عَبَسَ
SURAT 'ABASA (BERMUKA MASAM)
Surat ke 80
diturunkan di Makkah terdiri dari 42
ayat, 133 kata dan 533
huruf.
بِسْمِ اللّه الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
عَبَسَ وَتَوَلَّى -١-
1. Dia bermuka
masam dan berpaling.
‘Abasa
(dia bermuka masam), yakni Nabi SAW. bermuka masam. Wa tawallā (dan berpaling),
yakni memalingkan muka.
أَن جَاءهُ الْأَعْمَى -٢-
2. Ketika seorang
tuna netra datang kepadanya.
Aη
jā-ahul a‘mā (ketika seorang tuna netra datang kepadanya), yakni ketika
‘Abdulloh bin Ummi Maktum datang kepadanya. Nama asli Ummi Maktum adalah
‘Abdulloh bin Syuroih, sedang Ummi Maktum sendiri adalah nama ibu bapaknya.
Peristiwa ini terjadi ketika Nabi SAW. tengah duduk bersama tiga pembesar Quraisy,
yaitu: Al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththolib (paman beliau), Umayyah bin Kholaf
Al-Jumahi, dan Shafwan bin Umayyah, yang semuanya adalah orang-orang kafir.
Pada saat itu Nabi SAW. sedang menghormat mereka dan mengajak mereka untuk
memeluk Islam. Tiba-tiba datanglah ‘Abdulloh bin Ummi Maktum seraya berkata, Ya
Rasululloh, ajarilah saya apa yang telah diajarkan Alloh Ta‘ala kepadamu. Nabi
SAW. pun mamalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum lantaran sibuk dengan ketiga
pembesar itu. Sehubungan dengan peristiwa itulah turun ayat, ‘abasa wa tawallā.
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى -٣-
3. Tahukah kamu,
barangkali ia hendak menyucikan diri.
Wa mā
yudrīka (tahukah kamu), hai Muhammad! La‘allahū (barangkali ia), yakni orang
tuna netra itu. Yazzakkā (hendak menyucikan diri), yakni membersihkan diri dari
dosa.
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَى -٤-
4. Atau dia (ingin)
mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
Au
yadz-dzakkaru (atau ia [hendak] menyimak nasihat), yakni hendak mengambil
pelajaran dari Al-Qur﮲an. Fa
taηfa‘ahudz dzikrā (lalu nasihat itu bermanfaat baginya), yakni pelajaran dari
Al-Qur﮲an itu
bermanfaat baginya.
أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى -٥-
5. Adapun orang
yang merasa cukup,
Ammā
manistaghnā (adapun orang yang merasa cukup), yakni orang yang merasa dirinya
cukup dari Alloh Ta‘ala. Yang dimaksud adalah ketiga pembesar Quraisy.
فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّى -٦-
6. Maka kamu
berkenan menghadapinya.
Fa aηta
lahū tashaddā (maka kamu berkenan menghadapinya), yakni kamu menghadapkan muka
kepadanya memberi perhatian.
وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى -٧-
7. Padahal tidaklah
kamu berdosa jika ia tidak mau menyucikan diri.
Wa mā
‘alaika allā yazzakkā (padahal tidaklah kamu berdosa jika ia tidak mau
menyucikan diri), yakni apabila ketiga pembesar Quraisy itu tidak mau
bertauhid.
وَأَمَّا مَن جَاءكَ يَسْعَى -٨-
8. Dan adapun orang
yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
Wa ammā
maη jā-aka yas‘ā (namun, terhadap orang yang datang kepadamu serta berusaha),
yakni bersegera kepada kebaikan.
وَهُوَ يَخْشَى -٩-
9. Dan ia takut,
Wa huwa
yakhsyā (dan ia takut) kepada Alloh Ta‘ala lagi seorang Muslim. Sebelum
peristiwa ini ‘Ibnu Ummi Maktum sudah memeluk Islam.
فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّى -١٠-
10. Maka kamu
terhadapnya bersikap acuh tak acuh.
