Thursday, 15 October 2015

Surat Al-'Alaq



اَلْعَلَقُ
SURAT AL-’ALAQ (SEGUMPAL DARAH)
Surat ke 96 diturunkan di Makkah terdiri dari 19 ayat, 72 kata dan 270 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ -١-
1. Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhan-mu yang telah Menciptakan.
Iqro (bacalah), yakni bacalah, hai Muhammad! Inilah yang pertama kali diturunkan Jibril A.S. kepada beliau. Bismi robbika (dengan[menyebut] Nama  Tuhan-mu), yakni dengan Perintah Tuhan-mu. Alladzī kholaq (yang telah Menciptakan) seluruh makhluk.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -٢-
2. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Kholaqol iηsāna (Dia telah Menciptakan manusia), yakni anak Adam. Min ‘alaq (dari segumpal darah), yakni dari darah yang segar. Lalu Nabi SAW. berkata, Wahai Jibril, saya tidak bisa membaca. Kemudian Jibril A.S. membacakan empat ayat pertama dari surat ini kepada beliau, Jibril A.S. berkata:
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ -٣-
3. Bacalah, dan Tuhan-mu adalah Yang Maha Pemurah.
Iqro (bacalah) Al-Quran, hai Muhammad! Wa robbukal akrom (dan Tuhan-mu adalah Yang Maha Pemurah), yakni Yang Maha Pemaaf lagi Maha Penyantun terhadap kejahilan Hamba-hamba-Nya.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ -٤-
4. Yang telah mengajari (manusia) dengan pena.
All adzī ‘allama bil qolam (yang telah mengajar dengan pena), yakni mengajarkan menulis dengan pena.
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ -٥-
5. Dia telah Mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui.
‘Allamal iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni (Mengajari) menulis dengan pena. Mā lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui) sebelumnya. Menurut satu pendapat, ‘allamal iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni Mengajari Adam A.S. nama-nama segala sesuatu; mā lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui) sebelumnya.
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى -٦-
6. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas,
Kallā (ketahuilah), yakni sungguh, hai Muhammad! Innal iηsāna (sesungguhnya manusia), yakni manusia yang kafir. La yath-ghō (benar-benar melampaui batas), yakni benar-benar kufur nikmat seraya meminta lebih baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, atau kendaraan.
أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى -٧-
7. Karena ia memandang dirinya merasa cukup.
Ar ro-āhustaghnā (karena ia memandang dirinya merasa cukup), yakni manakala memandang dirinya tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala karena (telah memiliki) harta.
إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى -٨-
8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhan-mulah (tempat) kembali.
Inna ilā robbika (sesungguhnya hanya kepada Tuhan-mulah), hai Muhammad. Ar-ruj‘ā (kembali), yakni tempat kembali seluruh makhluk di akhirat. Ayat berikutnya berhubungan dengan Abu Jahl bin Hisyam yang bermaksud menginjak tengkuk Nabi SAW. ketika beliau sedang sholat. Dia Berfirman:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى -٩-
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang?,
A ro-aita (bagaimana pendapatmu), hai Muhammad! Alladzī yanhā (tentang orang yang melarang).
عَبْداً إِذَا صَلَّى -١٠-
10. Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat,
‘Abdan (seorang hamba), yakni Muhammad SAW.. Idzā shollā (ketika dia mengerjakan shalat) karena Alloh Ta‘ala. Yang melarang adalah Abu Jahl dan yang dilarang ialah Rosulullah. Tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu Jahl melihat sesuatu yang menakutkannya. Setelah Rosulullah selesai sholat, disampaikannya berita itu kepada Rosulullah. Kemudian Rosulullah mengatakan, “Kalau Abu Jahl berbuat demikian, niscaya dia akan dibinasakan oleh malaikat.
أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى -١١-
11. Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu berada dalam petunjuk,
A ro-aita ing kāna ‘alal hudā (bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu berada dalam petunjuk), yakni sedangkan orang yang dilarang itu berada dalam petunjuk: kenabian dan Islam.
أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى -١٢-
12. Atau dia menyuruh pada ketakwaan?
Au amaro bit taqwā (atau dia menyuruh pada ketakwaan) kepada Alloh dan tauhid.
أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى -١٣-
13. Bagaimana pendapatmu jika dia (orang yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?
A ro-aita ing kadz-dzaba (bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan) tauhid. Orang tersebut adalah Abu Jahl. Wa tawallā (dan berpaling) dari iman.
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى -١٤-
14. Tidakkah ia mengetahui bahwa Alloh Melihat?
A lam ya‘lam (tidakkah ia mengetahui), yakni tidakkah Abu Jahl mengetahui. Bi annallōha yarō (bahwa Alloh Melihat) perbuatannya terhadap Nabi SAW..
كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ -١٥-
15. Ketahuilah, jika ia benar-benar tidak berhenti, niscaya Kami Menarik ubun-ubunnya.
Kallā (ketahuilah), yakni sungguh, hai Muhammad! La il lam yaηtahi (jika ia benar-benar tidak berhenti), yakni jika Abu Jahl tidak bertobat dari menyakiti Nabi SAW.. La nasfa‘am bin nāshiyah (niscaya Kami Menarik ubun-ubunnya), yakni niscaya Kami akan Menjambak ubun-ubunnya, yaitu kepala bagian depan.
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ -١٦-
16. Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi berdosa.
Nāshiyating kādzibatin (yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan) Alloh Ta‘ala. Khōthi-ah (lagi berdosa), yakni mempersekutukan Alloh Ta‘ala.
فَلْيَدْعُ نَادِيَه -١٧-
17. Maka biarlah ia memanggil golongannya,
Fal yad‘u nādiyah (maka biarlah ia memanggil golongannya), yakni orang-orangnya dan ahli majelisnya untuk menolongnya.
سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ -١٨-
18. Nanti Kami akan Memanggil Malaikat Zabaniyah,
Sa nad‘uz zabāniyah (nanti Kami akan Memanggil Malaikat Zabaniyah [penyiksa orang-orang yang berdosa]) di neraka.
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ -١٩-
19. Sekali-kali tidak!, janganlah kamu patuh kepadanya! Dan bersujudlah serta mendekatlah.
Kallā (sungguh), hai Muhammad! Lā tuthi‘hu (janganlah kamu patuh kepadanya), yakni kepada Abu Jahl sehubungan dengan perintahnya, agar kamu tidak lagi shalat kepada Tuhan-mu. Wasjud (dan bersujudlah) kepada Tuhan-mu. Waqtarib (dan mendekatlah) kepada-Nya dengan bersujud.

No comments:

Post a Comment