اَلْمُطَفِّفِينَ
SURAT AL-MUTHOFFIFIIN (ORANG-ORANG YANG CURANG)
Surat ke 83
diturunkan di antara Makkah dan Madinah pada saat nabi Muhammad hijrah ke
Madinah, jadi ada dua pendapat; ada yang mengatakan turun di Makkah dan ada
pula yang mengatakan turun di Madinah, terdiri dari 36
ayat, 199
kata dan 780 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ -١-
1. Kebinasaanlah
bagi orang-orang yang curang!
Wailun
(kebinasaanlah), yakni adzab yang beratlah. Lil muthoffifīn (bagi orang-orang
yang curang) dalam menakar dan menimbang. Mereka adalah penduduk Madinah yang
suka berlaku buruk dalam menakar dan menimbang sebelum datangnya Nabi Muhammad
SAW. kepada mereka. Kemudian turunlah surah ini kepada Nabi SAW. dalam
perjalanan hijrah menuju Madinah, wailun (kebinasaanlah), yakni adzab yang
beratlah; lil muthaffifīn (bagi orang-orang yang curang), yakni bagi
orang-orang yang buruk dalam menakar dan menimbang. Selanjutnya Alloh Ta‘ala
Berfirman menjelaskan perihal orang-orang yang buruk dalam menakar dan
menimbang.
الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُواْ عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ -٢-
2. Yaitu
orang-orang yang bila menerima takaran dari orang lain, mereka menuntut penuh.
Alladzīna
idzaktālū ‘alan nāsi (yaitu orang-orang yang bila menerima takaran dari orang
lain), yakni apabila mereka membeli dari orang lain serta menakar dan menimbang
untuk diri sendiri. Yastaufūn (mereka menuntut penuh), yakni mereka benar-benar
menyempurnakan takaran dan timbangan.
وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ -٣-
3. Namun, apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka kurangi.
Wa idzā
kālūhum aw wazanūhum yukhsirūn (namun, apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka kurangi), yakni mereka mengurangi takaran dan
timbangan seraya berlaku sangat curang. Menurut satu pendapat, wailun
(kebinasaanlah), yakni adzab yang beratlah pada hari itu; lilmuthoffifīn (bagi
orang-orang yang curang) dalam shalat, zakat, shaum, dan ibadah-ibadah lainnya.
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ -٤-
4. Tidakkah mereka
mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
Alā
yazhunnu (tidakkah mengetahui), yakni tidakkah mengetahui dan meyakini. Ulā-ika
(mereka), yakni orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Annahum
mab‘ūtsūn (bahwasanya mereka akan dibangkitkan), yakni akan dihidupkan kembali.
لِيَوْمٍ عَظِيمٍ -٥-
5. Pada hari yang
besar?
Li
yaumin ‘azhīm (pada hari yang besar), yakni pada hari yang ketakutannya sangat
hebat. Itulah hari kiamat.
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ -٦-
6. Yaitu pada hari
manusia bangkit untuk (menghadap) Tuhan semesta alam.
Yauma
yaqūmun nāsu (yaitu pada hari manusia bangkit) dari kubur. Li robbil ‘ālamīn
(untuk [menghadap] Tuhan semesta alam), yakni Tuhan semua yang bernyawa dan
bergerak di muka bumi, serta Tuhan semua penghuni langit. Alhasil, setelah Nabi
SAW. membacakan surah ini, orang-orang pun bertobat dan kembali menyempurnakan
takaran dan timbangan.
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ -٧-
7. Janganlah
begitu! Sesungguhnya kitab orang-orang durhaka benar-benar ada dalam Sijjīn.
Kallā
(janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Inna kitābal fujjāri
(sesungguhnya kitab [catatan] orang-orang durhaka itu), yakni perbuatan
orang-orang kafir itu. La fī sijjīn (benar-benar ada dalam Sijjīn).
وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ -٨-
8. Dan tahukah
kamu, apakah Sijjīn itu?
Wa mā
adrōka (tahukah kamu), hai Muhammad! Mā
sijjīn (apakah Sijjīn itu). Ungkapan ini bertujuan untuk mengagungkan perihal
Sijjīn.