Fa aηta
‘anhu (maka kamu terhadapnya), hai Muhammad! Talahhā (bersikap acuh tak acuh),
yakni mengabaikan serta berpaling (darinya) dan sibuk dengan ketiga pembesar
Quraisy.
كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ -١١-
11. Janganlah
begitu! Sesungguhnya ia merupakan peringatan,
Kallā
(janganlah begitu), yakni janganlah berbuat seperti itu! Janganlah kamu
menghadapi orang-orang yang merasa dirinya tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala
seraya berpaling dari orang yang takut kepada Alloh Ta‘ala. Alhasil, sesudah
peristiwa itu Nabi SAW. pun memuliakan Ibnu Ummi Maktum dan bersikap baik
kepadanya. Innahā (sesungguhnya ia), yakni, surah ini. Tadzkiroh (merupakan
peringatan) dari Alloh Ta‘ala bagi orang kaya dan orang fakir.
فَمَن شَاء ذَكَرَهُ -١٢-
12. Barangsiapa
mau, tentulah ia akan memperhatikannya,
Fa maη syā-a dzakaroh (barangsiapa mau,
tentulah ia akan memperhatikannya), yakni barangsiapa Dikehendaki Alloh Ta‘ala
mau mengambil pelajaran, niscaya ia pun akan mengambil pelajaran.
فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ -١٣-
13. Yang terdapat
di dalam suhuf-suhuf yang dimuliakan,
Fī
shuhufin (yang terdapat di dalam suhuf-suhuf), yakni Al-Qur﮲an
termaktub di dalam kitab-kitab semenjak Adam. Mukarromah (yang dimuliakan)
dalam Pandangan Alloh Ta‘ala.
مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ -١٤-
14. Yang ditinggikan
lagi disucikan,
Marfū‘atin
(yang ditinggikan), yakni yang kedudukannya ditinggikan di langit. Muthohharah
(lagi disucikan) dari segala noda dan kesyirikan.
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ -١٥-
15. Di tangan para
(malaikat) pencatat,
Bi aidī safaroh (di tangan para [malaikat] pencatat).
كِرَامٍ بَرَرَةٍ -١٦-
16. Yang mulia lagi
berbakti.
Kirōmin
(yang mulia), yakni mereka mulia dalam Pandangan Alloh Ta‘ala dan berserah
diri. Baroroh (lagi berbakti), yakni dapat dipercaya. Mereka adalah Malaikat
Hafazhoh, penghuni langit terdekat.
قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ -١٧-
17. Terlaknatlah
manusia; apa yang mendorongnya kepada kekufuran?
Qutilal
iηsānu (terlaknatlah manusia), yakni terlaknatlah manusia yang kafir itu:
‘Utbah bin Abi Lahb. Mā akfarah (apa yang mendorongnya kepada kekufuran), yakni
apa yang membuatnya kafir kepada Alloh Ta‘ala dan kepada ayat Al-Qur﮲an, wan
najmi , idzā hawā (Demi bintang ketika terbenam [Q.S. 53 an-Najm: 1]). Menurut
satu pendapat, alangkah hebat kekafirannya.
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ -١٨-
18. Dari apakah Dia
(Allah) Menciptakannya?
Dari
apakah ia diciptakan? Min ayyi syai-in kholaqoh (dari apakah ia diciptakan),
yakni maka hendaklah ia merenungkan dalam dirinya, dari apakah ia diciptakan
sebagai makhluk. Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan.
مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ -١٩-
19. Dari setetes
mani, Dia Menciptakannya lalu menentukannya
Min
nuthfah , kholaqohū (dari nutfah, Dia Menciptakannya) sebagai makhluk hidup. Fa
qoddaroh (lalu menentukannya), yakni menentukan penciptaannya terdiri atas dua
tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, dan seluruh anggota badan lainnya juga
yang Menentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezekinya dan nasibnya.
ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ -٢٠-
20. Kemudian Dia
Memudahkan jalan keluar baginya.
