اَلْأَعْلَى
SURAT AL-A’LAA (YANG PALING TINGGI)
Surat ke 87
diturunkan di Makkah terdiri dari 19 ayat, 72 kata dan 284 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى -١-
1. Sucikanlah nama
Tuhan-mu Yang Maha Tinggi,
Sabbihisma
rabbikal a‘lā (sucikanlah Nama Tuhan-mu Yang Maha Tinggi), yakni sholatlah
kamu, hai Muhammad, sesuai dengan Perintah Tuhan-mu Yang Maha Tinggi; paling
tinggi dari segala sesuatu. Ada yang berpendapat, berzikirlah, hai Muhammad,
dengan mengesakan Tuhan-mu. Menurut yang lain, ucapkanlah, hai Muhammad,
subhāna rabbiyal a‘lā (Maha Suci Tuhan-ku Yang Maha Tinggi) ketika sujud.
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى -٢-
2. Yang telah
Menciptakan seraya menyempurnakan,
Alladzī
kholaqa (yang telah Menciptakan) semua yang bernyawa.
Fa sawwā
(seraya menyempurnakan) Penciptaan-Nya dengan memberi dua tangan, dua kaki, dua
mata, dua telinga, dan seluruh anggota tubuh.
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى -٣-
3. Yang Menentukan,
kemudian Memberi petunjuk,
Wal
ladzī qoddaro (yang Menentukan), yakni yang telah Menjadikan semua laki-laki
dan perempuan.
Fa hadā (kemudian Memberi petunjuk), yakni kemudian mengenalkan dan
mengilhamkan, bagaimana laki-laki dan perempuan itu menjadi sempurna. Menurut
satu pendapat, Dia benar-benar telah Menciptakannya dalam rupa yang cantik atau
jelek, tinggi atau pendek. Ada yang berpendapat, Dia telah Menakdirkan
kebahagiaan dan kecelakaan bagi Makhluk-Nya; fa hadā (kemudian Memberi
petunjuk), yakni kemudian Menjelaskan keimanan dan kekafiran serta kebaikan dan
kekafiran.
وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى -٤-
4. Dan yang
Mengeluarkan rerumputan.
Wal
ladzī akh-roja (dan yang Mengeluarkan), yakni yang Menumbuhkan dengan adanya
hujan.
Al-mar‘ō (rerumputan), yakni rerumputan yang
hijau.
فَجَعَلَهُ غُثَاء أَحْوَى -٥-
5. Kemudian Dia
Menjadikan rerumputan itu sebagai sampah yang hitam.
Fa
ja‘alahū (kemudian Dia Menjadikan rerumputan itu), sesudah hijau. Ghutsā-an (sebagai sampah), yakni yang kering. Ahwā (yang hitam) manakala sudah lewat satu tahun.
سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى -٦-
6. Kami akan
Membacakan kepadamu sehingga kamu pun tidak akan lupa,
Sa
nuqri-uka (Kami akan Membacakan kepadamu), yakni Kami akan Mengajarkan Al-Qur﮲an
kepadamu, hai Muhammad. Menurut yang lain, Jibril akan membacakan Al-Qur﮲an
kepadamu.
Fa lā taηsā (sehingga kamu pun tidak akan lupa)
إِلَّا مَا شَاء اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى -٧-
7. Kecuali apa yang
Dikehendaki Allah. Sesungguhnya Dia Mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi.
Illā mā
syā-allōh (kecuali apa yang Dikehendaki Alloh),
dan Alloh Ta‘ala benar-benar telah Menghendaki agar kamu tidak lupa. Alhasil,
sesudah itu Nabi Muhammad SAW. tidak lupa sedikit pun dari Al-Qur﮲an. Innahū
ya‘lamul jahra (sesungguhnya Dia Mengetahui yang tampak), yakni ucapan dan
perbuatan yang terang-terangan.
Wa mā yakh-fā (dan yang tersembunyi), yakni rahasia
tersembunyi yang tidak kamu katakan.
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى -٨-
8. Dan Kami akan
Menuntunmu ke jalan yang paling mudah.
Wa
nuyassiruka lil yusrō (dan Kami akan Menuntunmu ke jalan yang
paling mudah), yakni Kami akan Memberimu kemudahan dalam menyampaikan risalah
dan segala bentuk ketaatan.
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَى -٩-
9. Karena itu,
sampaikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat.
Fa
dzakkir (karena itu, sampaikanlah peringatan), yakni nasihatilah dengan Al-Qur﮲an dan
Alloh Ta‘ala.
