Sunday, 18 October 2015

Surat Al-Balad

اَلْبَلَدُ
SURAT AL-BALAD (NEGERI)
Surat ke 90 diturunkan di Makkah terdiri dari 20 ayat, 82 kata dan 320 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
لَا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ -١-
1. Aku benar-benar Bersumpah dengan negeri ini.
Lā uqsimu bi hādzal balad (Aku benar-benar Bersumpah dengan negeri ini), yakni Mekah.
وَأَنتَ حِلٌّ بِهَذَا الْبَلَدِ -٢-
2. Dan kamu pun halal berada di negeri ini.
Wa aηta hillum bi hādzal balad (dan kamu pun halal berada di negeri ini), yakni Alloh Ta‘ala telah Menghalalkan bagimu (Muhammad SAW.) sesuatu yang tidak dihalalkan bagi seseorang pun di negeri ini, baik sebelum maupun sesudahmu. Menurut satu pendapat, dan kamu pun tinggal di negeri ini. Ada pula yang berpendapat, dan kamu pun dihalalkan dari apa-apa yang telah Kubuat di negeri ini.
وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ -٣-
3. Dan (demi) yang melahirkan dan yang dilahirkan.
Wa wālidiw wa mā walad (dan [demi] yang melahirkan dan yang dilahirkan). Yang membuat lahir adalah Adam, sedangkan yang dilahirkan adalah Bani Adam. Ada yang mengatakan, al-wālid adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang dapat melahirkan, sedangkan wa mā walad adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang tidak dapat melahirkan. Allah Ta‘ala Bersumpah dengan semua hal tersebut itu.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ -٤-
4. Sungguh benar-benar Kami telah Menciptakan manusia dalam kesukaran (susah payah).
Laqod kholaqnal iηsāna (Sungguh benar-benar Kami telah Menciptakan manusia), yakni Kaldah bin Usaid. Fī kabad (dalam kesukaran). Menurut satu pendapat, menderita kerugian dalam urusan dunia dan akhirat. Dan menurut pendapat yang lain, fī kabad (dalam kesukaran), yakni dalam kekuatan dan kesulitan.
أَيَحْسَبُ أَن لَّن يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ -٥-
5. Apakah ia mengira bahwa tak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?
A yahsabu (apakah ia mengira), yakni apakah orang kafir menyangka dalam kekuatan dan kesukarannya itu. Al lay yaqdiru ‘alaihi ahad (bahwa tak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya), yakni untuk menghukum dan menyiksanya. Yang dimaksud adalah Alloh Ta‘ala.
يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالاً لُّبَداً -٦-
6. Ia berkata, Aku telah menghabiskan harta yang banyak.
Yaqūlu (ia berkata), yakni Kaldah bin Usaid berkata. Menurut yang lain, al-Walid bin al-Mughirah berkata. Ahlaktu mālal lubadā (Aku telah menghabiskan harta yang banyak), yakni aku telah mengeluarkan harta yang banyak dalam memusuhi Nabi Muhammad SAW., tetapi semua itu tak bermafaat sedikit pun bagi diriku.
أَيَحْسَبُ أَن لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ -٧-
7. Apakah ia mengira bahwa tak ada seorang pun yang melihatnya?
A yahsabu (apakah ia mengira), yakni apakah orang kafir menyangka. Al lam yarahū ahad (bahwa tak ada seorang pun yang memperhatikannya), yakni bahwa Alloh Ta‘ala tidak Memperhatikan perbuatannya, baik ia mengeluarkan harta ataupun tidak. Kemudian Alloh Ta‘ala Mengungkapkan Anugerah-Nya kepada manusia, Dia Berfirman:
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ -٨-
8. Bukankah Kami telah Menjadikan dua mata untuknya,
A lam naj‘al lahū ‘ainain (bukankah Kami telah Menjadikan dua mata untuknya), hingga ia bisa melihat.
وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ -٩-
9. Dan satu lidah serta dua bibir?
Wa lisānan (satu lidah) yang membuatnya bisa berbicara. Wa syafataīn (serta dua bibir) seraya membuatnya bisa membuka dan menutup keduanya.
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ -١٠-
