Sunday, 18 October 2015

Surat Al-Ghaasyiyah

اَلْغَاشِيَةُ
SURAT AL-GHOOSYIYAH (PERISTIWA YANG DAHSYAT [HARI PEMBALASAN])
Surat ke 88 diturunkan di Makkah terdiri dari 26 ayat, 92 kata dan 381 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ -١-
1. Sudah sampaikah kepadamu, berita tentang hari yang menyelubungi?
Hal atāka (sudah sampaikah kepadamu), yakni belum sampai kepadamu, hai Muhammad, kemudian sampailah kepadamu. Menurut yang lain, sungguh telah sampai kepadamu. Hadītsul ghōsyiyah (berita tentang hari yang menyelubungi), yakni informasi tentang peristiwa kiamat. Menurut pendapat lain, al-ghōsyiyah adalah neraka yang menyelubungi para penghuninya.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ -٢-
2. Wajah-wajah pada hari itu tertunduk hina,
Wujūhun (wajah-wajah), yakni wajah-wajah orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat.
Khōsyi‘ah (tertunduk hina), yakni dihinakan dengan adzab.
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ -٣-
3. Yang berupaya keras lagi kepayahan.
Āmilatun (yang berupaya keras), yakni yang berlari di dalam neraka. Nāshibah (lagi kepayahan), yakni dalam kondisi kecapaian dan kelelahan. Menurut yang lain, ‘āmilatun (yang berupaya keras) di dunia; nāshibah (lagi kepayahan) di akhirat. Mereka adalah para rahib dan para penghuni biara. Ada yang berpendapat, mereka adalah kaum Khōwarij.
تَصْلَى نَاراً حَامِيَةً -٤-
4. Ia akan masuk ke dalam api neraka yang sangat panas.
Tashlā nāran hāmiyah (ia akan masuk ke dalam api neraka yang sangat panas), yakni yang panasnya benar-benar telah mencapai titik paling panas.
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ -٥-
5. Ia akan diberi minum dari mata air yang sangat panas.
Tusqō (ia akan diberi minum) di dalam neraka. Min ‘ainin āniyah (dari mata air yang sangat panas(
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ -٦-
6. Mereka tidak memperoleh makanan selain dari tumbuhan yang berduri,
Laisa lahum (mereka tidak memperoleh) di dasar neraka. Tho‘āmun illā miη dhorī‘ (makanan selain dari tumbuhan yang berduri), yaitu pohon syibriq yang tumbuh di jalanan kota Mekah. Pohon itu suka dimakan unta ketika masih basah. Tetapi jika sudah mengering, pohon itu akan berubah layaknya kuku kucing.
لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ -٧-
7. Yang tidak akan menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
Lā yusminu (yang tidak akan menggemukkan) dengan memakannya. Wa lā yughnī miη jū‘ (dan tidak pula menghilangkan lapar) dengan memakannya.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ -٨-
8. (Ada pula) wajah-wajah pada hari itu yang berseri-seri,
Wujūhun ([ada pula] wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum Mukminin yang ikhlas. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. Nā‘imah (yang berseri-seri), yakni yang tampan dan cantik.
لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ -٩-
9. Yang merasa puas dengan hasil usahanya,
Li sa‘yihā rōdhiyah (yang merasa puas dengan hasil usahanya), yakni merasa puas dengan pahala amalnya.
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ -١٠-
10. Berada di dalam surga yang luhur.
Fī jannatin ‘āliyah (berada di dalam surga yang luhur), yakni berada pada tingkatan yang tinggi.
لَّا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً -١١-
11. Di dalamnya (disana) wajah-wajah itu tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia.
Lā tasma‘u fīhā (di dalamnya (disana) wajah-wajah itu tidak akan mendengar), yakni di dalam surga. Lā ghiyah (perkataan yang sia-sia), yakni sumpah batil dan yang tidak batil.
فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ -١٢-
12. Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga. Ainuη jāriyah (ada mata air yang mengalir), yakni yang mengalirkan berkah, kebaikan, dan rahmat.
فِيهَا سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ -١٣-
13. Di dalamnya terdapat singgasana-singgasana yang tinggi,
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga. Sururum marfū‘ah (terdapat singgasana-singgasana yang tinggi) di angkasa, yang belum pernah didatangi oleh seseorang pun. Menurut satu pendapat, yang ditinggikan untuk para penghuninya.
