Sunday, 18 October 2015

Surat Asy-Syams

اَلشَّمْسُ
SURAT ASY-SYAMS (MATAHARI)
Surat ke 91 diturunkan di Makkah terdiri dari 15 ayat, 54 kata dan 247 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا -١-
1. Demi matahari dan cahayanya pada waktu duha (pagi),
Wasy syamsi wa dluhāhā (demi matahari dan cahayanya pada waktu duha [pagi]), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan matahari dan cahayanya.
وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا -٢-
2. Dan (demi) bulan apabila mengiringinya,
Wal qomari idzā talāhā (dan [demi] bulan apabila mengiringinya), yakni apabila mengikutinya. Ia mengikuti matahari pada malam pertama saat hilal terihat.
وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا -٣-
3. Dan (demi) siang apabila menampakkannya,
Wan nahāri idzā jallāhā (dan [demi] siang apabila menampakkannya), yakni apabila menampakkan kegelapan malam.
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا -٤-
4. Dan (demi) malam apabila menyelimutinya,
Wal laili idzā yagh-syāhā (dan [demi] malam bila menyelimutinya), yakni menutupi cahaya siang menjadi gelap gulita.
وَالسَّمَاء وَمَا بَنَاهَا -٥-
5. Dan (demi) langit serta Dzat yang telah Mendirikannya,
Was samā-i wa mā banāhā (dan [demi] langit serta Dzat yang telah Mendirikannya), yakni (Dzat) yang telah Menciptakannya, yaitu Alloh Ta‘ala. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan Diri-Nya sendiri.
وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا -٦-
6. Dan (demi) bumi serta Dzat yang telah Menghamparkannya,
Wal ar-dli wa mā thohāhā (dan [demi] bumi serta Dzat yang telah Menghamparkannya), yakni Dzat yang telah Membentangkannya di atas air.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا -٧-
7. Dan (demi) jiwa serta Dzat yang telah Menyempurnakannya.
Wa nafsiw wa mā sawwāhā (dan [demi] jiwa serta Dzat yang telah Menyempurnakannya), yakni Dzat yang telah Menyempurnakan Makhluk-Nya dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, dan seluruh anggota badan.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا -٨-
8. Kemudian Dia Mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kejahatan dan ketakwaan.
Fa alhamahā fujūrohā wa taqwāhā (kemudian Dia Mengilhamkan kepada jiwa itu [jalan] kejahatan dan ketakwaan), yakni kemudian Dia Memperkenalkan dan menerangkan kepadanya apa yang mesti dikerjakan dan apa yang harus dijauhi. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan Diri-Nya sendiri dan dengan semua hal tersebut.
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا -٩-
9. Sungguh beruntung (berbahagia) orang yang telah menyucikannya.
Qod aflaha (sungguh beruntung [berbahagia]), yakni sungguh beruntunglah jiwa, Maη zakkāhā (orang yang telah menyucikannya), yakni orang yang telah Diberi kesalehan, makrifah, dan taufik oleh Alloh Ta‘ala.
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا -١٠-
10. Dan sungguh merugi orang yang telah mengotorinya.
Wa qod khōba (dan sungguh merugi), yakni merugilah jiwa. Maη dassāhā (orang yang telah mengotorinya), yakni orang yang telah Disesatkan dan Ditelantarkan Alloh Ta‘ala.
كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا -١١-
11. Kaum Tsamud telah mendustakan karena melampaui batas.
Kadz-dzabat tsamūdu (kaum Tsamud telah mendustakan), yakni kaum Nabi Sholih telah mendustakan. Bi thogh-wāhā (karena melampaui batas), yakni kesesatan mereka telah membawa mereka pada hal itu.
إِذِ انبَعَثَ أَشْقَاهَا -١٢-
12. Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka.
Idzimba‘atsa asy-qōhā (ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka), yakni ketika orang yang paling celaka berdiri (Qodr bin Salif dan Mashda‘ bin Dahw), kemudian menyembelih unta betina itu.
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا -١٣-
13. lalu Rosul Alloh (Sholih) berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina dari Alloh ini dengan minumannya.”
Fa qōla lahum rasūlullōhi (lalu berkatalah Rosul Alloh kepada mereka), yakni berkatalah Nabi Sholih A.S. sebelum mereka menyembelih unta betina itu. Nāqatallōhi (Unta betina Allah), yakni biarkanlah Unta betina Alloh itu. Wa suqyāhā (dan minumannya).
فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنبِهِمْ فَسَوَّاهَا -١٤-
14. Namun mereka mendustakan dia (Nabi Sholih), kemudian menyembelihnya. Karena itu, mereka Dibinasakan oleh Tuhan mereka disebabkan dosa-dosa mereka, lalu Dia Meratakannya.
Fa kadz-dzabūhu (namun, mereka mendustakan dia [Nabi Sholih]), yakni mendustakan Nabi Sholih A.S. dan risalah yang dia emban. Fa ‘aqorūhā (kemudian menyembelihnya), yakni menyembelih unta betina tersebut. Fa damdama ‘alaihim robbuhum bi dzambihim (karena itu, mereka Dibinasakan oleh Tuhan mereka disebabkan dosa-dosa mereka), yakni karena telah membunuh unta betina dan mendustakan Nabi Sholih A.S.. Fa sawwāhā (lalu Dia Meratakannya), yakni Meratakan mereka dengan adzab itu, baik yang besar maupun yang kecil.
وَلَا يَخَافُ عُقْبَاهَا -١٥-
15. Dan Dia tidak takut akan akibatnya.
Wa lā yakhōfu ‘uqbāhā (dan Dia tidak takut akan akibatnya), yakni tidak takut apabila ada yang menuntut balas. Menurut satu pendapat, kemudian mereka menyembelih unta betina itu dan tidak takut oleh akibat yang menyertainya.

No comments:

Post a Comment