اَلضُّحَى
SURAT ADH-DHUHA (WAKTU MATAHARI NAIK SEPENGGALAH)
Surat ke 93
diturunkan di Makkah terdiri dari 11 ayat, 40 kata dan 170 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
وَالضُّحَى -١-
1. Demi waktu dhuha,
Wadh dhuhā
(demi waktu dhuha [ketika matahari naik sepenggalah]), yakni Alloh Ta‘ala
Bersumpah dengan seluruh waktu siang.
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى -٢-
2. Dan demi malam
apabila telah sunyi,
Wal
laili idzā sajā (dan demi malam apabila telah sunyi), yakni apabila telah gelap
dan kelam.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا
قَلَى -٣-
3. Tuhan-mu tidak
meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu
Saat
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. terhenti untuk sementara, orang-orang
musyrik berkata, “Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci
kepadanya.” Maka turunlah ayat ini guna membantah perkataan tersebut. Mā
wadda‘aka robbuka (tiadalah Tuhan-mu Meninggalkan kamu), yakni tiadalah Tuhan-mu
Menelantarkan kamu sejak Aku Menyampaikan wahyu kepadamu. Wa mā qolā (dan tidak
pula benci), yakni tidak pula Aku Membencimu sejak Aku Mencintaimu. Dan inilah
yang menjadi tujuan sumpah di atas. Hal ini terjadi setelah Alloh Ta‘ala
Menahan wahyu dari beliau selama lima belas malam, sebab beliau telah
mengabaikan pujian kepada-Nya. Sehingga Orang-orang musyrik berkata, Tuhan dia telah
Meninggalkannya dan telah Membencinya.
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ
الْأُولَى -٤-
4. Dan sungguh,
yang kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).
Wa lal
ākhirotu khoirul laka minal ūlā (dan sesungguhnya akhirat lebih baik bagimu
daripada dunia), yakni pahala akhirat lebih baik bagimu daripada pahala dunia. Akhir
perjuangan Nabi Muhammad SAW. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang
permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian mufasir (ahli
tafsir) yang mengartikan ākhirat dengan “kehidupan akhirat” beserta segala
kesenangannya dan ūlā dengan arti “kehidupan dunia.”
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ
فَتَرْضَى -٥-
5. Dan kelak Tuhan-mu
pasti Memberi kamu, lalu kamu pun menjadi puas.
Wa la
saufa yu‘thīka robbuka (dan kelak Tuhan-mu pasti Memberi kamu), yakni pasti
Memberi kamu syafaat di akhirat. Fa tardhō (lalu
kamu pun menjadi puas), yakni sehingga kamu pun menjadi puas. Selanjutnya Alloh
Ta‘ala Mengungkapkan perihal anugerah yang Dia Berikan kepada beliau, Dia
Berfirman:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى
-٦-
6. Bukankah Dia
Mendapati kamu sebagai seorang yatim, kemudian Dia Memberi perlindungan.
A lam
yajidka (bukankah Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! Yatīman (sebagai seorang
yatim), yakni tanpa ayah dan ibu. Fa āwā (kemudian Dia Memberi perlindungan),
yakni kemudian Dia Memberimu perlindungan dengan pamanmu, Abu Thalib, dan Dia
telah Mencukupkan keperluanmu. Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu
Jibril A.S. berkata:
وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى
-٧-
7. Dan Dia
Mendapati kamu sebagai seorang yang bingung, kemudian Dia Memberi petunjuk.
Wa
wajadaka (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! Dhōllan
(sebagai seorang yang bingung) di antara orang-orang yang sesat. Fa hadā
(kemudian Dia Memberi petunjuk), yakni kemudian Dia Memberimu petunjuk dengan
kenabian? Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu Jibril A.S. melanjutkan
perkataannya:
وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى
-٨-
Dan Dia Mendapati kamu sebagai seorang yang kekurangan,
kemudian Dia Memberi kecukupan.
Wa
wajadaka (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! ‘Ā-ilan (sebagai seorang yang
kekurangan), yakni sebagai seorang fakir. Fa aghnā (kemudian Dia Memberi
kecukupan), yakni kemudian Dia Memberimu kecukupan dengan harta Khodijah. Ada
yang berpendapat, kemudian Dia Membuatmu rela dengan apa yang telah Dia Berikan
kepadamu? Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Jibril A.S. berkata lagi:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
-٩-
9. Maka adapun
terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Fa ammal
yatīma fa lā taqhar (adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang), yakni maka janganlah kamu berlaku zalim dan menghinakannya.
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ -١٠-
10. Dan adapun
terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardik(nya).
Wa ammas
sā-ila fa lā tanhar (dan adapun terhadap orang yang meminta-minta, maka
janganlah kamu menghardiknya), yakni maka janganlah kamu menolaknya sehingga
membuat dia kecewa, dan jangan pula membentaknya.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ -١١-
11. Dan adapun
terhadap Nikmat Tuhan-mu, maka hendaklah kamu beritahukan (dengan bersyukur).
Wa ammā bi ni‘mati robbika
(dan adapun terhadap Nikmat Tuhan-mu), yakni terhadap kenabian dan Islam. Fa haddits (maka
hendaklah kamu beritahukan), yakni maka hendaklah kamu menceritakan dan
mengabarkannya kepada orang lain, serta berilah mereka nasihat dengannya
(kenabian dan Islam).
No comments:
Post a Comment