اَلْعَلَقُ
SURAT AL-’ALAQ (SEGUMPAL DARAH)
Surat ke 96 diturunkan di Makkah terdiri dari 19 ayat, 72
kata dan 270 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ -١-
1. Bacalah dengan
(menyebut) Nama Tuhan-mu yang telah Menciptakan.
Iqro﮲ (bacalah), yakni bacalah, hai
Muhammad! Inilah yang pertama kali diturunkan Jibril A.S. kepada beliau. Bismi
robbika (dengan[menyebut] Nama
Tuhan-mu), yakni dengan Perintah Tuhan-mu. Alladzī kholaq (yang telah
Menciptakan) seluruh makhluk.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
-٢-
2. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Kholaqol
iηsāna (Dia telah Menciptakan manusia), yakni anak Adam. Min ‘alaq (dari
segumpal darah), yakni dari darah yang segar. Lalu Nabi SAW. berkata, Wahai
Jibril, saya tidak bisa membaca. Kemudian Jibril A.S. membacakan empat ayat
pertama dari surat ini kepada beliau, Jibril A.S. berkata:
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
-٣-
3. Bacalah, dan Tuhan-mu
adalah Yang Maha Pemurah.
Iqro﮲ (bacalah) Al-Qur﮲an, hai
Muhammad! Wa robbukal akrom (dan Tuhan-mu adalah Yang Maha Pemurah), yakni Yang
Maha Pemaaf lagi Maha Penyantun terhadap kejahilan Hamba-hamba-Nya.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
-٤-
4. Yang telah
mengajari (manusia) dengan pena.
All adzī
‘allama bil qolam (yang telah mengajar dengan pena), yakni mengajarkan menulis
dengan pena.
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ -٥-
5. Dia telah
Mengajari manusia apa yang tidak ia ketahui.
‘Allamal
iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni (Mengajari) menulis dengan pena. Mā
lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui) sebelumnya. Menurut satu pendapat,
‘allamal iηsāna (Dia telah Mengajari manusia), yakni Mengajari Adam A.S.
nama-nama segala sesuatu; mā lam ya‘lam (apa yang tidak ia ketahui) sebelumnya.
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى
-٦-
6. Sekali-kali
tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas,
Kallā
(ketahuilah), yakni sungguh, hai Muhammad! Innal iηsāna (sesungguhnya manusia),
yakni manusia yang kafir. La yath-ghō
(benar-benar melampaui batas), yakni benar-benar kufur nikmat seraya meminta
lebih baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, atau kendaraan.
أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى -٧-
7. Karena ia
memandang dirinya merasa cukup.
Ar ro-āhustaghnā
(karena ia memandang dirinya merasa cukup), yakni manakala memandang dirinya
tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala karena (telah memiliki) harta.
إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى
-٨-
8. Sesungguhnya
hanya kepada Tuhan-mulah (tempat) kembali.
Inna ilā
robbika (sesungguhnya hanya kepada Tuhan-mulah), hai Muhammad. Ar-ruj‘ā
(kembali), yakni tempat kembali seluruh makhluk di akhirat. Ayat berikutnya
berhubungan dengan Abu Jahl bin Hisyam yang bermaksud menginjak tengkuk Nabi
SAW. ketika beliau sedang sholat. Dia Berfirman:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى
-٩-
9. Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang?,
A
ro-aita (bagaimana pendapatmu), hai Muhammad! Alladzī yanhā (tentang orang yang
melarang).
عَبْداً إِذَا صَلَّى -١٠-
10. Seorang hamba
ketika dia mengerjakan shalat,
‘Abdan
(seorang hamba), yakni Muhammad SAW.. Idzā shollā (ketika dia mengerjakan shalat)
karena Alloh Ta‘ala. Yang melarang adalah Abu Jahl dan yang dilarang ialah Rosulullah.
Tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu Jahl melihat sesuatu yang
menakutkannya. Setelah Rosulullah selesai sholat, disampaikannya berita itu
kepada Rosulullah. Kemudian Rosulullah mengatakan, “Kalau Abu Jahl berbuat
demikian, niscaya dia akan dibinasakan oleh malaikat.
أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى
-١١-
11. Bagaimana
pendapatmu jika orang yang dilarang itu berada dalam petunjuk,
A
ro-aita ing kāna ‘alal hudā (bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu
berada dalam petunjuk), yakni sedangkan orang yang dilarang itu berada dalam
petunjuk: kenabian dan Islam.
أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى
-١٢-
12. Atau dia
menyuruh pada ketakwaan?
Au amaro
bit taqwā (atau dia menyuruh pada ketakwaan) kepada Alloh dan tauhid.
أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى
-١٣-
13. Bagaimana
pendapatmu jika dia (orang yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?
A
ro-aita ing kadz-dzaba (bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan)
tauhid. Orang tersebut adalah Abu Jahl. Wa tawallā (dan berpaling) dari iman.
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ
يَرَى -١٤-
14. Tidakkah ia
mengetahui bahwa Alloh Melihat?
A lam
ya‘lam (tidakkah ia mengetahui), yakni tidakkah Abu Jahl mengetahui. Bi annallōha yarō (bahwa
Alloh Melihat) perbuatannya terhadap Nabi SAW..
كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعاً
بِالنَّاصِيَةِ -١٥-
15. Ketahuilah,
jika ia benar-benar tidak berhenti, niscaya Kami Menarik ubun-ubunnya.
Kallā
(ketahuilah), yakni sungguh, hai Muhammad! La il lam yaηtahi (jika ia
benar-benar tidak berhenti), yakni jika Abu Jahl tidak bertobat dari menyakiti
Nabi SAW.. La nasfa‘am bin nāshiyah (niscaya Kami Menarik ubun-ubunnya), yakni
niscaya Kami akan Menjambak ubun-ubunnya, yaitu kepala bagian depan.
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
-١٦-
16. Yaitu ubun-ubun
orang yang mendustakan lagi berdosa.
Nāshiyating
kādzibatin (yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan) Alloh Ta‘ala. Khōthi-ah
(lagi berdosa), yakni mempersekutukan Alloh Ta‘ala.
فَلْيَدْعُ نَادِيَه -١٧-
17. Maka biarlah ia
memanggil golongannya,
Fal
yad‘u nādiyah (maka biarlah ia memanggil golongannya), yakni orang-orangnya dan
ahli majelisnya untuk menolongnya.
سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ
-١٨-
18. Nanti Kami akan
Memanggil Malaikat Zabaniyah,
Sa nad‘uz
zabāniyah (nanti Kami akan Memanggil Malaikat Zabaniyah [penyiksa orang-orang
yang berdosa]) di neraka.
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ -١٩-
19. Sekali-kali
tidak!, janganlah kamu patuh kepadanya! Dan bersujudlah serta mendekatlah.
Kallā
(sungguh), hai Muhammad!
Lā tuthi‘hu (janganlah kamu patuh kepadanya), yakni
kepada Abu Jahl sehubungan dengan perintahnya, agar kamu tidak lagi shalat
kepada Tuhan-mu.
Wasjud (dan bersujudlah) kepada Tuhan-mu. Waqtarib (dan mendekatlah) kepada-Nya dengan bersujud.
No comments:
Post a Comment