang deras dan terus-menerus.
لِنُخْرِجَ بِهِ حَبّاً وَنَبَاتاً -١٥-
15. Supaya dengannya (air hujan) Kami dapat Mengeluarkan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
Li nukhrija bihī (supaya dengannya [air hujan] Kami dapat Mengeluarkan), yakni supaya dengan hujan itu Kami dapat Menumbuhkan. Habbaw wa nabātā (biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan), yakni segala biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan.
وَجَنَّاتٍ أَلْفَافاً -١٦-
16. Dan kebun-kebun yang rimbun.
Wa jannātin alfāfā (dan kebun-kebun yang rimbun), yakni taman-taman yang rindang. Menurut satu pendapat, yang beraneka warna.
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتاً -١٧-
17. Sesungguhnya hari penentuan telah pasti waktu(nya).
Inna yaumal fashli kāna mīqātā (sesungguhnya hari penentuan telah pasti waktu[nya]), yakni waktunya telah ditentukan bagi orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian. Mereka semua akan berkumpul pada hari itu.
يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجاً -١٨-
18. Pada hari sangkakala ditiup, maka kalian akan datang dengan berduyun-duyun,
Yauma yuηfakhu fish shūri (pada hari sangkakala ditiup), yakni tiupan kebangkitan. Fa ta’tūna afwājā (maka kalian akan datang dengan berduyun-duyun), yakni rombongan demi rombongan, kelompok demi kelompok.
وَفُتِحَتِ السَّمَاء فَكَانَتْ أَبْوَاباً -١٩-
19. Dan langit dibuka, maka terdapatlah pintu-pintu,
Wa futihatis samā-u (dan langit dibuka), yakni pintu-pintu langit (dibuka). Fa kānat abwābā (maka terdapatlah pintu-pintu), yakni maka jadilah jalan-jalan.
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَاباً -٢٠-
20. Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.
Wa suyyirotil jibālu (dan gunung-gunung digerakkan) dari permukaan bumi. Fa kānat sarābā (maka jadilah ia fatamorgana), yakni maka jadilah ia bak fatamorgana.
إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَاداً -٢١-
21. Sesungguhnya neraka Jahannam adalah tempat mengintai,
Inna jahannama kānat mirsh
ō
dā (sesungguhnya neraka Jahannam adalah tempat mengintai), yakni tempat penahanan atau penjara.
لِلْطَّاغِينَ مَآباً -٢٢-
22. Tempat kembali bagi orang-orang yang durhaka.
Lith-th
ō
ghīna ma-ābā (tempat kembali bagi orang-orang yang durhaka), yakni bagi orang-orang kafir.
لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَاباً -٢٣-
23. (Mereka) tinggal di dalamnya sepanjang masa.
Lābitsīna fīhā ahq
ō
bā ([mereka] tinggal di dalamnya sepanjang masa), yakni mereka langgeng di dalam neraka Jahannam sepanjang masa, masa demi masa. Satu huqub (jamak: ahq
ō
b) adalah sama dengan sepuluh tahun, satu tahun sama dengan tiga ratus enam puluh hari, yang satu harinya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan penghuni dunia. Menurut satu pendapat, hanya Alloh Ta‘ala saja yang Mengatahui bilangan ahqāb itu. Yang jelas, masa itu tidak akan terputus dari mereka.
لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْداً وَلَا شَرَاباً -٢٤-
24. Di dalamnya mereka tidak merasakan dingin dan tidak pula minuman,
Lā yadzūqūna fīhā (di dalamnya mereka tidak merasakan), yakni di dalam neraka. Bardan (dingin), yakni air yang sejuk. Menurut yang lain, tidur. Wa lā syarābā (dan tidak pula minuman) yang dingin.
إِلَّا حَمِيماً وَغَسَّاقاً -٢٥-
25. Kecuali air yang mendidih dan keadaan yang sangat dingin,
Illā hamīman (kecuali air yang mendidih), yakni air panas yang telah mencapai titik paling panas. Wa ghassāq
ō
(dan keadaan yang sangat dingin), yakni keadaan yang teramat dingin menusuk. Menurut yang lain, sesuatu yang busuk tiada terkira.
