Thursday, 15 October 2015

Surat At-Tiin



اَلتِّيْنُ
SURAT AT-TIIN (BUAH TIN)
Surat ke 95 diturunkan di Makkah terdiri dari 8 ayat, 34 kata dan 150 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ -١-
1. Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,
Wat tīni waz zaitūn (demi [buah] tin dan [buah] zaitun), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan buah tin kalian ini, dan dengan buah zaitun kalian ini. Menurut satu pendapat, At-Tin dan Az-Zaitun adalah dua buah masjid yang terdapat di Syam. Ada pula yang berpendapat, A-Tin dan Az-Zaitun adalah dua buah gunung yang terdapat di Syam. At-Tin adalah gunung tempat berdirinya Baitul Maqdis, sedang Az-Zaitun adalah gunung tempat di mana kota Damaskus berada. Yang dimaksud dengan “Tin” oleh sebagian mufasir (ahli tafsir) ialah tempat tinggal Nabi Nuh A.S., yaitu Damaskus yang banyak tumbuh pohon Tin; dan “Zaitun” ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh zaitun.
وَطُورِ سِينِينَ -٢-
2. Dan demi Gunung Sina,
Wa thūri sīnīn (dan demi Gunung Sinai), yakni dan Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan Gunung Tsubair, yaitu sebuah gunung yang terletak di daerah Madyan. Di gunung itulah Alloh Ta‘ala Berbicara dengan Nabi Musa A.S.. Dalam dialek An-Nabthi, setiap jabal (gunung) disebut Ath-Thūr. Dan kata sīnīn adalah gunung yang pepohonannya bagus. Gunung Sinai adalah tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu.
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ -٣-
3. Dan demi negeri ini yang aman,
Wa hādzal baladil amīn (dan demi negeri ini yang aman), yakni dan Alloh Ta‘ala juga Bersumpah dengan negeri ini (negeri Mekah). Siapa pun yang memasukinya maka ia akan aman dari huru-hara.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ -٤-
4. Sungguh benar-benar Kami telah Menciptakan manusia dalam sosok (bentuk) yang sebaik-baiknya.
La qod khalaqnal iηsāna (sesungguhnya Kami telah Menciptakan manusia) yang kafir, yaitu al-Walid bin al-Mughirah. Ada yang mengatakan, Kaldah bin Usaid. Fī ahsani taqwīm (dalam sosok yang sebaik-baiknya), yakni makhluk yang paling seimbang. Dan inilah yang menjadi tujuan sumpah di atas.
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ -٥-
5. Kemudian Kami Kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya,
Tsumma rodadnāhu (kemudian Kami Kembalikan ia) di akhirat. Asfala sāfilīn (ke tempat yang serendah-rendahnya), yakni ke dalam neraka. Menurut satu pendapat, la qod kholaqnal iηsāna (sesungguhnya Kami telah Menciptakan manusia), yakni anak Adam; fī ahsani taqwīm (dalam sosok yang sebaik-baiknya), yakni dalam bentuk yang sebaik-baiknya manakala masa mudanya telah sempurna; tsuma rodadnāhu asfala sāfilīn (kemudian Kami Kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya), yakni ke usia pikun. Pada usia itu kebaikannya tidak akan dicatat lagi, kecuali apa yang telah ia perbuat pada masa muda di saat ia masih kuat.
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ -٦-
6. Kecuali orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka adalah pahala yang tiada putus-putusnya.
Illal ladzīna āmanū (kecuali orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran. Wa ‘amilush shōlihāti (serta mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang semata-mata hanya antara diri mereka dengan Tuhan-nya. Fa lahum ajrun ghoiru mamnūn (maka bagi mereka adalah pahala yang tiada putus-putusnya), yakni yang tidak akan dikurangi dan tidak pula dibuat susah. Sesudah pikun dan mati, kebaikan-kebaikan itu akan senantiasa mengalir bagi mereka.
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ -٧-
7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah itu?
Fa mā yukadz-dzibuka (maka apa yang menyebabkan kamu mendustakan), hai al-Walid bin al-Mughirah! Menurut yang lain, hai Kaldah bin Usaid! Dan ada pula yang berpendapat, maka siapakah yang mendustakanmu, hai Muhammad SAW.! Ba‘du (sesudah itu), yakni sesudah apa yang Kuterangkan kepadamu perihal perubahan makhluk: masa muda dan masa pikun serta kebangkitan dan kematian. Menurut satu pendapat, maka sebab apakah yang membawamu kepada pendustaan, hai Kaldah bin Usaid dan al-Walid bin al-Mughirah! Bid dīn (pembalasan), yakni adanya penghisaban pada hari kiamat.
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ -٨-
8. Bukankah Alloh adalah Hakim yang seadil-adilnya?
A laisallōhu bi ahkamil hākimīn (bukankah Alloh adalah Hakim yang seadil-adilnya), yakni yang paling adil di antara yang adil, dan yang paling utama di antara yang utama. Dia akan Menghidupkan kamu sesudah mati, hai al-Walid!

No comments:

Post a Comment