كِتَابٌ مَّرْقُومٌ -٩-
9. Ialah kitab yang
bertuliskan.
Kitābum
marqūm (ialah kitab yang bertuliskan), yakni amal-amal anak Adam termaktub
dalam sebuah batu besar berwarna hijau yang berada di bawah bumi ke tujuh, bumi
yang paling bawah. Itulah Sijjin.
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ -١٠-
10. Kecelakaanlah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Wailun
(kebinasaanlah), yakni adzab yang beratlah. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni
pada hari kiamat. Lil mukadz-dzibīn (bagi orang-orang yang mendustakan)
keimanan dan hari kebangkitan.
الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ -١١-
11. Yaitu
orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
Alladzīna
yukadz-dzibūna bi yaumid dīn (yaitu orang-orang yang mendustakan hari
pembalasan), yakni hari penghisaban dan penentuan.
وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ -١٢-
12. Dan tiadalah
yang mendustakannya melainkan semua yang melampaui batas lagi banyak berdosa.
Wa mā
yukadz-dzibu bihī (dan tiadalah yang mendustakannya), yakni mendustakan hari
pembalasan. Illā kullu mu‘tadin (melainkan semua yang melampaui batas)
kebenaran serta berlaku sewenang-wenang dan zalim. Atsīm (lagi banyak berdosa),
yakni durhaka, seperti al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi.
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ -١٣-
13. Apabila
dibacakan Ayat-ayat Kami kepadanya, ia mengatakan, (Ini) adalah dongeng
orang-orang terdahulu.
Idzā
tutlā ‘alaihi (apabila dibacakan kepadanya), yakni kepada al-Walid bin
al-Mughirah. āyātunā (Ayat-ayat Kami), yakni Al-Qur﮲an yang berisi
perintah dan larangan. Qāla asāthīrul awwalīn (ia mengatakan, [Ini] adalah
dongeng orang-orang terdahulu), yakni ini adalah cerita dan kebohongan
orang-orang terdahulu pada masanya.
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ -١٤-
14. Janganlah
begitu! Sebenarnya apa yang selalu mereka perbuat telah menutupi hati mereka.
Kallā
(janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Bal rōna
(sebenarnya telah menutupi), yakni sebenarnya Alloh Ta‘ala telah Mengunci. ‘Alā
qulūbihim (hati mereka), yakni hati orang-orang yang mendustakan hari
pembalasan. Menurut yang lain, dosa demi dosa telah menutupi hati mereka,
sehingga hati mereka menjadi hitam. Itulah karat yang ada di dalam hati. Mā
kānū yaksibūn (apa yang selalu mereka perbuat itu), yakni karena kemusyrikan
yang senantiasa mereka perbuat.
كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ -١٥-
15. Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat)
Tuhan-nya.
Kallā
(janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Innahum (sesungguhnya mereka),
yakni orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. ‘Ar robbihim (dari Tuhan
mereka), yakni dari melihat Tuhan mereka. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni
pada hari kiamat. La mahjūbūn (benar-benar terhalang), yakni benar-benar
terhalang. Sedangkan orang-orang Mukmin tidak terhalang untuk melihat Tuhan
mereka.
ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيمِ -١٦-
16. Kemudian mereka
pasti akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.
Tsumma
innahum la shālul jahīm (kemudian mereka pasti akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala), yakni benar-benar akan masuk neraka.
ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ -١٧-
17. Kemudian,
dikatakan (kepada mereka), “Inilah (adzab) yang dahulu kamu dustakan.”
Tsumma
yuqōlu (kemudian dikatakan), yakni Malaikat
Zabaniyah berkata kepada mereka ketika mereka memasuki neraka. Hādzal ladzī
kuηtum bihī (Inilah yang dahulu kalian), yakni inilah adzab yang dahulu ketika
di dunia, kalian. Tukadz-dzibūn (dustakan) bahwasanya adzab itu tidak akan
pernah ada.
