Friday, 16 October 2015

Surat Al-Lail

اَللَّيْلُ
SURAT AL-LAIL (MALAM)
Surat ke 92 diturunkan di Makkah terdiri dari 21 ayat, 71 kata dan 320 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى -١-
1. Demi malam apabila menutupi,
Wal laili (demi malam), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan malam.
Idzā yagh-syā (apabila menutupi) cahaya siang.
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى -٢-
2. Dan demi siang apabila terang benderang,
Wan nahāri idzā tajallā (dan demi siang apabila terang benderang), yakni menerangi kegelapan malam.
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى -٣-
3. Dan demi yang telah Menciptakan laki-laki dan perempuan,
Wa mā kholaqa (dan demi yang telah Menciptakan), yakni dan demi Dzat yang telah Menciptakan. Adz-dzakaro wal uηtsā (laki-laki dan perempuan).
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى -٤-
4. Sesungguhnya usaha kalian memang berbeda-beda.
Inna sa‘yakum (sesungguhnya usaha kalian), yakni amal kalian. La syattā (memang berbeda-beda), yakni beragam: ada yang mendustakan Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran, serta ada pula yang membenarkannya; ada yang beramal untuk meraih surga, dan apa pula yang beramal untuk masuk ke neraka. Dan inilah yang menjadi tujuan sumpah di atas.
فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى -٥-
5. Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
Fa ammā man a‘thō (adapun orang yang memberi), yakni menyedekahkan hartanya di Jalan Alloh Ta‘ala dan membeli sembilan orang Mukmin yang ada dalam penguasaan kaum kafirin (orang-orang kafir). Kesembilan orang tersebut disiksa oleh kaum kafirin karena agama yang mereka (anut). Kemudian ia membeli dan membebaskan mereka semua dari orang-orang kafir. Wattaqō (dan bertakwa), yakni menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji.
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى -٦-
6. Dan membenarkan yang terbaik,
Wa shoddaqo bil husnā (dan membenarkan yang terbaik), yakni membenarkan Janji Alloh Ta‘ala. Ada yang berpendapat, membenarkan surga. Dan ada pula yang berpendapat, membenarkan lā ilāha illallōh.
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى -٧-
7. Maka nanti Kami akan Memudahkannya pada (jalan) yang mudah.
Fa sanuyassiruhū lil yusrā (maka nanti Kami akan Memudahkannya pada [jalan] yang mudah), yakni maka nanti Kami akan memudahkan ketaatan baginya, dan akan membimbingnya pada ketaatan dari waktu ke waktu. Menurut satu pendapat, akan memudahkan sedekah di Jalan Alloh Ta‘ala dari waktu ke waktu. Orang tersebut adalah Abu Bakr ash-Shiddiq.
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى -٨-
8. Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah),
Wa ammā mam bakhila (dan adapun orang-orang yang kikir) dengan hartanya di Jalan Alloh Ta‘ala, yakni al-Walid bin al-Mughiroh. Ada pula yang mengatakan bahwa orang tersebut adalah Abu Sufyan bin Harb yang ketika itu belum menjadi seorang Mukmin. Wastaghnā (dan merasa dirinya cukup), yakni merasa dirinya tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala.
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى -٩-
9. Serta mendustakan yang terbaik,
Wa kadz-dzaba bil husnā (serta mendustakan yang terbaik), yakni mendustakan Janji Alloh Ta‘ala. Ada yang berpendapat, mendustakan surga. Dan ada pula yang berpendapat, mendustakan lā ilāha illallāh.
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى -١٠-
10. Maka nanti Kami akan Memudahkannya pada (jalan) yang sukar.
Fa sanuyassiruhū lil ‘usrō (maka nanti Kami akan Memudahkannya pada [jalan] yang sukar), yakni maka nanti Kami akan Memudahkan kemaksiatan baginya dari waktu ke waktu, dan akan memudahkan dia untuk bersikap kikir dalam bersedekah di Jalan Alloh Ta‘ala.
