اَللَّيْلُ
SURAT AL-LAIL (MALAM)
Surat ke 92
diturunkan di Makkah terdiri dari 21
ayat, 71 kata dan 320 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى -١-
1. Demi malam
apabila menutupi,
Wal
laili (demi malam), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan malam.
Idzā
yagh-syā (apabila menutupi) cahaya siang.
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى -٢-
2. Dan demi siang
apabila terang benderang,
Wan
nahāri idzā tajallā (dan demi siang apabila terang benderang), yakni menerangi
kegelapan malam.
وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى -٣-
3. Dan demi yang
telah Menciptakan laki-laki dan perempuan,
Wa mā kholaqa
(dan demi yang telah Menciptakan), yakni dan demi Dzat yang telah Menciptakan. Adz-dzakaro wal uηtsā (laki-laki dan perempuan).
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى -٤-
4. Sesungguhnya
usaha kalian memang berbeda-beda.
Inna
sa‘yakum (sesungguhnya usaha kalian), yakni amal kalian. La syattā (memang berbeda-beda), yakni beragam: ada
yang mendustakan Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an, serta ada
pula yang membenarkannya; ada yang beramal untuk meraih surga, dan apa pula
yang beramal untuk masuk ke neraka. Dan inilah yang menjadi tujuan sumpah di
atas.
فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى -٥-
5. Maka barangsiapa
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
Fa ammā
man a‘thō (adapun orang yang memberi), yakni
menyedekahkan hartanya di Jalan Alloh Ta‘ala dan membeli sembilan orang Mukmin
yang ada dalam penguasaan kaum kafirin (orang-orang kafir). Kesembilan orang
tersebut disiksa oleh kaum kafirin karena agama yang mereka (anut). Kemudian ia
membeli dan membebaskan mereka semua dari orang-orang kafir. Wattaqō (dan bertakwa),
yakni menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji.
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى -٦-
6. Dan membenarkan
yang terbaik,
Wa shoddaqo
bil husnā (dan membenarkan yang terbaik), yakni membenarkan Janji Alloh Ta‘ala.
Ada yang berpendapat, membenarkan surga. Dan ada pula yang berpendapat,
membenarkan lā ilāha illallōh.
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى -٧-
7. Maka nanti Kami
akan Memudahkannya pada (jalan) yang mudah.
Fa
sanuyassiruhū lil yusrā (maka nanti Kami akan Memudahkannya pada [jalan] yang
mudah), yakni maka nanti Kami akan memudahkan ketaatan baginya, dan akan
membimbingnya pada ketaatan dari waktu ke waktu. Menurut satu pendapat, akan
memudahkan sedekah di Jalan Alloh Ta‘ala dari waktu ke waktu. Orang tersebut
adalah Abu Bakr ash-Shiddiq.
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى -٨-
8. Dan adapun orang
yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah),
Wa ammā
mam bakhila (dan adapun orang-orang yang kikir) dengan hartanya di Jalan Alloh
Ta‘ala, yakni al-Walid bin al-Mughiroh. Ada pula yang mengatakan bahwa orang
tersebut adalah Abu Sufyan bin Harb yang ketika itu belum menjadi
seorang Mukmin. Wastaghnā (dan merasa dirinya cukup), yakni merasa dirinya
tidak membutuhkan Alloh Ta‘ala.
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى -٩-
9. Serta
mendustakan yang terbaik,
Wa
kadz-dzaba bil husnā (serta mendustakan yang terbaik), yakni mendustakan Janji
Alloh Ta‘ala. Ada yang berpendapat, mendustakan surga. Dan ada pula yang
berpendapat, mendustakan lā ilāha illallāh.
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى -١٠-
10. Maka nanti Kami
akan Memudahkannya pada (jalan) yang sukar.
Fa
sanuyassiruhū lil ‘usrō (maka nanti Kami akan Memudahkannya
pada [jalan] yang sukar), yakni maka nanti Kami akan Memudahkan kemaksiatan
baginya dari waktu ke waktu, dan akan memudahkan dia untuk bersikap kikir dalam
bersedekah di Jalan Alloh Ta‘ala.