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ -١٨-
18. Janganlah
begitu! Sesungguhnya catatan orang-orang yang taat itu benar-benar ada dalam
‘Illiyyīn.
Kallā
(janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Inna kitābal abrōri
(sesungguhnya catatan orang-orang yang taat), yakni amal orang yang
bersungguh-sungguh dalam keimanannya. La fī ‘illiyyīn (benar-benar ada dalam
‘Illiyyīn).
وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ -١٩-
19. Dan tahukah
kamu, apakah ‘Illiyyīn itu?
Wa mā
adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Mā
‘illiyyūn (apakah ‘Illiyyīn itu), yakni apakah yang ada di dalam ‘Illiyyīn?
كِتَابٌ مَّرْقُومٌ -٢٠-
20. Ialah catatan
yang bertuliskan,
Kitābum
marqūm (ialah kitab yang bertuliskan), yakni amal orang-orang yang taat
termaktub dalam sebuah Lauh yang terbuat dari zabarjud berwarna hijau. Ia
berada di langit ke tujuh di bawah Arasy (Allah) Yang Maha Pengasih. Itulah
yang dimaksud dengan ‘Illiyyīn.
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ -٢١-
21. Yang disaksikan
oleh al-Muqorrobūn.
Yasyhaduhul
muqorrobūn (yang disaksikan oleh al-Muqarrabūn), yakni amal perbuatan
orang-orang yang taat disaksikan oleh para penghuni (malaikat) langit yang
didekatkan kepada Alloh.
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ -٢٢-
22. Sesungguhnya
orang-orang yang taat benar-benar berada di dalam surga yang penuh dengan
kenikmatan.
Innal
abrōra (sesungguhnya orang-orang yang taat),
yakni orang yang bersungguh-sungguh dalam keimanannya. Mereka adalah
orang-orang yang tidak pernah menyakiti (orang lain) barang sedikit pun. La fī
na‘īm (benar-benar berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan), yakni
di dalam surga yang kenikmatannya abadi.
عَلَى الْأَرَائِكِ يَنظُرُونَ -٢٣-
23. Mereka (duduk)
di atas dipan-dipan melepas pandangan.
‘Alal arō-iki
(dari atas dipan-dipan), yakni di atas ranjang-ranjang di dalam kamar-kamar
pengantin. Yaηzhurūn (mereka memandang) para penghuni neraka.
تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ -٢٤-
24. Kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
Ta‘rifu
(kamu akan mengetahui), hai Muhammad! Fī wujūhihim (pada wajah-wajah mereka),
yakni wajah-wajah para penghuni surga. Nadhrotan na‘īm (ada cahaya
kebahagiaan), yakni indahnya kebahagiaan.
يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ -٢٥-
25. Dihidangkan
kepada mereka khamar yang masih disegel.
Yusqauna
(dihidangkan kepada mereka) di dalam surga. Mir rohīqim makhtūm (khamar yang
masih disegel), yakni yang dicampur.
خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ -٢٦-
26. Kesudahannya
wangi kesturi. Dan untuk itu, maka hendaknya berpaculah orang-orang yang mau
berlomba.
Khitāmuhū
(kesudahannya), yakni akibatnya. Misk, wa fī dzālika (wangi kesturi. Dan untuk
itu), yakni untuk meraih apa yang telah Kuterangkan perihal surga itu. Fal
yatanāfasil mutanāfisūn (maka hendaknya berpaculah orang-orang yang mau
berlomba), yakni hendaklah orang-orang yang beramal benar-benar dalam amalnya,
orang-orang yang berusaha bersungguh-sungguh dalam usahanya, orang-orang yang
berlomba benar-benar dalam perlombaannya, dan orang-orang yang berkurban
benar-benar dalam pengurbanannya.
وَمِزَاجُهُ مِن تَسْنِيمٍ -٢٧-
27. Dan campuran
khamar adalah Tasnim.
Wa mizājuhū miη tasnīm (dan campuran khamar adalah
Tasnim).
عَيْناً يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ -٢٨-
28. (yaitu) mata
air yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Alloh).
