Friday, 16 October 2015

Surat Adh-Dhuha

اَلضُّحَى
SURAT ADH-DHUHA (WAKTU MATAHARI NAIK SEPENGGALAH)
Surat ke 93 diturunkan di Makkah terdiri dari 11 ayat, 40 kata dan 170 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالضُّحَى -١-
1. Demi waktu dhuha,
Wadh dhuhā (demi waktu dhuha [ketika matahari naik sepenggalah]), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan seluruh waktu siang.
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى -٢-
2. Dan demi malam apabila telah sunyi,
Wal laili idzā sajā (dan demi malam apabila telah sunyi), yakni apabila telah gelap dan kelam.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى -٣-
3. Tuhan-mu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu
Saat turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. terhenti untuk sementara, orang-orang musyrik berkata, “Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadanya.” Maka turunlah ayat ini guna membantah perkataan tersebut. Mā wadda‘aka robbuka (tiadalah Tuhan-mu Meninggalkan kamu), yakni tiadalah Tuhan-mu Menelantarkan kamu sejak Aku Menyampaikan wahyu kepadamu. Wa mā qolā (dan tidak pula benci), yakni tidak pula Aku Membencimu sejak Aku Mencintaimu. Dan inilah yang menjadi tujuan sumpah di atas. Hal ini terjadi setelah Alloh Ta‘ala Menahan wahyu dari beliau selama lima belas malam, sebab beliau telah mengabaikan pujian kepada-Nya. Sehingga Orang-orang musyrik berkata, Tuhan dia telah Meninggalkannya dan telah Membencinya.
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى -٤-
4. Dan sungguh, yang kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).
Wa lal ākhirotu khoirul laka minal ūlā (dan sesungguhnya akhirat lebih baik bagimu daripada dunia), yakni pahala akhirat lebih baik bagimu daripada pahala dunia. Akhir perjuangan Nabi Muhammad SAW. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian mufasir (ahli tafsir) yang mengartikan ākhirat dengan “kehidupan akhirat” beserta segala kesenangannya dan ūlā dengan arti “kehidupan dunia.”
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى -٥-
5. Dan kelak Tuhan-mu pasti Memberi kamu, lalu kamu pun menjadi puas.
Wa la saufa yu‘thīka robbuka (dan kelak Tuhan-mu pasti Memberi kamu), yakni pasti Memberi kamu syafaat di akhirat. Fa tardhō (lalu kamu pun menjadi puas), yakni sehingga kamu pun menjadi puas. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Mengungkapkan perihal anugerah yang Dia Berikan kepada beliau, Dia Berfirman:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى -٦-
6. Bukankah Dia Mendapati kamu sebagai seorang yatim, kemudian Dia Memberi perlindungan.
A lam yajidka (bukankah Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! Yatīman (sebagai seorang yatim), yakni tanpa ayah dan ibu. Fa āwā (kemudian Dia Memberi perlindungan), yakni kemudian Dia Memberimu perlindungan dengan pamanmu, Abu Thalib, dan Dia telah Mencukupkan keperluanmu. Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu Jibril A.S. berkata:
وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى -٧-
7. Dan Dia Mendapati kamu sebagai seorang yang bingung, kemudian Dia Memberi petunjuk.
Wa wajadaka (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! Dhōllan (sebagai seorang yang bingung) di antara orang-orang yang sesat. Fa hadā (kemudian Dia Memberi petunjuk), yakni kemudian Dia Memberimu petunjuk dengan kenabian? Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu Jibril A.S. melanjutkan perkataannya:
وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى -٨-
Dan Dia Mendapati kamu sebagai seorang yang kekurangan, kemudian Dia Memberi kecukupan.
Wa wajadaka (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! ‘Ā-ilan (sebagai seorang yang kekurangan), yakni sebagai seorang fakir. Fa aghnā (kemudian Dia Memberi kecukupan), yakni kemudian Dia Memberimu kecukupan dengan harta Khodijah. Ada yang berpendapat, kemudian Dia Membuatmu rela dengan apa yang telah Dia Berikan kepadamu? Nabi SAW. menjawab, Benar, wahai Jibril! Jibril A.S. berkata lagi:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ -٩-
9. Maka adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Fa ammal yatīma fa lā taqhar (adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang), yakni maka janganlah kamu berlaku zalim dan menghinakannya.
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ -١٠-
10. Dan adapun terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardik(nya).
Wa ammas sā-ila fa lā tanhar (dan adapun terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya), yakni maka janganlah kamu menolaknya sehingga membuat dia kecewa, dan jangan pula membentaknya.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ -١١-
11. Dan adapun terhadap Nikmat Tuhan-mu, maka hendaklah kamu beritahukan (dengan bersyukur).
Wa ammā bi ni‘mati robbika (dan adapun terhadap Nikmat Tuhan-mu), yakni terhadap kenabian dan Islam. Fa haddits (maka hendaklah kamu beritahukan), yakni maka hendaklah kamu menceritakan dan mengabarkannya kepada orang lain, serta berilah mereka nasihat dengannya (kenabian dan Islam).

No comments:

Post a Comment