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى -١١-
Dan hartanya tiadalah bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
Wa mā yughnī ‘anhu māluhū (dan hartanya tiadalah bermanfaat baginya), yakni harta yang dia kumpulkan ketika di dunia. Idzā taraddā (apabila ia telah binasa), yakni apabila ia telah mati. Menurut pendapat yang lain, apabila ia telah terjerumus ke dalam neraka.
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى -١٢-
12. Sesungguhnya Kami-lah yang Memberi petunjuk,
Innā ‘alainā lal hudā (sesungguhnya Kami-lah yang Memberi petunjuk), yakni Memberi penjelasan tentang kebaikan dan keburukan.
وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَى -١٣-
13. Dan sesungguhnya Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia itu.
Wa inna lanā lal ākhirota wal ūlā (dan sesungguhnya Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia itu), yakni pahala dunia dan akhirat. Menurut yang lain, Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. Di akhirat berupa pahala dan kemuliaan, sedangkan di dunia berupa makrifah dan taufik.
فَأَنذَرْتُكُمْ نَاراً تَلَظَّى -١٤-
14. Maka Kami Memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala.
Fa aηdzartukum (maka Kami Memperingatkan kalian), yakni Aku Menakut-nakuti kalian, hai penduduk Mekah, dengan Al-Quran. Nāroη talazh-zhō (dengan neraka yang menyala-nyala), yakni yang berkobar-kobar.
لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى -١٥-
Tidak ada yang memasukinya kecuali orang yang paling celaka,
Lā yashlāhā (tidak ada yang memasukinya), yakni masuk ke dalam neraka. Illal asyqō (kecuali orang yang paling celaka), yakni orang yang celaka menurut Ilmu Alloh Ta‘ala.
الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى -١٦-
16. Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman(,
Alladzī kadz-dzaba (yang mendustakan) tauhid. Ada yang berpendapat, melalaikan ketaatan kepada Alloh Ta‘ala. Wa tawallā (dan berpaling) dari iman. Menurut yang lain, dari tobat.
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى -١٧-
17. Dan kelak akan dijauhkan darinya orang yang paling takwa,
Wa sa yujannabuhā (dan kelak akan dijauhkan darinya), yakni akan dijauhkan dan dihindarkan dari neraka. Al-atqō (orang yang paling takwa), yakni orang yang takwa.
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى -١٨-
18. Yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya(,
Alladzī yu‘thī mālahū (yang menafkahkan hartanya), yakni yang mengeluarkan hartanya di Jalan Alloh Ta‘ala. Dialah Abu Bakr ash-Shiddiq. Yatazakkā (untuk menyucikan), yakni menghendaki karunia Alloh Ta‘ala dengan cara itu.
وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى -١٩-
19. Dan tak seorang pun memberinya suatu kenikmatan yang harus dibalasnya,
Wa mā li ahadin ‘iηdahū min ni‘matiη tujzā (dan tak seorang pun memberinya suatu kenikmatan yang harus dibalasnya), yakni dan ia tidak melakukan hal itu demi mengharapkan balasan seseorang.
إِلَّا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى -٢٠-
20. Kecuali semata-mata mencari keridaa Tuhan-nya Yang Maha Tinggi.
Illabtighā-a wajhi robbihil a‘lā (kecuali semata-mata mencari keridaan Tuhan-nya Yang Maha Tinggi), yakni kecuali demi mengharapkan Tuhan-nya Yang Maha Tinggi, yang lebih tinggi dari apa pun.
وَلَسَوْفَ يَرْضَى -٢١-
21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Wa la saufa yardhō (dan kelak ia benar-benar akan mendapat kepuasan), yakni ia akan dianugerahi pahala dan kemuliaan, sehingga merasa puas. Itulah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya.

No comments:

Post a Comment