اَلْبَلَدُ
SURAT AL-BALAD (NEGERI)
Surat ke 90 diturunkan di Makkah terdiri dari 20 ayat, 82
kata dan 320 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
لَا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ -١-
1. Aku benar-benar
Bersumpah dengan negeri ini.
Lā
uqsimu bi hādzal balad (Aku benar-benar Bersumpah dengan negeri ini), yakni
Mekah.
وَأَنتَ حِلٌّ بِهَذَا الْبَلَدِ -٢-
2. Dan kamu pun
halal berada di negeri ini.
Wa aηta
hillum bi hādzal balad (dan kamu pun halal berada di negeri ini), yakni Alloh
Ta‘ala telah Menghalalkan bagimu (Muhammad SAW.) sesuatu yang tidak dihalalkan
bagi seseorang pun di negeri ini, baik sebelum maupun sesudahmu. Menurut satu
pendapat, dan kamu pun tinggal di negeri ini. Ada pula yang berpendapat, dan
kamu pun dihalalkan dari apa-apa yang telah Kubuat di negeri ini.
وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ -٣-
3. Dan (demi) yang
melahirkan dan yang dilahirkan.
Wa
wālidiw wa mā walad (dan [demi] yang melahirkan dan yang dilahirkan). Yang
membuat lahir adalah Adam, sedangkan yang dilahirkan adalah Bani Adam. Ada yang
mengatakan, al-wālid adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang dapat
melahirkan, sedangkan wa mā walad adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang
tidak dapat melahirkan. Allah Ta‘ala Bersumpah dengan semua hal tersebut itu.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ -٤-
4. Sungguh
benar-benar Kami telah Menciptakan manusia dalam kesukaran (susah payah).
Laqod
kholaqnal iηsāna (Sungguh benar-benar Kami telah Menciptakan manusia), yakni
Kaldah bin Usaid.
Fī kabad (dalam kesukaran). Menurut satu pendapat, menderita kerugian dalam
urusan dunia dan akhirat. Dan menurut pendapat yang lain, fī kabad (dalam
kesukaran), yakni dalam kekuatan dan kesulitan.
أَيَحْسَبُ أَن لَّن يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ -٥-
5. Apakah ia
mengira bahwa tak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?
A
yahsabu (apakah ia mengira), yakni apakah orang kafir menyangka dalam kekuatan
dan kesukarannya itu.
Al lay yaqdiru ‘alaihi ahad (bahwa tak ada seorang pun yang berkuasa atas
dirinya), yakni untuk menghukum dan menyiksanya. Yang dimaksud adalah Alloh
Ta‘ala.
يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالاً لُّبَداً -٦-
6. Ia berkata, Aku
telah menghabiskan harta yang banyak.
Yaqūlu
(ia berkata), yakni Kaldah bin Usaid berkata. Menurut yang lain, al-Walid bin
al-Mughirah berkata.
Ahlaktu mālal lubadā (Aku telah menghabiskan harta yang
banyak), yakni aku telah mengeluarkan harta yang banyak dalam memusuhi Nabi
Muhammad SAW., tetapi semua itu tak bermafaat sedikit pun bagi diriku.
أَيَحْسَبُ أَن لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ -٧-
7. Apakah ia
mengira bahwa tak ada seorang pun yang melihatnya?
A
yahsabu (apakah ia mengira), yakni apakah orang kafir menyangka. Al lam yarahū ahad (bahwa tak ada seorang pun yang
memperhatikannya), yakni bahwa Alloh Ta‘ala tidak Memperhatikan perbuatannya,
baik ia mengeluarkan harta ataupun tidak. Kemudian Alloh Ta‘ala Mengungkapkan
Anugerah-Nya kepada manusia, Dia Berfirman:
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ -٨-
8. Bukankah Kami
telah Menjadikan dua mata untuknya,
A lam
naj‘al lahū ‘ainain (bukankah Kami telah Menjadikan dua mata untuknya), hingga
ia bisa melihat.
وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ -٩-
9. Dan satu lidah
serta dua bibir?
Wa
lisānan (satu lidah) yang membuatnya bisa berbicara.
