اَلتَّكْوِيْرُ
SURAT AT-TAKWIR (PENGGULUNGAN)
Surat ke 81
diturunkan di Makkah terdiri dari 29
ayat, 104 kata dan 533 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ -١-
1. Bila matahari
digulung,
Idzasy
syamsu kuwwirot (bila matahari digulung), seperti digulungnya sorban lalu
dilemparkan ke dalam hijab cahaya. Ada yang berpendapat, (bila matahari
digulung), yakni telah dijatuhkan. Menurut yang lain, bila cahayanya telah
sirna.
وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ -٢-
2. Dan bila
bintang-bintang berguguran,
Wa idzan
nujūmungkadarot (dan bila bintang-bintang berguguran), yakni berjatuhan menimpa
permukaan bumi.
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ -٣-
3. Dan bila
gunung-gunung diluluhlantakkan,
Wa idzal
jibālu suyyirot (dan bila gunung-gunung diluluhlantakkan), yakni dihilangkan
dari permukaan bumi.
وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ -٤-
4. Dan bila
unta-unta bunting diabaikan,
Wa idzal
‘isyāru (dan bila unta-unta bunting), yakni unta-unta betina yang bunting. ‘Uth-thilat
(diabaikan), yakni diabaikan oleh pemiliknya karena sibuk mengurus diri mereka
sendiri.
وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ -٥-
5. Dan bila
binatang-binatang liar dikumpulkan,
Wa idzal
wuhūsyu husyirot (dan bila binatang-binatang liar dikumpulkan). Menurut satu
pendapat, dikumpulkan oleh kematiannya.
وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ -٦-
6. Dan bila lautan
dijadikan meluap,
Wa idzal
bihāru sujjirot (dan bila lautan dijadikan meluap), yakni dibukakan satu sama
lain, hingga laut yang asin bercampur dengan laut yang tawar dan menjadi satu
lautan. Menurut yang lain, dijadikan api.
وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ -٧-
7. Dan bila roh-roh
dipertemukan,
Wa idzan
nufūsu zuwwijat (dan bila roh-roh dipertemukan), yakni disatukan dengan
pasangannya. Ada yang berpendapat, disatukan dengan pasangannya: yang Mukmin
dengan bidadari-bidadari bermata jelita, yang kafir dengan setan, yang saleh
dengan yang saleh, dan yang durhaka dengan yang durhaka.
وَإِذَا الْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ -٨-
8. Dan bila anak
perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
Wa idzal
mau-ūdatu (dan bila anak perempuan yang dikubur hidup-hidup), yakni yang
dibunuh dengan cara dikubur. Su-ilat (ditanya), yakni ia bertanya kepada
bapaknya.
بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ -٩-
9. Karena dosa apa
ia dibunuh?
Bi ayyi
dzambing qutilat (karena dosa apa ia dibunuh), yakni karena dosa apa engkau
membunuhku? Menurut satu pendapat, dan bila si pengubur hidup-hidup itu
ditanya, Karena dosa apa engkau membunuhnya.
وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ -١٠-
10. Dan apabila
lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar,
Wa
idzash shuhufu (dan bila lembaran-lembaran), yakni kitab yang berisi catatan
segala kebaikan dan keburukan. Nusyirot (dibentangkan) untuk dihisab. Menurut
yang lain, dibeberkan di atas telapak tangan.
وَإِذَا السَّمَاء كُشِطَتْ -١١-
11. Dan bila langit
disingkapkan,
Wa idzas
samā-u kusyithot (dan bila langit disingkapkan), yakni dicabut dari tempatnya
dan digulung.
وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ -١٢-
12. Dan bila neraka
Jahim dinyalakan,
Wa idzal
jahīmu su‘irot (dan bila neraka Jahim dinyalakan), yakni dinyalakan untuk
orang-orang kafir.
وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ -١٣-
13. Dan bila surga
didekatkan.
Wa idzal
jannatu uzlifat (dan bila surga didekatkan), yakni didekatkan kepada
orang-orang yang bertakwa.
عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا أَحْضَرَتْ -١٤-
14. Setiap jiwa
akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.
‘Alimat
nafsun (tahulah orang), yakni ketika itu tahulah setiap orang, baik yang saleh
maupun yang durhaka. Mā ahdhorot (akan apa-apa yang telah diperbuatnya), yakni
terhadap kebaikan dan keburukan yang telah diperbuatnya.
فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ -١٥-
15. Maka sungguh
Aku Bersumpah demi bintang-bintang,
Fa lā
uqsimu bil khunnās (maka sungguh Aku Bersumpah demi bintang-bintang), yakni
bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari dan tampak di malam hari.
الْجَوَارِ الْكُنَّسِ -١٦-
16. Yang beredar
dan terbenam.
Al-jawāril
kunnās (yang beredar dan terbenam), yakni yang beredar di malam hari menuju
galaksi dan terbenam di siang hari, kemudian kembali ke tempatnya dan terbenam.
Yang dimaksud adalah bintang yang lima, yaitu: Zahroh, Zuhal, Murayyikh,
Mustariyy, dan Uthorid.
وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ -١٧-
17. Demi malam
apabila telah larut,
Wal
laili idzā ‘as‘as (demi malam bila telah hampir meninggalkan gelapnya), yakni
bila berlalu meninggalkan gelapnya.
وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ -١٨-
18. Dan demi subuh
apabila fajar telah berangsur terang.
Wash
shubhi idzā tanaffas (dan [demi] subuh bila berangsur terang), yakni bila
datang lalu menyingsing menjadi terang. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan semua
itu.
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ -١٩-
19. Sesungguhnya
(Al-Qur﮲an) itu benar-benar firman (Alloh yang
dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
La qaulu
rasūling karīm (benar-benar merupakan firman [yang diturunkan melalui] utusan
yang mulia), yakni Alloh Ta‘ala Menurunkan Jibril A.S. untuk membawanya kepada
rasul yang mulia dalam Pandangan Alloh Ta‘ala, yaitu Nabi Muhammad SAW..
ذِي قُوَّةٍ عِندَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ -٢٠-
20. Yang memiliki
kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Alloh) yang memiliki Arasy,
Dzī
quwwatin (yang mempunyai kekuatan), yakni Jibril A.S. mempunyai kekuatan untuk
menghadapi musuh-musuhnya. ‘Iηda dzil ‘arsyi makīn (di sisi Pemilik Arasy, dan
juga kedudukan tinggi), yakni mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi di
sisi Alloh Ta‘ala.
مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ -٢١-
21. Yang di sana
(di alam malaikat) ditaati dan dipercaya.
Muthō‘in
(yang dipatuhi), yakni Jibril A.S. itu dipatuhi. Tsamma (di sana), yakni di
langit ia dipatuhi oleh para malaikat. Amīn (serta dipercaya) untuk menyampaikan
risalah kepada para Nabi-Nya.
وَمَا صَاحِبُكُم بِمَجْنُونٍ -٢٢-
22. Dan temanmu
(Muhammad) itu bukanlah orang gila.
Wa mā shōhibukum
(dan bukanlah sahabat kalian), yakni bukanlah nabi kalian, Muhammad, hai
seluruh kaum Quraisy! Bi majnūn (seorang gila) yang tercekik sebagaimana kalian
katakan.
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ -٢٣-
23. Dan dia
benar-benar telah melihatnya di ufuk yang terang.
Wa laqod
ro-āhu (dan dia benar-benar telah melihatnya), yakni Nabi Muhammad SAW. telah
melihat Jibril A.S.. Bil ufuqil mubīn (di ufuk yang terang), yakni di tempat
terbit matahari yang tinggi.
وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ -٢٤-
24. Dan dia
tidaklah pelit dalam menyampaikan hal-hal yang gaib.
Wa mā
huwa (dan dia), yakni Nabi Muhammad SAW.. ‘Alal ghaibi (dalam menyampaikan
hal-hal yang gaib), yakni dalam menyampaikan wahyu. Bi dhonīn (tidaklah pelit),
yakni tidaklah mengada-ada. Menurut yang lain, tidaklah bakhil.
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ -٢٥-
25. Dan bukanlah ia
merupakan perkataan setan yang terkutuk.
Wa mā
huwa (dan bukanlah ia), yakni Al-Qur﮲an. Bi qauli
syaithōnir rojīm (merupakan perkataan setan
yang terkutuk) karena Adzab Alloh Ta‘ala, dan bukan pula merupakan perintah dan
larangan setan, hai kaum kafirin.
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ -٢٦-
26. Maka ke manakah
kalian akan pergi?
Fa aina
tadzhabūn (maka ke manakah kalian akan pergi), yakni bagaimanakah kalian bisa
mendustakan? Ada yang berpendapat, bagaimanakah kalian bisa menyimpang dari Al-Qur﮲an dan
enggan mengimaninya? Setelah diterangkan bahwa Al-Qur﮲an itu
benar-benar datang dari Alloh dan di dalamnya ada pelajaran dan petunjuk yang
memimpin manusia ke jalan yang lurus, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir
itu, “Jalan manakah yang akan kamu tempuh lagi?”
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ -٢٧-
27. Tiadalah ia itu
melainkan pengajaran bagi seluruh alam.
In huwa
(tiadalah ia itu), yakni tiadalah Al-Qur﮲an itu. Illā
dzikrun (melainkan pengajaran), yakni nasihat dari Alloh Ta‘ala. Lil ‘ālamīn
(bagi seluruh alam), yakni manusia dan jin.
لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ -٢٨-
28. Bagi siapa saja
di antara kalian yang hendak menempuh jalan yang lurus.
Li maη
syā-a mingkum ay yastaqīm (bagi siapa saja di antara kalian yang hendak
menempuh jalan yang lurus), yakni yang sesuai dengan Perintah Alloh Ta‘ala,
baik berupa tauhīdullōh maupun perintah-perintah lainnya.
وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ -٢٩-
29. Dan kamu tidak
dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila Dikehendaki Alloh, Tuhan
seluruh alam.
Wa mā tasyā-ūna
(dan kalian tidak dapat menghendaki) berada pada jalan yang lurus dan tauhīdullōh. Illā
ay yasyā-allāhu (kecuali jika Alloh Menghendaki) hal itu untuk kalian. Robbul
‘ālamīn (Tuhan semesta alam), yakni Tuhan semua yang bernyawa dan bergerak di
muka bumi serta Tuhan semua penghuni langit.
No comments:
Post a Comment