وَأَكْوَابٌ مَّوْضُوعَةٌ -١٤-
14 Dan gelas-gelas yang terhidang,
Wa akwābun (dan gelas-gelas), yakni mangkuk-mangkuk yang tak memiliki pegangan, tak terbuka, tak memiliki pancuran, dan berkepala bulat. Maudhū‘ah (yang terhidang) di tempat-tempat tinggal mereka.
وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ -١٥-
15. Dan bantal-bantal yang tersusun rapi,
Wa namāriqu masfūfah (bantal-bantal yang tersusun rapi), yakni yang telah tersusun berderet. Menurut satu pendapat, yang telah tertumpuk rapi.
وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ -١٦-
16. Serta permadani-permadani yang terhampar.
Wa zarōbiyyu mabtsūtsah (serta permadani-permadani yang terhampar), yakni yang dihamparkan untuk para penghuni surga. Setelah Rasulullah SAW. mengabarkan hal itu, berkatalah orang-orang kafir Mekah, Datangkanlah bukti kepada kami bahwa Alloh Ta‘ala telah Mengutusmu kepada kami sebagai rasul! Maka Alloh Ta‘ala Berfirman:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ -١٧-
17. Tidakkah mereka merenungkan unta, bagaimana ia diciptakan?
A fa lā yaηzhurūna (tidakkah mereka merenungkan), yakni tidakkah orang-orang kafir Mekah merenungkan. Ilal ibili kaifa khuliqat (unta, bagaimana ia diciptakan) dengan kekuatan dan kehebatannya? Ia bisa memikul beban yang tidak bisa dipikul oleh (hewan) lainnya.
وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ -١٨-
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
Wa ilas samā-i kaifa rufi‘at (dan langit, bagaimana ia ditinggikan) di atas makhluk? Dan tak ada sesuatu pun yang dapat mencapainya.
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ -١٩-
19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
Wa ilal jibāli kaifa nushibat (dan gunung-gunung, bagaimana ia dipancangkan) di atas bumi? Dan tak ada sesuatu pun yang bisa menguncangkannya.
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ -٢٠-
20. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?
Wa ilal ardhi kaifa suthihat (serta bumi, bagaimana ia dihamparkan), yakni dibentangkan? Semua itu merupakan tanda Kekuasaan Alloh Ta‘ala untuk mereka.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ -٢١-
21. Maka berilah peringatan, sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan.
Fa dzakkir (maka berilah peringatan), yakni berilah nasihat. Innamā aηta mudzakkir (sesungguhnya kamu [Muhammad] hanyalah seorang pemberi peringatan), yakni seseorang yang menyampaikan ancaman dengan Al-Quran. Menurut satu pendapat, berikanlah nasihat kepada orang yang mau mengambil pelajaran dari Al-Quran dan Allah Ta‘ala.
لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ -٢٢-
22. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.
Lasta ‘alaihim bi mushoithir (kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka), yakni kamu, hai Muhammad, bukanlah orang yang diberi kewenangan untuk memaksa mereka agar beriman. Sesudah itu Alloh Ta‘ala Memerintahkan perang kepada beliau, Dia Berfirman:
إِلَّا مَن تَوَلَّى وَكَفَرَ -٢٣-
23. Kecuali orang yang berpaling dan kafir,
Illā maη tawallā wa kafar (kecuali orang yang berpaling dan kafir). Menurut satu pendapat, lafazh illā (kecuali) pada ayat tersebut dapat dibaca, alā (ketahuilah); maη tawallā (barangsiapa yang berpaling) dari iman; wa kafar . (dan kafir) kepada Alloh Ta‘ala.
فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ -٢٤-
24. Maka Alloh akan Mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat.
Fa yu‘adz-dzibuhullōhu (maka Alloh akan Mengadzabnya) di akhirat. Al-‘adzābal akbar (dengan adzab yang sangat dahsyat), yakni azab neraka.
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ -٢٥-
25. Sesungguhnya hanya kepada Kami kembali mereka.
Inna ilainā iyābahum (sesungguhnya hanya kepada Kami kembali mereka), yakni kembali mereka di akhirat.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ -٢٦-
26. Kemudian, sesungguhnya hanya pada Kami penghisaban mereka.
Tsumma innā ‘alainā hisābahum (kemudian, sesungguhnya hanya pada Kami penghitungan mereka), yakni balasan mereka ketika di dunia, serta pahala dan siksa mereka di akhirat kelak.

No comments:

Post a Comment