‘Ainan
(yaitu mata air) yang dialirkan kepada mereka dari surga ‘Adn. Yasyrobu bihā
(di mana minum darinya), yakni dari mata air Tasnim. Al-muqorrobūn (orang-orang
yang didekatkan) ke surga ‘Adn, murni tanpa campuran.
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُواْ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ -٢٩-
29. Sesungguhnya
orang-orang yang durhaka dahulu selalu menertawakan orang-orang yang beriman.
Innal
ladzīna ajromū (sesungguhnya orang-orang yang durhaka), yakni orang-orang yang
musyrik: Abu Jahl dan kawan-kawannya. Kānū minal ladzīna āmanū yadh-hakūn
(dahulu selalu menertawakan orang-orang yang beriman), yaitu selalu mencemooh
dan mengolok-olok ‘Ali dan para sahabatnya.
وَإِذَا مَرُّواْ بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ -٣٠-
30. Dan apabila
mereka (orang-orang yang beriman) lewat di hadapan mereka, mereka saling
mengedipkan mata.
Wa idzā
marrū bihim (dan apabila mereka [orang-orang yang beriman] lewat di hadapan
mereka), yakni di hadapan orang-orang kafir, ketika mereka hendak menemui
Rasulullah SAW.. Yataghōmazūn
(mereka saling mengedipkan mata), yakni mencela.
وَإِذَا انقَلَبُواْ إِلَى أَهْلِهِمُ انقَلَبُواْ فَكِهِينَ -٣١-
31. Dan apabila
mereka kembali kepada komplotannya, mereka kembali dengan gembira.
Wa
idzangqolabū (dan apabila mereka kembali), yakni apabila orang-orang kafir itu
pulang. Ilā ahlihimungqolabū (kepada komplotannya, mereka kembali), yakni
mereka pulang. Fakihīn (dengan gembira), yakni seraya merasa bangga dengan
kemusyrikan mereka dan olok-olok mereka terhadap kaum Mukminin.
وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاء لَضَالُّونَ -٣٢-
Dan apabila mereka melihat (orang-orang Mukmin), mereka
mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,”
Wa idzā ro-auhum
(dan apabila orang-orang kafir melihat mereka), yakni melihat para shahabat
Nabi SAW.. Qōlū (mereka berkata), yakni orang-orang
kafir itu berkata. Inna hā-ulā-i (Sesungguhnya orang-orang ini), yakni para
shahabat Nabi Muhammad SAW.. La dhōllūn (benar-benar sesat) dari petunjuk.
وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ -٣٣-
33. Padahal
(orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga
(orang-orang Mukmin).
Wa mā
ursilū ‘alaihim (padahal orang-orang kafir itu tidaklah diutus kepada mereka),
yakni tidaklah orang-orang kafir itu diberi kekuasaan kepada kaum Mukminin.
Hāfizhīn (untuk menjaga) mereka dan amal perbuatan mereka.
فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُواْ مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ -٣٤-
34. Maka pada hari
ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.
Fal
yauma (maka pada hari ini), yakni pada hari kiamat. Alladzīna āmanū
(orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an.
Mereka adalah ‘Ali dan teman-temannya. Minal kuffāri yadl-hakūn (menertawakan
orang-orang kafir).
عَلَى الْأَرَائِكِ يَنظُرُونَ -٣٥-
35. Dari atas
dipan-dipan, mereka memandang.
‘Alal arō-iki
(dari atas dipan-dipan), yakni di atas ranjang di dalam kamar-kamar pengantin.
Yaηzhurun (mereka memandang) ke arah para penghuni neraka yang tengah diseret
ke dalam neraka.
هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ -٣٦-
36. Bukankah
orang-orang kafir itu diberi balasan atas perbuatan mereka dahulu?
Hal tsuwwibal kuffōru (bukankah orang-orang kafir itu diberi
balasan), yakni bukankah orang-orang kafir itu diberi ganjaran di akhirat. Mā
kānū yaf‘alūn (atas perbuatan mereka dahulu), yakni sesuai dengan perbuatan dan
perkataan mereka ketika di dunia.
No comments:
Post a Comment