Monday, 19 October 2015

Surat Ath-Thaariq

اَلطَّارِقُ
SURAT ATH-THORIQ (YANG DATANG DI MALAM HARI)
Surat ke 86 diturunkan di Makkah terdiri dari 17 ayat, 72 kata dan 271 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالسَّمَاء وَالطَّارِقِ -١-
1. Demi langit dan ath-thōriq.
Was samā-i wath thōriq (demi langit dan ath-thōriq), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan langit dan ath-thoriq.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ -٢-
2. Dan tahukah kamu, apakah ath-thāriq itu?
Wa mā adrōka (dan tahukah kamu), hai Muhammad! Math thōriq (apakah ath-thōriq itu). Alloh Ta‘ala Membuat beliau takjub dengan pertanyaan tersebut. Kemudian Dia Menjelaskan:
النَّجْمُ الثَّاقِبُ -٣-
3. Ialah bintang yang menembus.
An-najmuts tsāqib (ialah bintang yang menembus), yakni bintang yang bercahaya dan menembus. Yang dimaksud adalah bintang Zuhal yang muncul di malam hari dan terbenam di siang hari.
إِن كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ -٤-
4. Sesungguhnya setiap jiwa pasti ada penjaganya.
Ing kullu nafsin (sesungguhnya setiap jiwa). Inilah yang menjadi tujuan qosam (sumpah) di atas. Setiap jiwa, baik jiwa yang taat maupun jiwa yang durhaka. Lammā ‘alaihā (pasti ada padanya), yakni benar-benar ada padanya. Alif. pada lafazh lammā berfungsi sebagai shilah (kata sambung). Hāfizh (penjaga) yang mencatat ucapan dan perbuatannya, hingga ia dimasukkan ke dalam kubur.
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ -٥-
5. Maka hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan.
Fal yaη-zhuril iηsānu (maka hendaklah manusia merenungkan), yakni hendaklah Abu Tholib merenungkan. Mimma khuliq (dari apa ia diciptakan), yakni dari apa dirinya diciptakan. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Menerangkan:
خُلِقَ مِن مَّاء دَافِقٍ -٦-
6. Ia diciptakan dari air yang terpancar,
Khuliqa (ia diciptakan), yakni dirinya diciptakan. Mim mā-iη dāfiq (dari air [mani] yang terpancar), yakni yang dipancarkan dan ditumpahkan ke dalam rahim perempuan.
يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ -٧-
7. Yang keluar dari antara tulang punggung dan tulang dada.
Yakh-ruju mim bainish shulbi (yang keluar dari antara sulbi [tulang punggung]) laki-laki. Wat tarō-ib (dan tulang dada) perempuan.
إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ -٨-
8. Sesungguhnya Dia benar-benar Maha Kuasa untuk mengembalikannya.
Innahū (sesungguhnya Dia), yakni Alloh Ta‘ala. ‘Alā roj‘ihī (untuk mengembalikannya), yakni untuk mengembalikan air itu ke dalam saluran sperma. La qōdir (benar-benar Maha Kuasa). Menurut satu pendapat, benar-benar Maha Kuasa untuk mengembalikan dan menghidupkannya sesudah mati.
يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ -٩-
9. Pada hari segala rahasia akan diperiksa,
Yauma tublas sarō-ir (pada hari segala rahasia akan diperiksa), yakni segala rahasia akan ditampakkan. Yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang dan tidak diketahui oleh orang lain.
فَمَا لَهُ مِن قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ -١٠-
10. Maka tidak ada baginya kekuatan dan tidak pula penolong.
Fa mā lahū (maka tidak ada baginya), yakni tiadal bagi Abu Tholib mempunyai. Ming quwwatin (kekuatan), yakni kekuatan pada dirinya. Wa lā nāshir (dan tidak pula penolong), yakni tidak pula mempunyai pembela dari Adzab Alloh Ta‘ala.
وَالسَّمَاء ذَاتِ الرَّجْعِ -١١-
11. Demi langit yang mempunyai hujan,
Was samā-i dzātir raj‘i (demi langit yang mempunyai hujan), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan langit yang mempunyai hujan yang berkesinambungan dan awan yang beriringan, tahun demi tahun. Raj’i berarti kembali berputar. Hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya.
وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ -١٢-
12. Dan bumi yang merekah.
Wal ar-dli dzātish shad‘ (dan bumi yang merekah) dengan keluarnya tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Menurut satu pendapat, yang mempunyai pasak-pasak.
إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ -١٣-
13. Sesungguhnya ia benar-benar firman yang memisahkan.
Innahū (sesungguhnya ia), yakni Al-Quran. Inilah yang menjadi tujuan sumpah di atas. La qauluη fashl (benar-benar firman yang memisahkan), yakni yang menjelaskan antara yang hak dan yang batil. Ada yang berpendapat, hukum dari Alloh Ta‘ala.
وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ -١٤-
14. Dan ia (Al-Quran) bukanlah gurauan.
Wa mā huwa bil hazl (dan ia [Al-Quran] bukanlah gurauan), yakni kebatilan.
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْداً -١٥-
15. Sesungguhnya mereka benar-benar merencanakan tipu daya.
Innahum (sesungguhnya mereka), yakni penduduk Mekah (orang kafir). Yakīdūna kaidā (benar-benar merencanakan tipu daya), yakni benar-benar telah melakukan suatu tindakan dalam kekafiran mereka, berupa menghalang-halangi manusia dari Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran. Ada yang mengatakan, hai Muhammad, mereka hendak membunuh dan membinasakanmu di Darun Nadwah.
وَأَكِيدُ كَيْداً -١٦-
16. Dan Aku pun akan Membalas tipu daya mereka.
Wa akīdu kaidā (dan Aku pun akan Membalas tipu daya mereka), yakni dan Aku pun bermaksud Membunuh mereka, hai Muhammad, dalam Perang Badr.
فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْداً -١٧-
17. Karena itu (hai Muhammad), biarkanlah orang-orang kafir itu, yakni tangguhkanlah mereka waktu sebentar.
Fa mahhilil kāfirīna (karena itu [hai Muhammad], biarkanlah orang-orang kafir itu), yakni karena itu, berilah orang-orang kafir itu tempo. Amhilhum (yakni tangguhkanlah mereka), yakni berilah mereka batas waktu. Ruwaidā (barang sebentar), yakni waktu sesaat, sampai Perang Badr.

No comments:

Post a Comment