اَلْغَاشِيَةُ
SURAT AL-GHOOSYIYAH (PERISTIWA YANG DAHSYAT [HARI
PEMBALASAN])
Surat ke 88
diturunkan di Makkah terdiri dari 26 ayat, 92 kata dan 381 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ -١-
1. Sudah sampaikah
kepadamu, berita tentang hari yang menyelubungi?
Hal
atāka (sudah sampaikah kepadamu), yakni belum sampai kepadamu, hai Muhammad,
kemudian sampailah kepadamu. Menurut yang lain, sungguh telah sampai kepadamu. Hadītsul ghōsyiyah
(berita tentang hari yang menyelubungi), yakni informasi tentang peristiwa
kiamat. Menurut pendapat lain, al-ghōsyiyah
adalah neraka yang menyelubungi para penghuninya.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ -٢-
2. Wajah-wajah pada
hari itu tertunduk hina,
Wujūhun
(wajah-wajah), yakni wajah-wajah orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat.
Khōsyi‘ah
(tertunduk hina), yakni dihinakan dengan adzab.
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ -٣-
3. Yang berupaya
keras lagi kepayahan.
’Āmilatun
(yang berupaya keras), yakni yang berlari di dalam neraka. Nāshibah (lagi kepayahan), yakni dalam kondisi
kecapaian dan kelelahan. Menurut yang lain, ‘āmilatun (yang berupaya keras) di
dunia; nāshibah (lagi kepayahan) di akhirat. Mereka adalah para rahib dan para
penghuni biara. Ada yang berpendapat, mereka adalah kaum Khōwarij.
تَصْلَى نَاراً حَامِيَةً -٤-
4. Ia akan masuk ke
dalam api neraka yang sangat panas.
Tashlā
nāran hāmiyah (ia akan masuk ke dalam api neraka yang sangat panas), yakni yang
panasnya benar-benar telah mencapai titik paling panas.
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ -٥-
5. Ia akan diberi
minum dari mata air yang sangat panas.
Tusqō (ia
akan diberi minum) di dalam neraka.
Min ‘ainin āniyah (dari mata air yang sangat panas(
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ -٦-
6. Mereka tidak
memperoleh makanan selain dari tumbuhan yang berduri,
Laisa
lahum (mereka tidak memperoleh) di dasar neraka.
Tho‘āmun illā miη dhorī‘ (makanan selain dari tumbuhan
yang berduri), yaitu pohon syibriq yang tumbuh di jalanan kota Mekah. Pohon itu
suka dimakan unta ketika masih basah. Tetapi jika sudah mengering, pohon itu
akan berubah layaknya kuku kucing.
لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ -٧-
7. Yang tidak akan
menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
Lā
yusminu (yang tidak akan menggemukkan) dengan memakannya. Wa lā yughnī miη jū‘ (dan tidak pula menghilangkan
lapar) dengan memakannya.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ -٨-
8. (Ada pula)
wajah-wajah pada hari itu yang berseri-seri,
Wujūhun
([ada pula] wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum Mukminin yang ikhlas. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. Nā‘imah (yang berseri-seri), yakni yang tampan dan
cantik.
لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ -٩-
9. Yang merasa puas
dengan hasil usahanya,
Li
sa‘yihā rōdhiyah (yang merasa puas dengan hasil
usahanya), yakni merasa puas dengan pahala amalnya.
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ -١٠-
10. Berada di dalam
surga yang luhur.
Fī
jannatin ‘āliyah (berada di dalam surga yang luhur), yakni berada pada
tingkatan yang tinggi.
لَّا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً -١١-
11. Di dalamnya
(disana) wajah-wajah itu tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia.
Lā
tasma‘u fīhā (di dalamnya (disana) wajah-wajah itu tidak akan mendengar), yakni
di dalam surga.
Lā ghiyah (perkataan yang sia-sia), yakni sumpah batil
dan yang tidak batil.
فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ -١٢-
12. Di dalamnya ada
mata air yang mengalir.
Fīhā (di
dalamnya), yakni di dalam surga.
‘Ainuη
jāriyah (ada mata air yang mengalir), yakni yang mengalirkan berkah, kebaikan,
dan rahmat.
فِيهَا سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ -١٣-
13. Di dalamnya
terdapat singgasana-singgasana yang tinggi,
Fīhā (di
dalamnya), yakni di dalam surga.
Sururum marfū‘ah (terdapat singgasana-singgasana yang
tinggi) di angkasa, yang belum pernah didatangi oleh seseorang pun. Menurut
satu pendapat, yang ditinggikan untuk para penghuninya.
