اَلتِّيْنُ
SURAT AT-TIIN (BUAH TIN)
Surat ke 95 diturunkan di Makkah terdiri dari 8 ayat, 34
kata dan 150 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ -١-
1. Demi (buah) tin
dan (buah) zaitun,
Wat tīni
waz zaitūn (demi [buah] tin dan [buah] zaitun), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah
dengan buah tin kalian ini, dan dengan buah zaitun kalian ini. Menurut satu
pendapat, At-Tin dan Az-Zaitun adalah dua buah masjid yang terdapat di Syam.
Ada pula yang berpendapat, A-Tin dan Az-Zaitun adalah dua buah gunung yang
terdapat di Syam. At-Tin adalah gunung tempat berdirinya Baitul Maqdis, sedang
Az-Zaitun adalah gunung tempat di mana kota Damaskus berada. Yang
dimaksud dengan “Tin” oleh sebagian mufasir (ahli tafsir) ialah tempat tinggal
Nabi Nuh A.S., yaitu Damaskus yang banyak tumbuh pohon Tin; dan “Zaitun” ialah
Baitul Maqdis yang banyak tumbuh zaitun.
وَطُورِ سِينِينَ -٢-
2. Dan demi Gunung
Sina,
Wa thūri
sīnīn (dan demi Gunung Sinai), yakni dan Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan Gunung
Tsubair, yaitu sebuah gunung yang terletak di daerah Madyan. Di gunung itulah
Alloh Ta‘ala Berbicara dengan Nabi Musa A.S.. Dalam dialek An-Nabthi, setiap
jabal (gunung) disebut Ath-Thūr. Dan kata sīnīn adalah gunung yang pepohonannya
bagus.
Gunung Sinai adalah tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu.
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ -٣-
3. Dan demi negeri
ini yang aman,
Wa
hādzal baladil amīn (dan demi negeri ini yang aman), yakni dan Alloh Ta‘ala
juga Bersumpah dengan negeri ini (negeri Mekah). Siapa pun yang memasukinya
maka ia akan aman dari huru-hara.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ -٤-
4. Sungguh
benar-benar Kami telah Menciptakan manusia dalam sosok (bentuk) yang
sebaik-baiknya.
La qod
khalaqnal iηsāna (sesungguhnya Kami telah Menciptakan manusia) yang kafir,
yaitu al-Walid bin al-Mughirah. Ada yang mengatakan, Kaldah bin Usaid. Fī ahsani taqwīm (dalam sosok yang sebaik-baiknya), yakni
makhluk yang paling seimbang. Dan inilah yang menjadi tujuan sumpah di atas.
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ -٥-
5. Kemudian Kami
Kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya,
Tsumma
rodadnāhu (kemudian Kami Kembalikan ia) di akhirat.
Asfala sāfilīn (ke tempat yang serendah-rendahnya), yakni
ke dalam neraka. Menurut satu pendapat, la qod kholaqnal iηsāna (sesungguhnya
Kami telah Menciptakan manusia), yakni anak Adam; fī ahsani taqwīm (dalam sosok
yang sebaik-baiknya), yakni dalam bentuk yang sebaik-baiknya manakala masa
mudanya telah sempurna; tsuma rodadnāhu asfala sāfilīn (kemudian Kami
Kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya), yakni ke usia pikun. Pada
usia itu kebaikannya tidak akan dicatat lagi, kecuali apa yang telah ia perbuat
pada masa muda di saat ia masih kuat.
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
-٦-
6. Kecuali
orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka
adalah pahala yang tiada putus-putusnya.
Illal
ladzīna āmanū (kecuali orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan
Al-Qur﮲an. Wa ‘amilush shōlihāti (serta
mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang
semata-mata hanya antara diri mereka dengan Tuhan-nya.
Fa lahum ajrun ghoiru mamnūn (maka bagi mereka adalah pahala yang tiada
putus-putusnya), yakni yang tidak akan dikurangi dan tidak pula dibuat susah.
Sesudah pikun dan mati, kebaikan-kebaikan itu akan senantiasa mengalir bagi
mereka.
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ -٧-
7. Maka apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah itu?
Fa mā
yukadz-dzibuka (maka apa yang menyebabkan kamu mendustakan), hai al-Walid bin
al-Mughirah! Menurut yang lain, hai Kaldah bin Usaid! Dan ada pula yang
berpendapat, maka siapakah yang mendustakanmu, hai Muhammad SAW.! Ba‘du (sesudah itu), yakni sesudah apa yang
Kuterangkan kepadamu perihal perubahan makhluk: masa muda dan masa pikun serta
kebangkitan dan kematian. Menurut satu pendapat, maka sebab apakah yang
membawamu kepada pendustaan, hai Kaldah bin Usaid dan al-Walid bin al-Mughirah! Bid dīn (pembalasan), yakni adanya penghisaban pada
hari kiamat.
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ -٨-
8. Bukankah Alloh
adalah Hakim yang seadil-adilnya?
A laisallōhu bi ahkamil hākimīn (bukankah Alloh adalah
Hakim yang seadil-adilnya), yakni yang paling adil di antara yang adil, dan
yang paling utama di antara yang utama. Dia akan Menghidupkan kamu sesudah
mati, hai al-Walid!
No comments:
Post a Comment