10. Dan Kami telah Menunjukkan dua jalan kepadanya?
Wa hadaināhun najdaīn (dan Kami telah Menunjukkan dua jalan kepadanya), yakni Kami telah Menjelaskan kepadanya dua jalan: jalan kebaikan dan jalan keburukan.
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ -١١-
11. Maka mengapa ia tidak berupaya sungguh-sungguh untuk melewati jalan yang sulit?
Fa laqtahamal ‘aqobah (maka mengapa ia tidak berupaya sungguh-sungguh untuk melewati jalan yang sulit), yakni apakah ia pernah melintasi jalan yang sulit yang membutuhkan kekuatan. Yang dimaksud adalah Shirōth.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ -١٢-
12. Dan tahukah kamu, apakah jalan yang sulit itu?
Wa mā adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Mal ‘aqobah (apakah jalan yang sulit itu). Itulah jalan licin yang ada di antara surga dan neraka. Pertanyaan tersebut bertujuan untuk membuat beliau keheranan.
فَكُّ رَقَبَةٍ -١٣-
13. Ialah memerdekakan budak.
Fakku roqobah (ialah memerdekakan budak), yakni cara melewati jalan tersebut ialah dengan memerdekakan budak. Menurut satu pendapat, jika ayat ini dibaca fakka roqobatan (bukan: fakku roqobatin) maka artinya, tak ada yang sanggup melewati jalan yang sulit itu, kecuali orang yang benar-benar telah memerdekakan budak.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ -١٤-
14. Atau memberi makan pada masa kelaparan,
Au ith‘āmuη fī yaumiη dzī masghobah (atau memberi makan pada masa kelaparan), yakni pada masa kelaparan dan kesulitan.
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ -١٥-
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
Yatīmaη dzā maqrobah (kepada anak yatim yang memiliki tali kekerabatan), yakni yang memiliki hubungan persaudaraan.
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ -١٦-
16. Atau kepada orang miskin yang sangat melarat.
Au miskīnaη dzā matrobah (atau kepada orang miskin yang sangat melarat), yakni orang miskin yang dipenuhi debu saking payahnya. Orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ -١٧-
17. Kemudian ia termasuk orang-orang yang beriman serta saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Tsumma kāna (kemudian ia), yakni selain itu, ia pun Minal ladzīna āmanū (termasuk orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran, yang keimanannya semata-mata hanya antara mereka dan Tuhan-nya. Wa tawāshau (serta saling berpesan), yakni saling menganjurkan. Bish shobri (untuk bersabar) dalam menjalankan kewajiban-kewajiban dari Alloh Ta‘ala dan dalam menghadapi kesulitan. Wa tawāshou (dan saling berpesan), yakni saling menganjurkan. Bil marhamah (untuk berkasih sayang), yakni untuk menyayangi orang-orang fakir dan miskin.
أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ -١٨-
18. Mereka adalah orang-orang golongan kanan.
Ulā-ika (mereka), yakni orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu. Ash-hābul maimanah (adalah orang-orang golongan kanan), yakni para penghuni surga yang kitabnya diberikan dari sebelah kanan mereka.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ -١٩-
19. Sedangkan orang-orang yang kafir kepada Ayat-ayat Kami, mereka adalah golongan kiri.
Wal ladzīna kafarū bi āyātinā (sedangkan orang-orang yang kafir kepada Ayat-ayat Kami), yakni kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran. Mereka adalah Kaldah dan kawan-kawannya. Hum ash-hābul masy-amah (mereka adalah golongan kiri), yakni para penghuni neraka yang kitabnya diberikan dari sebelah kiri mereka.
عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ -٢٠-
20. Untuk mereka adalah neraka yang terkunci.
’Alaihim nārum mu’shodah (untuk mereka adalah neraka yang terkunci), yakni tertutup rapat.

No comments:

Post a Comment