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى -١١-
Dan hartanya tiadalah bermanfaat baginya apabila ia telah
binasa.
Wa mā
yughnī ‘anhu māluhū (dan hartanya tiadalah bermanfaat baginya), yakni harta
yang dia kumpulkan ketika di dunia.
Idzā taraddā (apabila ia telah binasa), yakni apabila ia
telah mati. Menurut pendapat yang lain, apabila ia telah terjerumus ke dalam
neraka.
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى -١٢-
12. Sesungguhnya
Kami-lah yang Memberi petunjuk,
Innā
‘alainā lal hudā (sesungguhnya Kami-lah yang Memberi petunjuk), yakni Memberi
penjelasan tentang kebaikan dan keburukan.
وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَى -١٣-
13. Dan
sesungguhnya Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia itu.
Wa inna
lanā lal ākhirota wal ūlā (dan sesungguhnya Kepunyaan Kami-lah akhirat dan
dunia itu), yakni pahala dunia dan akhirat. Menurut yang lain, Kepunyaan
Kami-lah akhirat dan dunia. Di akhirat berupa pahala dan kemuliaan, sedangkan
di dunia berupa makrifah dan taufik.
فَأَنذَرْتُكُمْ نَاراً تَلَظَّى -١٤-
14. Maka Kami
Memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala.
Fa
aηdzartukum (maka Kami Memperingatkan kalian), yakni Aku Menakut-nakuti kalian,
hai penduduk Mekah, dengan Al-Qur﮲an. Nāroη talazh-zhō (dengan
neraka yang menyala-nyala), yakni yang berkobar-kobar.
لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى -١٥-
Tidak ada yang memasukinya kecuali orang yang paling
celaka,
Lā
yashlāhā (tidak ada yang memasukinya), yakni masuk ke dalam neraka. Illal asyqō
(kecuali orang yang paling celaka), yakni orang yang celaka menurut Ilmu Alloh
Ta‘ala.
الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى -١٦-
16. Yang
mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman(,
Alladzī
kadz-dzaba (yang mendustakan) tauhid. Ada yang berpendapat, melalaikan ketaatan
kepada Alloh Ta‘ala. Wa tawallā (dan berpaling) dari iman. Menurut yang lain,
dari tobat.
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى -١٧-
17. Dan kelak akan
dijauhkan darinya orang yang paling takwa,
Wa sa
yujannabuhā (dan kelak akan dijauhkan darinya), yakni akan dijauhkan dan
dihindarkan dari neraka.
Al-atqō (orang yang
paling takwa), yakni orang yang takwa.
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى -١٨-
18. Yang
menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya(,
Alladzī
yu‘thī mālahū (yang menafkahkan hartanya), yakni yang mengeluarkan hartanya di
Jalan Alloh Ta‘ala. Dialah Abu Bakr ash-Shiddiq. Yatazakkā (untuk menyucikan),
yakni menghendaki karunia Alloh Ta‘ala dengan cara itu.
وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى -١٩-
19. Dan tak seorang
pun memberinya suatu kenikmatan yang harus dibalasnya,
Wa mā li
ahadin ‘iηdahū min ni‘matiη tujzā (dan tak seorang pun memberinya suatu
kenikmatan yang harus dibalasnya), yakni dan ia tidak melakukan hal itu demi
mengharapkan balasan seseorang.
إِلَّا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى -٢٠-
20. Kecuali
semata-mata mencari keridaa Tuhan-nya Yang Maha Tinggi.
Illabtighā-a
wajhi robbihil a‘lā (kecuali semata-mata mencari keridaan Tuhan-nya Yang Maha
Tinggi), yakni kecuali demi mengharapkan Tuhan-nya Yang Maha Tinggi, yang lebih
tinggi dari apa pun.
وَلَسَوْفَ يَرْضَى -٢١-
21. Dan kelak dia
benar-benar mendapat kepuasan.
Wa la saufa yardhō (dan kelak ia benar-benar akan mendapat
kepuasan), yakni ia akan dianugerahi pahala dan kemuliaan, sehingga merasa
puas. Itulah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya.
No comments:
Post a Comment