Wednesday, 21 October 2015

Surat At-Takwiir

اَلتَّكْوِيْرُ
SURAT AT-TAKWIR (PENGGULUNGAN)
Surat ke 81 diturunkan di Makkah terdiri dari 29 ayat, 104 kata dan 533 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ -١-
1. Bila matahari digulung,
Idzasy syamsu kuwwirot (bila matahari digulung), seperti digulungnya sorban lalu dilemparkan ke dalam hijab cahaya. Ada yang berpendapat, (bila matahari digulung), yakni telah dijatuhkan. Menurut yang lain, bila cahayanya telah sirna.
وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ -٢-
2. Dan bila bintang-bintang berguguran,
Wa idzan nujūmungkadarot (dan bila bintang-bintang berguguran), yakni berjatuhan menimpa permukaan bumi.
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ -٣-
3. Dan bila gunung-gunung diluluhlantakkan,
Wa idzal jibālu suyyirot (dan bila gunung-gunung diluluhlantakkan), yakni dihilangkan dari permukaan bumi.
وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ -٤-
4. Dan bila unta-unta bunting diabaikan,
Wa idzal ‘isyāru (dan bila unta-unta bunting), yakni unta-unta betina yang bunting. ‘Uth-thilat (diabaikan), yakni diabaikan oleh pemiliknya karena sibuk mengurus diri mereka sendiri.
وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ -٥-
5. Dan bila binatang-binatang liar dikumpulkan,
Wa idzal wuhūsyu husyirot (dan bila binatang-binatang liar dikumpulkan). Menurut satu pendapat, dikumpulkan oleh kematiannya.
وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ -٦-
6. Dan bila lautan dijadikan meluap,
Wa idzal bihāru sujjirot (dan bila lautan dijadikan meluap), yakni dibukakan satu sama lain, hingga laut yang asin bercampur dengan laut yang tawar dan menjadi satu lautan. Menurut yang lain, dijadikan api.
وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ -٧-
7. Dan bila roh-roh dipertemukan,
Wa idzan nufūsu zuwwijat (dan bila roh-roh dipertemukan), yakni disatukan dengan pasangannya. Ada yang berpendapat, disatukan dengan pasangannya: yang Mukmin dengan bidadari-bidadari bermata jelita, yang kafir dengan setan, yang saleh dengan yang saleh, dan yang durhaka dengan yang durhaka.
وَإِذَا الْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ -٨-
8. Dan bila anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
Wa idzal mau-ūdatu (dan bila anak perempuan yang dikubur hidup-hidup), yakni yang dibunuh dengan cara dikubur. Su-ilat (ditanya), yakni ia bertanya kepada bapaknya.
بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ -٩-
9. Karena dosa apa ia dibunuh?
Bi ayyi dzambing qutilat (karena dosa apa ia dibunuh), yakni karena dosa apa engkau membunuhku? Menurut satu pendapat, dan bila si pengubur hidup-hidup itu ditanya, Karena dosa apa engkau membunuhnya.
وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ -١٠-
10. Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar,
Wa idzash shuhufu (dan bila lembaran-lembaran), yakni kitab yang berisi catatan segala kebaikan dan keburukan. Nusyirot (dibentangkan) untuk dihisab. Menurut yang lain, dibeberkan di atas telapak tangan.
وَإِذَا السَّمَاء كُشِطَتْ -١١-
11. Dan bila langit disingkapkan,
Wa idzas samā-u kusyithot (dan bila langit disingkapkan), yakni dicabut dari tempatnya dan digulung.
وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ -١٢-
12. Dan bila neraka Jahim dinyalakan,
Wa idzal jahīmu su‘irot (dan bila neraka Jahim dinyalakan), yakni dinyalakan untuk orang-orang kafir.
وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ -١٣-
13. Dan bila surga didekatkan.
Wa idzal jannatu uzlifat (dan bila surga didekatkan), yakni didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa.
عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا أَحْضَرَتْ -١٤-
14. Setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.
‘Alimat nafsun (tahulah orang), yakni ketika itu tahulah setiap orang, baik yang saleh maupun yang durhaka. Mā ahdhorot (akan apa-apa yang telah diperbuatnya), yakni terhadap kebaikan dan keburukan yang telah diperbuatnya.
فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ -١٥-
15. Maka sungguh Aku Bersumpah demi bintang-bintang,
Fa lā uqsimu bil khunnās (maka sungguh Aku Bersumpah demi bintang-bintang), yakni bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari dan tampak di malam hari.
الْجَوَارِ الْكُنَّسِ -١٦-
16. Yang beredar dan terbenam.
Al-jawāril kunnās (yang beredar dan terbenam), yakni yang beredar di malam hari menuju galaksi dan terbenam di siang hari, kemudian kembali ke tempatnya dan terbenam. Yang dimaksud adalah bintang yang lima, yaitu: Zahroh, Zuhal, Murayyikh, Mustariyy, dan Uthorid.
وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ -١٧-