جَزَاء وِفَاقاً -٢٦-
26. Sebagai balasan yang setimpal.
Jazā-aw wifāq
ō
(sebagai balasan yang setimpal), yakni yang sesuai dengan amal perbuatan mereka.
إِنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ حِسَاباً -٢٧-
27. Sesungguhnya mereka tidak mengharapkan adanya hisab.
Innahum kānū (sesungguhnya mereka) ketika di dunia. Lā yarjūna hisābā (tidak mengharapkan adanya hisab), yakni tidak takut oleh azab di akhirat dan tidak pula beriman kepadanya.
وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّاباً -٢٨-
28. Mereka telah mendustakan Ayat-ayat Kami dengan sebenar-benarnya.
Wa kadz-dzabū bi āyātinā (mereka telah mendustakan Ayat-ayat Kami), yakni Kitab Kami dan Rasul Kami. Kidz-dzābā (dengan sebenar-benarnya).
وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَاباً -٢٩-
29. Dan segala sesuatu telah Kami Catat dalam sebuah Kitab.
Wa kulla syai-in (dan segala sesuatu) dari amal perbuatan anak Adam.
Ahshaināhu kitābā (telah Kami Catat dalam sebuah Kitab), yakni telah Kami Tulis dalam Lauh Mahfuzh.
فَذُوقُوا فَلَن نَّزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَاباً -٣٠-
30. Karena itu, rasakanlah! Kami tidak akan Menambah untuk kalian selain adzab.
Fa dzūqū (karena itu, rasakanlah) adzab di dalam neraka! Fa lan nazīdakum (Kami tidak akan Menambah untuk kalian) di dalam neraka. Illā ‘adzābā (selain adzab), macam demi macam. Kemudian Alloh Ta‘ala Memaparkan kemuliaan kaum Mukminin dengan Firman-Nya:
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً -٣١-
31. Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa adalah tempat kemenangan,
Inna lil muttaqīna (sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang menjauhi kekafiran, kemusyrikan, serta perbuatan-perbuatan buruk. Mafāzā (adalah tempat kemenangan), yakni selamat dari neraka dan memperoleh kedekatan kepada Alloh Ta‘ala.
حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً -٣٢-
32. Taman-taman dan bermacam-macam anggur,
Hadā-iqo (taman-taman) yang dikelilingi pepohonan dan kurma. Wa a‘nābā (dan bermacam-macam anggur), yakni pohon anggur.
وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً -٣٣-
33. Dan bidadari-bidadari yang sebaya,
Wa kawā‘iba (dan bidadari-bidadari), yakni gadis-gadis yang berdada montok. Atr
ō
bā (yang sebaya), yakni yang seusia, yaitu tiga puluh tiga tahun, dan sama berat badannya.
وَكَأْساً دِهَاقاً -٣٤-
34. Serta gelas yang penuh berisi (minuman).
Wa ka’saη dihāq
ō
(serta gelas yang penuh berisi [minuman]), yakni yang penuh dan berjejer.
لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلَا كِذَّاباً -٣٥-
35. Di sana mereka tidak mendengar omong kosong dan tidak pula kebohongan.
Lā yasma‘ūna fīhā (di sana mereka tidak mendengar), yakni para penghuni surga tidak mendengar, di dalam surga. Laghwan (omong kosong), yakni sumpah palsu. Wa lā kidz-dzābā (dan tidak pula kebohongan), yakni tidak akan berbohong satu sama lain.
جَزَاء مِّن رَّبِّكَ عَطَاء حِسَاباً -٣٦-
36. Sebagai balasan dari Tuhan-mu berupa pemberian yang melimpah.
Jazā-an (sebagai balasan), yakni sebagai pahala. Mir robbika ‘ath
ō
-an (dari Tuhan-mu berupa pemberian), yakni yang Dia Berikan di dalam surga. Hisābā (yang melimpah), yakni satu berbanding sepuluh. Menurut yang lain, sesuai dengan amal perbuatan mereka.
رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الرحْمَنِ لَا يَمْلِكُونَ مِنْهُ خِطَاباً -٣٧-
37. Yaitu Tuhan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Pengasih, sedangkan mereka tidak kuasa berbicara kepada-Nya.