وَأَكْوَابٌ مَّوْضُوعَةٌ -١٤-
14 Dan gelas-gelas
yang terhidang,
Wa
akwābun (dan gelas-gelas), yakni mangkuk-mangkuk yang tak memiliki pegangan,
tak terbuka, tak memiliki pancuran, dan berkepala bulat. Maudhū‘ah (yang terhidang) di tempat-tempat tinggal
mereka.
وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ -١٥-
15. Dan
bantal-bantal yang tersusun rapi,
Wa
namāriqu masfūfah (bantal-bantal yang tersusun rapi), yakni yang telah tersusun
berderet. Menurut satu pendapat, yang telah tertumpuk rapi.
وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ -١٦-
16. Serta
permadani-permadani yang terhampar.
Wa zarōbiyyu
mabtsūtsah (serta permadani-permadani yang terhampar), yakni yang dihamparkan
untuk para penghuni surga. Setelah Rasulullah SAW. mengabarkan hal itu,
berkatalah orang-orang kafir Mekah, Datangkanlah bukti kepada kami bahwa Alloh
Ta‘ala telah Mengutusmu kepada kami sebagai rasul! Maka Alloh Ta‘ala Berfirman:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ -١٧-
17. Tidakkah mereka
merenungkan unta, bagaimana ia diciptakan?
A fa lā
yaηzhurūna (tidakkah mereka merenungkan), yakni tidakkah orang-orang kafir
Mekah merenungkan.
Ilal ibili kaifa khuliqat (unta, bagaimana ia diciptakan)
dengan kekuatan dan kehebatannya? Ia bisa memikul beban yang tidak bisa dipikul
oleh (hewan) lainnya.
وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ -١٨-
18. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?
Wa ilas
samā-i kaifa rufi‘at (dan langit, bagaimana ia ditinggikan) di atas makhluk?
Dan tak ada sesuatu pun yang dapat mencapainya.
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ -١٩-
19. Dan
gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
Wa ilal
jibāli kaifa nushibat (dan gunung-gunung, bagaimana ia dipancangkan) di atas
bumi? Dan tak ada sesuatu pun yang bisa menguncangkannya.
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ -٢٠-
20. Dan bumi,
bagaimana ia dihamparkan?
Wa ilal
ardhi kaifa suthihat (serta bumi, bagaimana ia dihamparkan), yakni dibentangkan?
Semua itu merupakan tanda Kekuasaan Alloh Ta‘ala untuk mereka.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ -٢١-
21. Maka berilah
peringatan, sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan.
Fa
dzakkir (maka berilah peringatan), yakni berilah nasihat. Innamā aηta mudzakkir (sesungguhnya kamu [Muhammad]
hanyalah seorang pemberi peringatan), yakni seseorang yang menyampaikan ancaman
dengan Al-Qur﮲an. Menurut satu
pendapat, berikanlah nasihat kepada orang yang mau mengambil pelajaran dari Al-Qur﮲an dan
Allah Ta‘ala.
لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ -٢٢-
22. Kamu bukanlah
orang yang berkuasa atas mereka.
Lasta
‘alaihim bi mushoithir (kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka), yakni
kamu, hai Muhammad, bukanlah orang yang diberi kewenangan untuk memaksa mereka
agar beriman. Sesudah itu Alloh Ta‘ala Memerintahkan perang kepada beliau, Dia
Berfirman:
إِلَّا مَن تَوَلَّى وَكَفَرَ -٢٣-
23. Kecuali orang
yang berpaling dan kafir,
Illā maη
tawallā wa kafar (kecuali orang yang berpaling dan kafir). Menurut satu
pendapat, lafazh illā (kecuali) pada ayat tersebut dapat dibaca, alā
(ketahuilah); maη tawallā (barangsiapa yang berpaling) dari iman; wa kafar .
(dan kafir) kepada Alloh Ta‘ala.
فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ -٢٤-
24. Maka Alloh akan
Mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat.
Fa
yu‘adz-dzibuhullōhu (maka Alloh akan Mengadzabnya) di
akhirat. Al-‘adzābal akbar (dengan adzab yang sangat dahsyat), yakni azab
neraka.
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ -٢٥-
25. Sesungguhnya
hanya kepada Kami kembali mereka.
Inna
ilainā iyābahum (sesungguhnya hanya kepada Kami kembali mereka), yakni kembali
mereka di akhirat.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ -٢٦-
26. Kemudian,
sesungguhnya hanya pada Kami penghisaban mereka.
Tsumma innā ‘alainā
hisābahum (kemudian, sesungguhnya hanya pada Kami penghitungan mereka), yakni
balasan mereka ketika di dunia, serta pahala dan siksa mereka di akhirat kelak.
No comments:
Post a Comment