Tsummas
sabīla yassaroh (kemudian Dia Memudahkan jalan keluar baginya) , yakni Dia
telah Menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Menurut satu
pendapat, memudahkan jalan keluar pada rahim (untuk bayi) yang disertai tali
pusar. Memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk
menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ -٢١-
21. Kemudian Dia
Mematikan lalu menetapkan kuburnya.
Tsumma
amātahū (kemudian Dia Mematikannya) sesudah itu. Fa aqbaroh (lalu menetapkan
kuburnya), yakni lalu memerintahkan agar menguburnya.
ثُمَّ إِذَا شَاء أَنشَرَهُ -٢٢-
22. Kemudian,
apabila Dia Menghendaki, Dia pun Menghidupkannya kembali.
Tsumma
idzā syā-a aηsyarah (kemudian, apabila Dia Menghendaki, Dia pun Menghidupkannya
kembali), yakni membangkitkannya dari kubur.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ -٢٣-
23. Janganlah
begitu! Sesungguhnya ia (manusia) belum menunaikan apa-apa yang Dia Perintahkan
kepadanya.
Kallā
(janganlah begitu), yakni sungguh, hai Muhammad! Lammā yaqdhi mā amaroh
(sesungguhnya ia [manusia] belum menunaikan apa-apa yang telah Dia Perintahkan
kepadanya), yakni tauhid dan lain sebagainya yang Diperintahkan Alloh Ta‘ala
kepadanya.
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ -٢٤-
24. Maka hendaklah
manusia merenungkan makanannya.
Fal
yaηzhuril iηsānu (maka hendaklah manusia merenungkan), yakni maka hendaklah
orang kafir, yaitu ‘Utbah bin Abi Lahb merenungkan. Ilā tho‘āmih (makanannya),
yakni rezeki yang dimakannya, bagaimana ia berubah dari satu keadaan ke keadaan
lainnya hingga bisa dimakan. Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan perubahan itu
dengan Firman-Nya:
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاء صَبّاً -٢٥-
25. Sesungguhnya
Kami telah Mencurahkan air dengan benar-benar.
Annā
shobabnal mā-a shobbā (sesungguhnya Kami telah Mencurahkan air dengan
benar-benar), yakni Kami telah Mencurahkan hujan ke bumi dengan benar-benar
mencurah.
ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقّاً -٢٦-
26. Kemudian Kami
Merekahkan tanah dengan sebaik-baiknya.
Tsumma
syaqoqnā (kemudian Kami Merekahkan), yakni membelah. Al-ardho syaqqō (tanah
dengan sebaik-baiknya), yakni terbelah dengan tumbuh-tumbuhan.
فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبّاً -٢٧-
27. Lalu Kami
Tumbuhkan padanya biji-bijian,
Fa
ambatnā fīhā (lalu Kami Tumbuhkan padanya), yakni pada tanah itu. habbā
(biji-bijian), yakni segala macam biji-bijian.
وَعِنَباً وَقَضْباً -٢٨-
28. Dan anggur dan
sayur-sayuran,
Wa
‘inaban (anggur), yakni pohon anggur. Wa qodhbā (dan sayur-mayur yang segar),
yakni dan pohon qatt. Menurut yang lain, pohon rathbah.
وَزَيْتُوناً وَنَخْلاً -٢٩-
29. Dan zaitun dan
pohon kurma,
Wa
zaitūnan (dan zaitun), yakni pohon zaitun. Wa nakhlā (serta kurma), yakni pohon
kurma.
وَحَدَائِقَ غُلْباً -٣٠-
30. Dan kebun-kebun
yang lebat,
Wa
hadā-iqo (dan kebun-kebun) yang dikelilingi pepohonan dan pohon kurma. Ghulbā
(yang lebat), yakni yang rimbun menjulang.
وَفَاكِهَةً وَأَبّاً -٣١-
31. Dan buah-buahan
serta rerumputan,
Wa
fākihatan (dan buah-buahan), yakni dan aneka macam buah-buahan. Wa abbā (serta
rerumputan). Menurut yang lain, jerami.
مَّتَاعاً لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ -٣٢-
32. (Semua) untuk
kesenangan kalian dan ternak-ternak kalian.