Rabbis samāwāti wal ardhi wa mā baināhumā (yaitu Tuhan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya), yakni semua makhluk dan hal-hal yang menakjubkan. Ar-rohmāni (Yang Maha Pengasih), yakni Dia-lah Yang Maha Pengasih. Lā yamlikūna minhu (sedangkan mereka tidak kuasa kepada-Nya), yakni para malaikat dan yang lain tidak kuasa di Hadapan-Nya. Khith
ō
bā (berbicara), yakni berkata-kata untuk memberikan syafaat sebelum mereka Diizinkan oleh Alloh Ta‘ala.
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفّاً لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرحْمَنُ وَقَالَ صَوَاباً -٣٨-
38. Pada hari ketika ar-Rūh dan para malaikat berdiri bersaf-saf (berbaris-baris). Tak ada yang berbicara kecuali yang telah diizinkan oleh Ar-Rohman (Yang Maha Pengasih), dan ia pun berkata benar.
Yauma yaqūmur rūhu (pada hari ketika ar-Ruh berdiri), yakni malaikat Jibril. Menurut satu pendapat, ar-Rūh adalah makhluk yang besarnya hanya Diketahui Alloh Ta‘ala. Menurut Ibnu Mas‘ud, ar-Rūh adalah malaikat yang lebih besar daripada segala sesuatu kecuali Arasy. Malaikat tersebut senantiasa bertasbih kepada Alloh Ta‘ala dalam sehari dua belas ribu kali tasbih. Dari satu kali tasbihnya, Alloh Ta‘ala Menciptakan satu malaikat yang memohonkan ampunan bagi kaum Mukminin hingga hari kiamat. Kemudian pada hari kiamat para malaikat itu akan didatangkan dalam satu barisan. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah makhluk dari jenis malaikat yang mempunyai kaki dan tangan seperti manusia. Wal malā-ikatu (dan para malaikat), yakni dan pada hari para malaikat berdiri. Shoffal lā yatakallamūna (bersaf-saf[berbaris-baris]. Tak ada yang berbicara), yakni para malaikat itu tak ada yang berbicara untuk memohonkan syafaat. Illā man adzina lahur rohmānu (kecuali yang telah diizinkan oleh Ar-Rohman [Yang Maha Pengasih]) untuk memberi syafaat. Wa q
ō
la shawābā (dan ia pun berkata benar), yaitu tidak ada tuhan melainkan Alloh.
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَاء اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآباً -٣٩-
39. Itulah hari yang hak. Oleh karena itu, barangsiapa menghendaki, hendaklah ia mengambil jalan kembali kepada Tuhan-nya.
Dzālikal yaumul haqqu (itulah hari yang hak), yakni yang pasti terjadi, dan semua yang telah diterangkan benar-benar akan menjadi kenyataan. Fa maη syā-attakhodza (oleh karena itu, barangsiapa menghendaki, hendaklah ia mengambil) tauhid untuk menggapai. Ilā rabbihī ma-ābā (jalan kembali kepada Tuhan-nya), yakni tempat kembali.
إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً -٤٠-
40. Sesungguhnya Kami telah Memperingatkan kalian akan adzab (akhirat) yang yang dekat. Pada hari itu seseorang akan melihat apa-apa yang telah dipersembahkan (diperbuat) kedua tangannya. Dan (kala itu) orang kafir akan berkata, Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja.
Innā aηdzarnākum(sesungguhnya Kami telah Memperingatkan kalian), yakni Kami telah Memberikanancaman kepada kalian, hai penduduk Mekah! ‘Adzābang qarīban (akan adzab[akhirat] yang tidak lama lagi) akan terjadi. Yauma yaηzhurul mar-u (pada hariitu seseorang akan melihat), yakni orang Mukmin akan melihat. Menurut yang lain,orang kafir akan melihat. Mā qaddamat (apa-apa yang telah dipersembahkan),yakni yang telah diperbuat. Yadāhu (kedua tangannya) berupa kebaikan ataupunkeburukan. Wa yaqūlul kāfiru yā laitanī kuηtu turābā (dan [kala itu] orangkafir akan berkata, Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja) bersamahewan-hewan. Orang kafir mengangankan sekiranya ia menjadi tanah bersamahewan-hewan, karena saking hebatnya kengerian, kedahsyatan, dan adzab (padahari itu). Dan (semua itu terjadi) pada hari tiupan sangkakala pertama yangmengguncangkan.
No comments:
Post a Comment
Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment