اَلطَّارِقُ
SURAT ATH-THORIQ (YANG DATANG DI MALAM HARI)
Surat ke 86
diturunkan di Makkah terdiri dari 17 ayat, 72 kata dan 271 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالسَّمَاء وَالطَّارِقِ -١-
1. Demi langit dan
ath-thōriq.
Was
samā-i wath thōriq (demi langit dan ath-thōriq), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah
dengan langit dan ath-thoriq.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ -٢-
2. Dan tahukah
kamu, apakah ath-thāriq itu?
Wa mā
adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Math thōriq (apakah
ath-thōriq itu). Alloh Ta‘ala Membuat beliau
takjub dengan pertanyaan tersebut. Kemudian Dia Menjelaskan:
النَّجْمُ الثَّاقِبُ -٣-
3. Ialah bintang
yang menembus.
An-najmuts
tsāqib (ialah bintang yang menembus), yakni bintang yang bercahaya dan
menembus. Yang dimaksud adalah bintang Zuhal yang muncul di malam hari dan
terbenam di siang hari.
إِن كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ -٤-
4. Sesungguhnya
setiap jiwa pasti ada penjaganya.
Ing
kullu nafsin (sesungguhnya setiap jiwa). Inilah yang menjadi tujuan qosam
(sumpah) di atas. Setiap jiwa, baik jiwa yang taat maupun jiwa yang durhaka. Lammā
‘alaihā (pasti ada padanya), yakni benar-benar ada padanya. Alif. pada lafazh
lammā berfungsi sebagai shilah (kata sambung). Hāfizh (penjaga) yang mencatat
ucapan dan perbuatannya, hingga ia dimasukkan ke dalam kubur.
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ -٥-
5. Maka hendaklah
manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan.
Fal
yaη-zhuril iηsānu (maka hendaklah manusia merenungkan), yakni hendaklah Abu Tholib
merenungkan.
Mimma khuliq (dari apa ia diciptakan), yakni dari apa
dirinya diciptakan. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Menerangkan:
خُلِقَ مِن مَّاء دَافِقٍ -٦-
6. Ia diciptakan
dari air yang terpancar,
Khuliqa
(ia diciptakan), yakni dirinya diciptakan.
Mim mā-iη dāfiq (dari air [mani] yang terpancar), yakni
yang dipancarkan dan ditumpahkan ke dalam rahim perempuan.
يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ -٧-
7. Yang keluar dari
antara tulang punggung dan tulang dada.
Yakh-ruju
mim bainish shulbi (yang keluar dari antara sulbi [tulang punggung]) laki-laki.
Wat tarō-ib (dan tulang dada) perempuan.
إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ -٨-
8. Sesungguhnya Dia
benar-benar Maha Kuasa untuk mengembalikannya.
Innahū
(sesungguhnya Dia), yakni Alloh Ta‘ala. ‘Alā roj‘ihī (untuk mengembalikannya),
yakni untuk mengembalikan air itu ke dalam saluran sperma. La qōdir
(benar-benar Maha Kuasa). Menurut satu pendapat, benar-benar Maha Kuasa untuk
mengembalikan dan menghidupkannya sesudah mati.
يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ -٩-
9. Pada hari segala
rahasia akan diperiksa,
Yauma
tublas sarō-ir (pada hari segala rahasia akan
diperiksa), yakni segala rahasia akan ditampakkan. Yang dimaksud adalah segala
sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang dan tidak diketahui oleh orang lain.
فَمَا لَهُ مِن قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ -١٠-
10. Maka tidak ada
baginya kekuatan dan tidak pula penolong.
Fa mā
lahū (maka tidak ada baginya), yakni tiadal bagi Abu Tholib mempunyai. Ming
quwwatin (kekuatan), yakni kekuatan pada dirinya.
Wa lā nāshir (dan tidak pula penolong), yakni tidak pula
mempunyai pembela dari Adzab Alloh Ta‘ala.
وَالسَّمَاء ذَاتِ الرَّجْعِ -١١-
11. Demi langit
yang mempunyai hujan,
Was
samā-i dzātir raj‘i (demi langit yang mempunyai hujan), yakni Alloh Ta‘ala
Bersumpah dengan langit yang mempunyai hujan yang berkesinambungan dan awan
yang beriringan, tahun demi tahun. Raj’i berarti kembali berputar. Hujan
dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap yang naik
dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari
atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya.
وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ -١٢-
12. Dan bumi yang
merekah.
Wal
ar-dli dzātish shad‘ (dan bumi yang merekah) dengan keluarnya tumbuh-tumbuhan
dan tanam-tanaman. Menurut satu pendapat, yang mempunyai pasak-pasak.
إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ -١٣-
13. Sesungguhnya ia
benar-benar firman yang memisahkan.
Innahū
(sesungguhnya ia), yakni Al-Qur﮲an. Inilah yang
menjadi tujuan sumpah di atas. La qauluη fashl (benar-benar firman yang
memisahkan), yakni yang menjelaskan antara yang hak dan yang batil. Ada yang
berpendapat, hukum dari Alloh Ta‘ala.
وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ -١٤-
14. Dan ia (Al-Qur﮲an)
bukanlah gurauan.
Wa mā huwa bil hazl (dan ia [Al-Qur﮲an]
bukanlah gurauan), yakni kebatilan.
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْداً -١٥-
15. Sesungguhnya
mereka benar-benar merencanakan tipu daya.
Innahum
(sesungguhnya mereka), yakni penduduk Mekah (orang kafir). Yakīdūna kaidā
(benar-benar merencanakan tipu daya), yakni benar-benar telah melakukan suatu
tindakan dalam kekafiran mereka, berupa menghalang-halangi manusia dari Nabi
Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an. Ada yang
mengatakan, hai Muhammad, mereka hendak membunuh dan membinasakanmu di Darun
Nadwah.
وَأَكِيدُ كَيْداً -١٦-
16. Dan Aku pun
akan Membalas tipu daya mereka.
Wa akīdu
kaidā (dan Aku pun akan Membalas tipu daya mereka), yakni dan Aku pun bermaksud
Membunuh mereka, hai Muhammad, dalam Perang Badr.
فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْداً -١٧-
17. Karena itu (hai
Muhammad), biarkanlah orang-orang kafir itu, yakni tangguhkanlah mereka waktu
sebentar.
Fa mahhilil kāfirīna
(karena itu [hai Muhammad], biarkanlah orang-orang kafir itu), yakni karena
itu, berilah orang-orang kafir itu tempo. Amhilhum (yakni
tangguhkanlah mereka), yakni berilah mereka batas waktu. Ruwaidā (barang
sebentar), yakni waktu sesaat, sampai Perang Badr.
No comments:
Post a Comment