In nafa‘atidz dzikrā (karena peringatan itu bermanfaat), yakni tiadalah nasihat
Al-Qur﮲an dan Alloh
Ta‘ala akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang takut kepada Alloh Ta‘ala.
Dan itulah orang Mukmin.
سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَى -١٠-
10. Orang yang
takut akan menerima peringatan,
Sa yadz-dzakkaru (akan menerima peringatan itu), yakni
akan menerima nasihat Al-Qur﮲an dan Alloh
Ta‘ala.
May yakh-syā (orang yang takut) kepada Alloh Ta‘ala.
Dialah Muslim.
وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى -١١-
11. Dan orang yang
sangat celaka akan menjauhinya.
Wa
yatajannabuhā (dan akan menjauhinya), yakni akan menjauh dan pindah dari
nasihat Al-Qur﮲an dan Alloh
Ta‘ala.
Al-asyqā (orang yang sangat celaka), yakni orang yang
celaka menurut Ilmu Alloh Ta‘ala.
الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى -١٢-
12. Yaitu orang
yang akan masuk ke dalam neraka yang sangat besar.
Alladzī
yash-lan nāro (yaitu orang yang akan masuk ke dalam neraka), yakni yang akan
masuk ke dalam neraka, di akhirat.
Al-kubrō (yang sangat besar), tak ada satu aczab
pun yang lebih besar daripada adzab neraka.
ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى -١٣-
13. Kemudian di
dalamnya ia tidak akan mati dan tidak pula hidup.
Tsumma
lā yamūtu fīhā (kemudian di dalamnya ia tidak akan mati), yakni di dalam neraka
itu ia tidak akan mati, hingga (ia dapat) beristirahat.
Wa lā yahyā (dan tidak pula hidup), yakni kehidupan yang berguna baginya.
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى -١٤-
14. Sungguh
beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman)
Qod
aflaha (sungguh berbahagialah), yakni sungguh beruntung dan selamat. Maη
tazakkā (orang yang menyucikan diri), yakni orang yang mengambil pelajaran dari
Al-Qur﮲an serta
mengesakan Alloh Ta‘ala.
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى -١٥-
15. Dan ingat akan
Nama Tuhan-nya, kemudian ia sholat.
Wa
dzakarasma (dan ingat akan Nama), yakni Perintah.
Robbihī (Tuhan-nya) untuk menunaikan sholat lima waktu dan perintah-perintah
lainnya .Fa shollā (kemudian ia shalat), yakni
sholat lima waktu secara berjamaah. Ayat ini memiliki penafsiran lain, yaitu:
qod aflaha (sungguh berbahagialah), yakni sungguh beruntung dan selamat; maη
tazakkā (orang yang menyucikan diri), yakni orang yang mengeluarkan zakat fitrah
sebelum ia keluar menuju tempat sholat; wa dzakarasma rabbihī (dan ingat akan
Nama Tuhan-nya), yakni bertahlil dan bertakbir saat ia pergi dan kembali; fa
shollā (kemudian ia sholat), yakni sholat ‘id bersama imam.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا -١٦-
16. Namun, kalian
lebih mengutamakan kehidupan dunia.
Bal tu﮲tsirūnal
hayātad dun-yā (namun, kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia), yakni lebih
memilih beramal untuk dunia dan pahala dunia, daripada pahala akhirat.
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى -١٧-
17. Padahal akhirat
lebih baik dan lebih langgeng.
Wal
ākhiratu (padahal akhirat), yakni beramal untuk akhirat dan pahala akhirat. Khoirun (lebih baik), yakni lebih utama daripada pahala dunia
dan beramal untuk dunia.
Wa abqō (dan lebih langgeng), yakni lebih kekal.
إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى -١٨-
18. Sesungguhnya
ini benar-benar terdapat dalam suhuf-suhuf terdahulu.
Inna
hādzā (sesungguhnya ini), yakni Firman Alloh mulai dari ayat, sungguh
berbahagialah… (Q.S. 87 Al-A‘lā: 14) sampai ayat ini.
La fish shuhufil ūlā (benar-benar terdapat dalam suhuf-suhuf terdahulu), yakni
terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu.
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى -١٩-
19. Yaitu suhuf
Ibrahim dan Musa.
Shuhufi ibrōhīma wa mūsā (yaitu suhuf Ibrohim dan Musa),
yakni kitab Musa (Taurat), dan kitab Ibrohim. Alloh Ta‘ala telah Mengetahui hal
itu.
No comments:
Post a Comment