17. Demi malam apabila telah larut,
Wal laili idzā ‘as‘as (demi malam bila telah hampir meninggalkan gelapnya), yakni bila berlalu meninggalkan gelapnya.
وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ -١٨-
18. Dan demi subuh apabila fajar telah berangsur terang.
Wash shubhi idzā tanaffas (dan [demi] subuh bila berangsur terang), yakni bila datang lalu menyingsing menjadi terang. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan semua itu.
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ -١٩-
19. Sesungguhnya (Al-Quran) itu benar-benar firman (Alloh yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
La qaulu rasūling karīm (benar-benar merupakan firman [yang diturunkan melalui] utusan yang mulia), yakni Alloh Ta‘ala Menurunkan Jibril A.S. untuk membawanya kepada rasul yang mulia dalam Pandangan Alloh Ta‘ala, yaitu Nabi Muhammad SAW..
ذِي قُوَّةٍ عِندَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ -٢٠-
20. Yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Alloh) yang memiliki Arasy,
Dzī quwwatin (yang mempunyai kekuatan), yakni Jibril A.S. mempunyai kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya. ‘Iηda dzil ‘arsyi makīn (di sisi Pemilik Arasy, dan juga kedudukan tinggi), yakni mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi di sisi Alloh Ta‘ala.
مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ -٢١-
21. Yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya.
Muthō‘in (yang dipatuhi), yakni Jibril A.S. itu dipatuhi. Tsamma (di sana), yakni di langit ia dipatuhi oleh para malaikat. Amīn (serta dipercaya) untuk menyampaikan risalah kepada para Nabi-Nya.
وَمَا صَاحِبُكُم بِمَجْنُونٍ -٢٢-
22. Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila.
Wa mā shōhibukum (dan bukanlah sahabat kalian), yakni bukanlah nabi kalian, Muhammad, hai seluruh kaum Quraisy! Bi majnūn (seorang gila) yang tercekik sebagaimana kalian katakan.
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ -٢٣-
23. Dan dia benar-benar telah melihatnya di ufuk yang terang.
Wa laqod ro-āhu (dan dia benar-benar telah melihatnya), yakni Nabi Muhammad SAW. telah melihat Jibril A.S.. Bil ufuqil mubīn (di ufuk yang terang), yakni di tempat terbit matahari yang tinggi.
وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ -٢٤-
24. Dan dia tidaklah pelit dalam menyampaikan hal-hal yang gaib.
Wa mā huwa (dan dia), yakni Nabi Muhammad SAW.. ‘Alal ghaibi (dalam menyampaikan hal-hal yang gaib), yakni dalam menyampaikan wahyu. Bi dhonīn (tidaklah pelit), yakni tidaklah mengada-ada. Menurut yang lain, tidaklah bakhil.
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ -٢٥-
25. Dan bukanlah ia merupakan perkataan setan yang terkutuk.
Wa mā huwa (dan bukanlah ia), yakni Al-Quran. Bi qauli syaithōnir rojīm (merupakan perkataan setan yang terkutuk) karena Adzab Alloh Ta‘ala, dan bukan pula merupakan perintah dan larangan setan, hai kaum kafirin.
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ -٢٦-
26. Maka ke manakah kalian akan pergi?
Fa aina tadzhabūn (maka ke manakah kalian akan pergi), yakni bagaimanakah kalian bisa mendustakan? Ada yang berpendapat, bagaimanakah kalian bisa menyimpang dari Al-Quran dan enggan mengimaninya? Setelah diterangkan bahwa Al-Quran itu benar-benar datang dari Alloh dan di dalamnya ada pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan yang lurus, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu, “Jalan manakah yang akan kamu tempuh lagi?”
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ -٢٧-
27. Tiadalah ia itu melainkan pengajaran bagi seluruh alam.
In huwa (tiadalah ia itu), yakni tiadalah Al-Quran itu. Illā dzikrun (melainkan pengajaran), yakni nasihat dari Alloh Ta‘ala. Lil ‘ālamīn (bagi seluruh alam), yakni manusia dan jin.
لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ -٢٨-
28. Bagi siapa saja di antara kalian yang hendak menempuh jalan yang lurus.
Li maη syā-a mingkum ay yastaqīm (bagi siapa saja di antara kalian yang hendak menempuh jalan yang lurus), yakni yang sesuai dengan Perintah Alloh Ta‘ala, baik berupa tauhīdullōh maupun perintah-perintah lainnya.
وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ -٢٩-
29. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila Dikehendaki Alloh, Tuhan seluruh alam.

Wa mā tasyā-ūna (dan kalian tidak dapat menghendaki) berada pada jalan yang lurus dan tauhīdullōh. Illā ay yasyā-allāhu (kecuali jika Alloh Menghendaki) hal itu untuk kalian. Robbul ‘ālamīn (Tuhan semesta alam), yakni Tuhan semua yang bernyawa dan bergerak di muka bumi serta Tuhan semua penghuni langit.

No comments:

Post a Comment