Thursday, 22 October 2015

Surat 'Abasa



عَبَسَ
SURAT 'ABASA (BERMUKA MASAM)
Surat ke 80 diturunkan di Makkah terdiri dari 42 ayat, 133 kata dan 533 huruf.
بِسْمِ اللّه الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
عَبَسَ وَتَوَلَّى -١-
1. Dia bermuka masam dan berpaling.
‘Abasa (dia bermuka masam), yakni Nabi SAW. bermuka masam. Wa tawallā (dan berpaling), yakni memalingkan muka.
أَن جَاءهُ الْأَعْمَى -٢-
2. Ketika seorang tuna netra datang kepadanya.
Aη jā-ahul a‘mā (ketika seorang tuna netra datang kepadanya), yakni ketika ‘Abdulloh bin Ummi Maktum datang kepadanya. Nama asli Ummi Maktum adalah ‘Abdulloh bin Syuroih, sedang Ummi Maktum sendiri adalah nama ibu bapaknya. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi SAW. tengah duduk bersama tiga pembesar Quraisy, yaitu: Al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththolib (paman beliau), Umayyah bin Kholaf Al-Jumahi, dan Shafwan bin Umayyah, yang semuanya adalah orang-orang kafir. Pada saat itu Nabi SAW. sedang menghormat mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam. Tiba-tiba datanglah ‘Abdulloh bin Ummi Maktum seraya berkata, Ya Rasululloh, ajarilah saya apa yang telah diajarkan Alloh Ta‘ala kepadamu. Nabi SAW. pun mamalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum lantaran sibuk dengan ketiga pembesar itu. Sehubungan dengan peristiwa itulah turun ayat, ‘abasa wa tawallā.
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى -٣-
3. Tahukah kamu, barangkali ia hendak menyucikan diri.
Wa mā yudrīka (tahukah kamu), hai Muhammad! La‘allahū (barangkali ia), yakni orang tuna netra itu. Yazzakkā (hendak menyucikan diri), yakni membersihkan diri dari dosa.
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَى -٤-
4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
Au yadz-dzakkaru (atau ia [hendak] menyimak nasihat), yakni hendak mengambil pelajaran dari Al-Quran. Fa taηfa‘ahudz dzikrā (lalu nasihat itu bermanfaat baginya), yakni pelajaran dari Al-Quran itu bermanfaat baginya.
أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى -٥-
5. Adapun orang yang merasa cukup,
Ammā manistaghnā (adapun orang yang merasa cukup), yakni orang yang merasa dirinya cukup dari Alloh Ta‘ala. Yang dimaksud adalah ketiga pembesar Quraisy.
فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّى -٦-
6. Maka kamu berkenan menghadapinya.
Fa aηta lahū tashaddā (maka kamu berkenan menghadapinya), yakni kamu menghadapkan muka kepadanya memberi perhatian.
وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى -٧-
7. Padahal tidaklah kamu berdosa jika ia tidak mau menyucikan diri.
Wa mā ‘alaika allā yazzakkā (padahal tidaklah kamu berdosa jika ia tidak mau menyucikan diri), yakni apabila ketiga pembesar Quraisy itu tidak mau bertauhid.
وَأَمَّا مَن جَاءكَ يَسْعَى -٨-
8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
Wa ammā maη jā-aka yas‘ā (namun, terhadap orang yang datang kepadamu serta berusaha), yakni bersegera kepada kebaikan.
وَهُوَ يَخْشَى -٩-
9. Dan ia takut,
Wa huwa yakhsyā (dan ia takut) kepada Alloh Ta‘ala lagi seorang Muslim. Sebelum peristiwa ini ‘Ibnu Ummi Maktum sudah memeluk Islam.
فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّى -١٠-
10. Maka kamu terhadapnya bersikap acuh tak acuh.
Fa aηta ‘anhu (maka kamu terhadapnya), hai Muhammad! Talahhā (bersikap acuh tak acuh), yakni mengabaikan serta berpaling (darinya) dan sibuk dengan ketiga pembesar Quraisy.
كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ -١١-
11. Janganlah begitu! Sesungguhnya ia merupakan peringatan,
Kallā (janganlah begitu), yakni janganlah berbuat seperti itu! Janganlah kamu menghadapi orang-orang yang merasa dirinya tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala seraya berpaling dari orang yang takut kepada Alloh Ta‘ala. Alhasil, sesudah peristiwa itu Nabi SAW. pun memuliakan Ibnu Ummi Maktum dan bersikap baik kepadanya. Innahā (sesungguhnya ia), yakni, surah ini. Tadzkiroh (merupakan peringatan) dari Alloh Ta‘ala bagi orang kaya dan orang fakir.
فَمَن شَاء ذَكَرَهُ -١٢-
12. Barangsiapa mau, tentulah ia akan memperhatikannya,
Fa maη syā-a dzakaroh (barangsiapa mau, tentulah ia akan memperhatikannya), yakni barangsiapa Dikehendaki Alloh Ta‘ala mau mengambil pelajaran, niscaya ia pun akan mengambil pelajaran.
فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ -١٣-
13. Yang terdapat di dalam suhuf-suhuf yang dimuliakan,
Fī shuhufin (yang terdapat di dalam suhuf-suhuf), yakni Al-Quran termaktub di dalam kitab-kitab semenjak Adam. Mukarromah (yang dimuliakan) dalam Pandangan Alloh Ta‘ala.
مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ -١٤-
14. Yang ditinggikan lagi disucikan,
Marfū‘atin (yang ditinggikan), yakni yang kedudukannya ditinggikan di langit. Muthohharah (lagi disucikan) dari segala noda dan kesyirikan.
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ -١٥-
15. Di tangan para (malaikat) pencatat,
Bi aidī safaroh (di tangan para [malaikat] pencatat).
كِرَامٍ بَرَرَةٍ -١٦-
16. Yang mulia lagi berbakti.
Kirōmin (yang mulia), yakni mereka mulia dalam Pandangan Alloh Ta‘ala dan berserah diri. Baroroh (lagi berbakti), yakni dapat dipercaya. Mereka adalah Malaikat Hafazhoh, penghuni langit terdekat.
قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ -١٧-
17. Terlaknatlah manusia; apa yang mendorongnya kepada kekufuran?
Qutilal iηsānu (terlaknatlah manusia), yakni terlaknatlah manusia yang kafir itu: ‘Utbah bin Abi Lahb. Mā akfarah (apa yang mendorongnya kepada kekufuran), yakni apa yang membuatnya kafir kepada Alloh Ta‘ala dan kepada ayat Al-Quran, wan najmi , idzā hawā (Demi bintang ketika terbenam [Q.S. 53 an-Najm: 1]). Menurut satu pendapat, alangkah hebat kekafirannya.
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ -١٨-
18. Dari apakah Dia (Allah) Menciptakannya?
Dari apakah ia diciptakan? Min ayyi syai-in kholaqoh (dari apakah ia diciptakan), yakni maka hendaklah ia merenungkan dalam dirinya, dari apakah ia diciptakan sebagai makhluk. Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan.
مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ -١٩-
19. Dari setetes mani, Dia Menciptakannya lalu menentukannya
Min nuthfah , kholaqohū (dari nutfah, Dia Menciptakannya) sebagai makhluk hidup. Fa qoddaroh (lalu menentukannya), yakni menentukan penciptaannya terdiri atas dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, dan seluruh anggota badan lainnya juga yang Menentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezekinya dan nasibnya.
ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ -٢٠-
20. Kemudian Dia Memudahkan jalan keluar baginya.
Tsummas sabīla yassaroh (kemudian Dia Memudahkan jalan keluar baginya) , yakni Dia telah Menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Menurut satu pendapat, memudahkan jalan keluar pada rahim (untuk bayi) yang disertai tali pusar. Memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ -٢١-
21. Kemudian Dia Mematikan lalu menetapkan kuburnya.
Tsumma amātahū (kemudian Dia Mematikannya) sesudah itu. Fa aqbaroh (lalu menetapkan kuburnya), yakni lalu memerintahkan agar menguburnya.
ثُمَّ إِذَا شَاء أَنشَرَهُ -٢٢-
22. Kemudian, apabila Dia Menghendaki, Dia pun Menghidupkannya kembali.
Tsumma idzā syā-a aηsyarah (kemudian, apabila Dia Menghendaki, Dia pun Menghidupkannya kembali), yakni membangkitkannya dari kubur.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ -٢٣-
23. Janganlah begitu! Sesungguhnya ia (manusia) belum menunaikan apa-apa yang Dia Perintahkan kepadanya.
Kallā (janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Lammā yaqdhi mā amaroh (sesungguhnya ia [manusia] belum menunaikan apa-apa yang telah Dia Perintahkan kepadanya), yakni tauhid dan lain sebagainya yang Diperintahkan Alloh Ta‘ala kepadanya.
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ -٢٤-
24. Maka hendaklah manusia merenungkan makanannya.
Fal yaηzhuril iηsānu (maka hendaklah manusia merenungkan), yakni maka hendaklah orang kafir, yaitu ‘Utbah bin Abi Lahb merenungkan. Ilā tho‘āmih (makanannya), yakni rezeki yang dimakannya, bagaimana ia berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya hingga bisa dimakan. Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan perubahan itu dengan Firman-Nya:
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاء صَبّاً -٢٥-
25. Sesungguhnya Kami telah Mencurahkan air dengan benar-benar.
Annā shobabnal mā-a shobbā (sesungguhnya Kami telah Mencurahkan air dengan benar-benar), yakni Kami telah Mencurahkan hujan ke bumi dengan benar-benar mencurah.
ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقّاً -٢٦-
26. Kemudian Kami Merekahkan tanah dengan sebaik-baiknya.
Tsumma syaqoqnā (kemudian Kami Merekahkan), yakni membelah. Al-ardho syaqqō (tanah dengan sebaik-baiknya), yakni terbelah dengan tumbuh-tumbuhan.
فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبّاً -٢٧-
27. Lalu Kami Tumbuhkan padanya biji-bijian,
Fa ambatnā fīhā (lalu Kami Tumbuhkan padanya), yakni pada tanah itu. habbā (biji-bijian), yakni segala macam biji-bijian.
وَعِنَباً وَقَضْباً -٢٨-
28. Dan anggur dan sayur-sayuran,
Wa ‘inaban (anggur), yakni pohon anggur. Wa qodhbā (dan sayur-mayur yang segar), yakni dan pohon qatt. Menurut yang lain, pohon rathbah.
وَزَيْتُوناً وَنَخْلاً -٢٩-
29. Dan zaitun dan pohon kurma,
Wa zaitūnan (dan zaitun), yakni pohon zaitun. Wa nakhlā (serta kurma), yakni pohon kurma.
وَحَدَائِقَ غُلْباً -٣٠-
30. Dan kebun-kebun yang lebat,
Wa hadā-iqo (dan kebun-kebun) yang dikelilingi pepohonan dan pohon kurma. Ghulbā (yang lebat), yakni yang rimbun menjulang.
وَفَاكِهَةً وَأَبّاً -٣١-
31. Dan buah-buahan serta rerumputan,
Wa fākihatan (dan buah-buahan), yakni dan aneka macam buah-buahan. Wa abbā (serta rerumputan). Menurut yang lain, jerami.
مَّتَاعاً لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ -٣٢-
32. (Semua) untuk kesenangan kalian dan ternak-ternak kalian.
Matā‘al lakum (untuk kesenangan kalian), yakni manfaat biji-bijian dan lain sebagainya adalah untuk kalian. Wa li an‘āmikum (dan ternak-ternak kalian) berupa rerumputan.
فَإِذَا جَاءتِ الصَّاخَّةُ -٣٣-
33. Maka apabila datang suara keras yang memekakkan telinga.
Fa idzā jā-atish shōkh-khah (maka apabila datang suara keras yang memekakkan telinga), yakni pada hari kiamat. Segala sesuatu menjadi sadar, tunduk, patuh, dan merespons suara keras yang memekakkan telinga itu. Semua makhluk berserah diri dan mereka pun tahu bahwa hal itu benar-benar terjadi. Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan kapan hal itu akan terjadi.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ -٣٤-
34. Pada hari seseorang lari dari saudaranya,
Yauma yafirrul mar-u (pada hari seseorang lari), yakni seorang Mukmin menjauh. Min akhīh (dari saudaranya) yang kafir.
وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ -٣٥-
35. Dan ibu serta bapaknya,
Wa ummihī (dan ibu), yakni dan ia menjauh dari ibunya. Wa abīh (serta bapaknya), yakni dan ia pun menjauh dari bapaknya.
وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ -٣٦-
36. Dan istri serta anak-anaknya.
Wa shōhibatihī (dan istri), yakni dan ia menjauh dari istrinya. Wa banīh (serta anak-anaknya), yakni dan ia pun menjauh dari anak-anaknya. Menurut satu pendapat, Habil menjauh dari Qobil; Nabi Muhammad SAW. menjauh dari ibunya, Aminah; Ibrahim A.S. menjauh dari bapaknya; Luth A.S. menjauh dari istrinya, Wa‘ilah; serta Nuh A.S. menjauh dari putranya, Kan’an.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ -٣٧-
37. Setiap orang di antara mereka pada hari itu disibukkan oleh urusannya sendiri.
Li kullimri-im minhum yauma-idzin (setiap orang di antara mereka pada hari itu), yakni pada hari kiamat. Sya’nuy yughnīh (disibukkan oleh urusannya sendiri), yakni disibukkan oleh urusannya sendiri, (hingga tidak mempedulikan) orang lain.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ -٣٨-
38. Ada wajah-wajah pada hari itu yang bercahaya,
Wujūhun (ada wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum Mukminin yang benar dalam keimanannya.  Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. Mushfiroh (yang bercahaya), yakni bercahaya karena Keridaan Allah Ta‘ala kepadanya.
ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ -٣٩-
39. Tertawa gembira.
Dhōhikatun (tertawa), yakni terkagum-kagum dengan kemuliaan yang Dianugerahkan Alloh Ta‘ala kepadanya. Mustabsyiroh (gembira), yakni bersukacita dengan pahala dari Alloh Ta‘ala.
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ -٤٠-
40. Dan ada pula wajah-wajah pada hari itu tertutup debu,
Wa wujūhun (dan ada pula wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum munafikin dan kafirin. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. ‘Alaihā ghobaroh (tertutup debu[suram]).
تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ -٤١-
41. Diliputi oleh kegelapan.
Tarhaquhā (diliputi), yakni diselubungi dan ditutupi. Qotaroh (oleh kegelapan), yakni oleh kesedihan dan kemurungan.
أُوْلَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ -٤٢-
42. Mereka adalah orang-orang yang kafir lagi durhaka.
Ulā-ika (mereka), yakni si pemilik gambaran tersebut. Humul kafarotu (adalah orang-orang yang kafir) kepada Alloh Ta‘ala. Al-fajaroh (lagi durhaka), yakni mendustakan Alloh Ta‘ala.

No comments:

Post a Comment