Wednesday, 14 October 2015

Surat Al-Bayyinah



اَلْبَيِّنَةُ
SURAT AL-BAYYINAH (BUKTI/KETERANGAN)
Surat ke 98 diturunkan di Makkah (ada yang mengatakan diturunkan di Madinah) terdiri dari 8 ayat, 94 kata dan 390 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ -١-
1. Tidaklah orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik akan melepaskan (agamanya) hingga datang kepada mereka bukti yang nyata.
Lam yakunil ladzīna kafarū min ahlil kitābi (tidaklah orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab), yaitu Yahudi dan Nasrani. Wal musyrikīna (dan orang-orang musyrik), yakni kaum musyrikin Arab. Muηfakkīna (akan melepaskan [agamanya]). Maksudnya, mereka akan terus-menerus mengingkari Nabi Muhammad SAW., Al-Quran, dan Islam. Hattā ta’tiyahumul bayyinah (hingga datang kepada mereka bukti yang nyata), yakni penjelasan atas kandungan kitab kaum Yahudi dan Nasrani.
رَسُولٌ مِّنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفاً مُّطَهَّرَةً -٢-
2. (yaitu) seorang Rosul dari Alloh (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Quran),
Yaitu seorang rosul dari Alloh, yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan.
Rosūlum minallōhi (yaitu seorang rosul dari Alloh), yakni Muhammad SAW.. Ayat tersebut memiliki penafsiran lain: lam yakunil ladzīna kafarū min ahlil kitābi. (tidaklah orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab), yakni sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW.. Mereka adalah ‘Abdulloh bin Salam dan teman-temannya; wal musyrikīna (dan orang-orang musyrik), yakni orang-orang yang menyekutukan Alloh Ta‘ala sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW.. Mereka adalah Abu Bakr dan teman-temannya; muηfakkīna (akan melepaskan [agamanya]), yakni menghentikan kekafiran dan kemusyrikan (mereka); hattā ta’tiyahumul bayyinah (sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata), yakni penjelasan-penjelasan; rosūlum minallōhi (yaitu seorang rosul dari Alloh), yakni Muhammad SAW.. Yatlū shuhufan (yang membacakan lembaran-lembaran), yakni yang membacakan kitab kepada mereka. Muthohharoh (yang disucikan) dari kemusyrikan.
فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ -٣-
3. Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam kitab Muhammad SAW. itu. Kutubung qoyyimah (terdapat [isi] kitab-kitab yang lurus), yakni agama dan jalan yang lurus yang tidak mengandung penyimpangan.
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَةُ -٤-
4. Dan tidaklah orang-orang yang didatangkan kitab itu berpecah belah melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Wa mā taforraqol ladzīna ūtul kitāba (dan tidaklah orang-orang yang didatangkan kitab itu berpecah belah), yakni tidaklah orang-orang yang dianugerahi Kitab Taurat, Ka‘b bin al-Asyrof dan kawan-kawannya, berselisih perihal Nabi Muhammad SAW., Al-Quran, dan Islam. Illā mim ba‘di mā jāat humul bayyinah (melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata), yakni penjelasan isi kitab mereka berkenaan dengan sifat dan gambaran Nabi Muhammad SAW..
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ -٥-
5. Padahal mereka hanya diperintah menyembah Alloh, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
Wa mā umirū (padahal mereka tidak diperintah) dalam kitab-kitab itu. Illā li ya‘budullōha (kecuali supaya mengibadahi Alloh), yakni supaya mengesakan Alloh Ta‘ala. Mukhlishīna lahud dīna (dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya) dengan jalan bertauhid. Hunafā-a (secara lurus yaitu jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan.), yakni menjadi orang-orang Muslim. Wa yuqīmush sholāta (dan supaya mereka mendirikan sholat), yakni menyempurnakan sholat lima waktu sesudah bertauhid. Wa yu’tuz zakāta (serta menunaikan zakat), yakni dan sesudah itu mengeluarkan zakat harta mereka. Sesudah itu Dia Berfirman: Wa dzālika (dan itulah), yakni tauhid itulah. Dīnul qoyyimah (agama yang lurus), yakni agama yang hak dan lurus serta tidak ada penyimpangan di dalamnya. Menurut yang lain, wa dzālika (dan itulah), yakni tauhid itulah; dīnul qoyyimah (agama yang lurus), yakni agama para malaikat. Ada yang berpendapat, agama yang lurus. Dan ada pula yang berpendapat, agama Ibrohim A.S..
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ -٦-
6. Sesungguhnya orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik pasti berada di dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Innal ladzīna kafarū min ahlil kitābi (sesungguhnya orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab), yakni orang-orang yang mengingkari Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran dari kalangan ahli kitab. Wal musyrikīna (dan orang-orang musyrik), yakni orang-orang yang mempersekutukan Alloh Ta‘ala, yaitu orang-orang musyrik penduduk Mekah. Fī nāri jahannama khōlidīna fīhā (pasti berada di dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya), yakni mereka langgeng di dalam neraka, tidak akan mati dan tidak akan dikeluarkan dari dalamnya. Ulā-ika (mereka itu), yakni para pemilik sifat itu. Hum syarrrul bariyyah (adalah seburuk-buruk makhluk).
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ -٧-
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal-amal saleh, mereka adalah sebaik-baik makhluk.
Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran, seperti ‘Abdulloh bin Salam dan teman-temannya, serta Abu Bakr dan teman-temannya. Wa ‘amilush shōlihāti (serta mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang hanya antara mereka dengan Tuhan-nya. Ulā-ika (mereka itu), yakni si pemilik sifat itu. Hum khairul bariyyah (adalah sebaik-baik makhluk).
جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ -٨-
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Alloh Rida kepada mereka, dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah bagi orang yang takut kepada Tuhan-nya.
Jazā-uhum ‘iηda robbihim (balasan mereka di sisi Tuhan mereka), yakni pahala mereka di sisi Tuhan mereka. Jannātu ‘adnin (adalah surga ‘Adn), yakni istana ar-Rohman yang merupakan tempat tinggal para nabi dan orang-orang yang didekatkan. Tajrī miη tahtihā (yang mengalir di bawahnya), yakni di bawah pepohonan, tempat-tempat tinggal, dan kamar-kamarnya. Al-anhāru (sungai-sungai), yakni sungai madu, sungai susu, sungai air, dan sungai khamar. Khōlidīna fīhā (mereka kekal di dalamnya), yakni mereka langgeng di dalam surga, tidak akan mati dan tidak akan dikeluarkan dari dalamnya. Abadā, radhiyallōhu ‘anhum (selama-lamanya. Alloh Rida kepada mereka) karena keimanan dan amal perbuatan mereka. Wa rodlū ‘anh (dan mereka pun rida kepada-Nya) karena pahala dan kemuliaan. Dzālika (yang demikian itu), yakni surga-surga dan keridaan itu. Li man khosyiya robbah (adalah bagi orang yang takut kepada Tuhan-nya), yakni bagi orang yang mengesakan Tuhan-nya, seperti Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya, serta ‘Abdulloh bin Salam dan teman-temannya.

No comments:

Post a Comment