Wa syafataīn (serta dua bibir) seraya membuatnya bisa membuka dan menutup
keduanya.
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ -١٠-
10. Dan Kami telah
Menunjukkan dua jalan kepadanya?
Wa
hadaināhun najdaīn (dan Kami telah Menunjukkan dua jalan kepadanya), yakni Kami
telah Menjelaskan kepadanya dua jalan: jalan kebaikan dan jalan keburukan.
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ -١١-
11. Maka mengapa ia
tidak berupaya sungguh-sungguh untuk melewati jalan yang sulit?
Fa
laqtahamal ‘aqobah (maka mengapa ia tidak berupaya sungguh-sungguh untuk
melewati jalan yang sulit), yakni apakah ia pernah melintasi jalan yang sulit
yang membutuhkan kekuatan. Yang dimaksud adalah Shirōth.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ -١٢-
12. Dan tahukah
kamu, apakah jalan yang sulit itu?
Wa mā
adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Mal ‘aqobah (apakah jalan yang sulit itu). Itulah
jalan licin yang ada di antara surga dan neraka. Pertanyaan tersebut bertujuan
untuk membuat beliau keheranan.
فَكُّ رَقَبَةٍ -١٣-
13. Ialah
memerdekakan budak.
Fakku
roqobah (ialah memerdekakan budak), yakni cara melewati jalan tersebut ialah
dengan memerdekakan budak. Menurut satu pendapat, jika ayat ini dibaca fakka roqobatan
(bukan: fakku roqobatin) maka artinya, tak ada yang sanggup melewati jalan yang
sulit itu, kecuali orang yang benar-benar telah memerdekakan budak.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ -١٤-
14. Atau memberi
makan pada masa kelaparan,
Au
ith‘āmuη fī yaumiη dzī masghobah (atau memberi makan pada masa kelaparan),
yakni pada masa kelaparan dan kesulitan.
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ -١٥-
15. (kepada) anak
yatim yang ada hubungan kerabat,
Yatīmaη
dzā maqrobah (kepada anak yatim yang memiliki tali kekerabatan), yakni yang
memiliki hubungan persaudaraan.
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ -١٦-
16. Atau kepada
orang miskin yang sangat melarat.
Au
miskīnaη dzā matrobah (atau kepada orang miskin yang sangat melarat), yakni orang
miskin yang dipenuhi debu saking payahnya. Orang miskin adalah orang yang tidak
mempunyai apa-apa.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
-١٧-
17. Kemudian ia
termasuk orang-orang yang beriman serta saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untuk berkasih sayang.
Tsumma
kāna (kemudian ia), yakni selain itu, ia pun Minal ladzīna āmanū (termasuk
orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an, yang
keimanannya semata-mata hanya antara mereka dan Tuhan-nya. Wa tawāshau (serta saling berpesan), yakni saling menganjurkan. Bish shobri (untuk bersabar) dalam menjalankan
kewajiban-kewajiban dari Alloh Ta‘ala dan dalam menghadapi kesulitan. Wa tawāshou (dan saling berpesan), yakni saling menganjurkan. Bil marhamah (untuk berkasih sayang), yakni untuk menyayangi
orang-orang fakir dan miskin.
أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ -١٨-
18. Mereka adalah
orang-orang golongan kanan.
Ulā-ika
(mereka), yakni orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu. Ash-hābul
maimanah (adalah orang-orang golongan kanan), yakni para penghuni surga yang
kitabnya diberikan dari sebelah kanan mereka.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ -١٩-
19. Sedangkan
orang-orang yang kafir kepada Ayat-ayat Kami, mereka adalah golongan kiri.
Wal
ladzīna kafarū bi āyātinā (sedangkan orang-orang yang kafir kepada Ayat-ayat
Kami), yakni kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an. Mereka
adalah Kaldah dan kawan-kawannya.
Hum ash-hābul masy-amah (mereka adalah golongan kiri), yakni para penghuni
neraka yang kitabnya diberikan dari sebelah kiri mereka.
عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ -٢٠-
20. Untuk mereka
adalah neraka yang terkunci.
’Alaihim nārum mu’shodah
(untuk mereka adalah neraka yang terkunci), yakni tertutup rapat.
No comments:
Post a Comment