Matā‘al
lakum (untuk kesenangan kalian), yakni manfaat biji-bijian dan lain sebagainya
adalah untuk kalian. Wa li an‘āmikum (dan ternak-ternak kalian) berupa
rerumputan.
فَإِذَا جَاءتِ الصَّاخَّةُ -٣٣-
33. Maka apabila
datang suara keras yang memekakkan telinga.
Fa idzā
jā-atish shōkh-khah (maka apabila datang suara keras
yang memekakkan telinga), yakni pada hari kiamat. Segala sesuatu menjadi sadar,
tunduk, patuh, dan merespons suara keras yang memekakkan telinga itu. Semua
makhluk berserah diri dan mereka pun tahu bahwa hal itu benar-benar terjadi.
Kemudian Alloh Ta‘ala Menjelaskan kapan hal itu akan terjadi.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ -٣٤-
34. Pada hari
seseorang lari dari saudaranya,
Yauma
yafirrul mar-u (pada hari seseorang lari), yakni seorang Mukmin menjauh. Min
akhīh (dari saudaranya) yang kafir.
وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ -٣٥-
35. Dan ibu serta
bapaknya,
Wa
ummihī (dan ibu), yakni dan ia menjauh dari ibunya. Wa abīh (serta bapaknya),
yakni dan ia pun menjauh dari bapaknya.
وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ -٣٦-
36. Dan istri serta
anak-anaknya.
Wa shōhibatihī
(dan istri), yakni dan ia menjauh dari istrinya. Wa banīh (serta anak-anaknya),
yakni dan ia pun menjauh dari anak-anaknya. Menurut satu pendapat, Habil menjauh
dari Qobil; Nabi Muhammad SAW. menjauh dari ibunya, Aminah; Ibrahim A.S. menjauh
dari bapaknya; Luth A.S. menjauh dari istrinya, Wa‘ilah; serta Nuh A.S. menjauh
dari putranya, Kan’an.
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ -٣٧-
37. Setiap orang di
antara mereka pada hari itu disibukkan oleh urusannya sendiri.
Li
kullimri-im minhum yauma-idzin (setiap orang di antara mereka pada hari itu),
yakni pada hari kiamat. Sya’nuy yughnīh (disibukkan oleh urusannya sendiri),
yakni disibukkan oleh urusannya sendiri, (hingga tidak mempedulikan) orang
lain.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ -٣٨-
38. Ada wajah-wajah
pada hari itu yang bercahaya,
Wujūhun
(ada wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum Mukminin yang benar dalam
keimanannya. Yauma-idzin (pada hari
itu), yakni pada hari kiamat. Mushfiroh (yang bercahaya), yakni bercahaya
karena Keridaan Allah Ta‘ala kepadanya.
ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ -٣٩-
39. Tertawa
gembira.
Dhōhikatun
(tertawa), yakni terkagum-kagum dengan kemuliaan yang Dianugerahkan Alloh
Ta‘ala kepadanya. Mustabsyiroh (gembira), yakni bersukacita dengan pahala dari
Alloh Ta‘ala.
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ -٤٠-
40. Dan ada pula
wajah-wajah pada hari itu tertutup debu,
Wa
wujūhun (dan ada pula wajah-wajah), yakni wajah-wajah kaum munafikin dan
kafirin. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. ‘Alaihā ghobaroh
(tertutup debu[suram]).
تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ -٤١-
41. Diliputi oleh
kegelapan.
Tarhaquhā
(diliputi), yakni diselubungi dan ditutupi. Qotaroh (oleh kegelapan), yakni
oleh kesedihan dan kemurungan.
أُوْلَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ -٤٢-
42. Mereka adalah
orang-orang yang kafir lagi durhaka.
Ulā-ika
(mereka), yakni si pemilik gambaran tersebut. Humul kafarotu (adalah
orang-orang yang kafir) kepada Alloh Ta‘ala. Al-fajaroh (lagi durhaka), yakni
mendustakan Alloh Ta‘ala.
No comments:
Post a Comment