Wednesday, 21 October 2015

Surat Al-Infithaar



اَلْاِنْفِطَارُ
SURAT A-INFITHOOR (TERBELAH)
Surat ke 82 diturunkan di Makkah terdiri dari 19 ayat, 80 kata dan 327 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِذَا السَّمَاء انفَطَرَتْ -١-
1. Bila langit terbelah,
Idzas samā-uηfathorat (bila langit terbelah), yakni terbelah karena Turunnya Tuhan –tanpa perlu mempertanyakan bagaimana turunnya Tuhan, para malaikat, dan perintah yang Dikehendaki-Nya.
وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انتَثَرَتْ -٢-
2. Dan bila bintang-bintang berserakan,
Wa idzal kawākibuηtatsarot (dan bila bintang-bintang berserakan), yakni berjatuhan ke permukaan bumi.
وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ -٣-
3. Dan bila lautan diluapkan,
Wa idzal bihāru fujjirot (dan bila lautan diluapkan), yakni dibukakan satu sama lain, hingga laut yang asin bercampur dengan laut yang tawar lalu menjadi satu lautan.
وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ -٤-
4. Dan bila kubur-kubur dibongkar,
Wa idzal qubūru bu‘tsirot (dan bila kubur-kubur dibongkar), yakni digali dan orang-orang mati yang ada di dalamnya dikeluarkan.
عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ -٥-
5. (maka) setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan(nya).
‘Alimat nafsun (tahulah jiwa), yakni ketika itu tahulah setiap jiwa. Mā qoddamat (apa yang telah diperbuatnya), yakni kebaikan atau keburukan yang telah diperbuatnya. Wa akh-khorot (dan telah dilalaikannya), yakni kebaikan atau keburukan yang telah dilalaikannya. Menurut satu pendapat, mā qoddamat (apa yang telah diperbuatnya), yakni ketaatan yang telah ditunaikannya; wa akh-khorot (dan telah dilalaikannya), yakni ketaatan yang telah disia-siakannya.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ -٦-
6. Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhan-mu Yang Maha Pengasih.
Yā ayyuhal iηsānu (wahai manusia) yang kafir, yaitu Kaldah bin Usaid. Mā ghorroka bi robbika (apa yang telah memperdaya engkau tentang Tuhan-mu) ketika engkau kafir kepada Tuhan-mu. Al-karīm (Yang Maha Mulia), yakni Yang Maha Pemaaf.
الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ -٧-
7. Yang telah menciptakanmu, kemudian menyempurnakanmu serta menyeimbangkanmu.
Alladzī kholaqoka (yang telah menciptakanmu) sebagai makhluk hidup yang berasal dari nutfah. Fa sawwāka (kemudian menyempurnakanmu) di dalam perut ibumu. Fa ‘adalak (seraya menyeimbangkanmu), yakni menjadikanmu memiliki perawakan yang tegak.
فِي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ -٨-
8. Dia yang telah Menyusunmu dalam sosok yang Dikehendaki-Nya.
Fī ayyi shūrotim mā syā-a rokkabak (Dia-lah yang telah Menyusunmu dalam sosok yang Dikehendaki-Nya). Jika Dia Menghendaki, Dia dapat Menjadikanmu mirip dengan rupa paman dari pihak bapak atau paman dari pihak ibu. Jika Dia Menghendaki, Dia dapat Menjadikanmu tampan, dan jika Dia Menghendaki, Dia dapat Menjadikanmu jelek. Dan jika Dia Menghendaki, Dia dapat Memberimu rupa seekor monyet, babi, atau rupa-rupa lainnya.
كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ -٩-
9. Janganlah begitu! Sebenarnya kalian mendustakan hari pembalasan.
Kallā (janganlah begitu), yakni sungguh! Bal tukadz-dzibūna (sebenarnya kalian mendustakan), wahai segenap kaum Quraisy! Bid dīn (hari pembalasan), yakni hari penghisaban dan penentuan.
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ -١٠-
10. Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
Wa inna ‘alaikum la hāfizhīn (padahal sesungguhnya pada kalian benar-benar ada para pengawas), yakni para malaikat yang mengawasi dan mencatat amal perbuatan kalian.
كِرَاماً كَاتِبِينَ -١١-
11. Yang mulia dan yang mencatat.
Kirōman (yang mulia), yakni yang mulia dalam Pandangan Alloh Ta‘ala serta berserah diri. Kātibīn (dan yang mencatat) amal perbuatan kalian.
يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ -١٢-
12. Mereka mengetahui segala apa yang kalian perbuat.
Ya‘lamūna mā taf‘alūn (mereka mengetahui segala apa yang kalian perbuat), yakni mengetahui segala kebaikan dan keburukan yang kalian perbuat dan yang kalian katakan seraya mencatatnya.
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ -١٣-
13. Sesungguhnya orang-orang yang saleh pasti berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
Innal abrōra (sesungguhnya orang-orang yang saleh) dan bersungguh-sungguh dalam keimanannya, yaitu Abu Bakr dan teman-temannya. La fī na‘īm (pasti berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan), yakni dalam surga yang kenikmatannya abadi.
وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ -١٤-
14. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka pasti berada di dalam api yang menyala-nyala.
Wa innal fujjāro (dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka), yakni orang-orang kafir: Kaldah dan kawan-kawannya. La fī jahīm (pasti berada di dalam api yang menyala-nyala), yakni di dalam neraka.
يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ -١٥-
15. Mereka akan masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.
Yash-launahā yaumad dīn (mereka akan masuk ke dalamnya pada hari pembalasan), yakni pada hari penghisaban dan penentuan di antara semua makhluk.
وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ -١٦-
16. Dan mereka tidak mungkin keluar dari neraka itu.
Wa mā hum (dan tidaklah mereka), yakni orang-orang kafir. ‘Anhā (darinya), yakni dari neraka. Bi ghā-ibīn (dapat lolos), ketika mereka sudah masuk ke dalamnya.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ -١٧-
17. Dan tahukah kamu, apakah hari pembalasan itu?
Wa mā adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Mā yaumud dīn (apakah hari pembalasan itu), yakni apakah hari penghisaban itu?
ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ -١٨-
18. Sekali lagi, tahukah kamu, apakah hari pembalasan itu?
Tsumma mā adrōka (sekali lagi, tahukah kamu), hai Muhammad! Mā yaumud dīn (apakah hari pembalasan itu), yakni apakah hari penghisaban itu? Alloh Ta‘ala Membuat beliau tercengang dengan ungkapan itu, (yang bertujuan) untuk mengagungkan persoalan hari pembalasan.
يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئاً وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ -١٩-
19. (Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Alloh.
Yauma lā tamliku nafsun (yaitu pada hari ketika tak seorang pun yang memiliki kekuasaan), yakni tak seorang Mukmin pun yang memiliki kesanggupan. Li nafsin (untuk orang lain), yakni untuk orang kafir. Syai-ā (barang sedikit pun), berupa keselamatan dan syafaat. Wal amru (dan segala urusan), yakni semua ketentuan dan keputusan di antara hamba. Yauma-idzil lillāh (pada hari itu adalah Kepunyaan Alloh), yakni berada dalam Kekuasaan Alloh Ta‘ala. Pada hari itu, tak ada yang mampu menguasai urusan selain Dia dan tak seorang pun yang dapat mendebat-Nya.

No comments:

Post a Comment