اَلْاِنْشِقَاقُ
SURAT AL-INSYIQOOQ (TERBELAH)
Surat ke 84
diturunkan di Makkah terdiri dari 25
ayat, 109 kata dan 730 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِذَا السَّمَاء انشَقَّتْ -١-
1. Apabila langit
terbelah,
Idzas
samā-uηsyaqqot (bila langit berantakkan), yakni berantakkan karena munculnya
awan putih yang digunakan untuk turunnya Tuhan– tanpa perlu mempertanyakan
bagaimana turunnya Tuhan–, para malaikat, dan apa saja yang Dia Kehendaki
sesuai dengan Perintah-Nya.
وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ -٢-
2. Dan patuh kepada
Tuhan-nya, dan sudah semestinya patuh,
Wa
adzinat (dan [karena] mendengar), yakni karena mendengar dan menaati. Li
robbihā wa huqqot (Tuhan-nya, dan begitulah semestinya), yakni sudah semestinya
langit melakukan hal itu.
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ -٣-
3. Dan bila bumi
diratakan,
Wa idzal
ardlu muddat (dan bila bumi diratakan), yakni benar-benar rata serta dihamparkan
dan dibentangkan seperti kulit yang disamak. Menurut yang lain, dicopot dari
tempat-tempatnya.
وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ -٤-
4. Serta ia (bumi)
memuntahkan segala isinya, dan ia pun menjadi kosong,
Wa alqat
mā fīhā (serta ia [bumi] memuntahkan segala isinya), yaitu orang-orang mati dan
harta benda yang terpendam. Wa takhallat (dan ia pun menjadi kosong) dari semua
itu.
وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ -٥-
5. Dan patuh kepada
Tuhan-nya, dan sudah semestinya patuh.
Wa
adzinat (dan [karena] mendengar), yakni karena mendengar dan manaati. Li
robbihā wa huqqot (Tuhan-nya, dan begitulah semestinya), yakni sudah semestinya
bumi melakukan hal itu.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً فَمُلَاقِيهِ
-٦-
6. Wahai manusia,
sesungguhnya engkau bekerja keras menuju kepada Tuhan-mu, sehingga menemui-Nya.
Yā
ayyuhal iηsānu (wahai manusia) yang kafir, yaitu Abul Aswad bin Kaldah bin
Usaid bin Kholaf.
Innaka kādihun (sesungguhnya engkau bekerja), yakni melakukan suatu perbuatan
yang berhubungan dengan kekafiran engkau, kemudian akibatnya akan kembali
kepada engkau.
Ilā rabbika kadhan (bekerja keras menuju kepada Tuhan-mu) di akhirat. Menurut
yang lain, berupaya dengan sungguh-sungguh.
Fa mulāqīh (sehingga mendapatkannya), yakni mendapatkan amal engkau berupa
kebaikan atau keburukan. Manusia di dunia ini baik disadari atau tidak adalah
dalam perjalanan kepada Tuhan-nya. Dan pasti dia akan menemui Tuhan-nya untuk
menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ -٧-
7. Maka adapun
orang yang diberikan kitab (catatannya) dari sebelah kanannya,
Fa ammā
man ūtiya kitābahū (adapun orang yang diberikan kitabnya), yakni kitab yang
berisi segala kebaikannya. Bi yamīnih (dari sebelah kanannya), yaitu Abu
Salamah bin ‘Abdil Asad.
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً -٨-
8. Maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
Fa saufa
yuhāsabu hisābay yasīrō (maka kelak ia akan dihisab (dihitung)
dengan penghisaban yang mudah), yakni dengan penghisaban yang gampang; hanya
diperlihatkan saja.
وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْراً -٩-
9. Dan ia akan
kembali kepada kaumnya dengan gembira.
Wa
yangqolibu (dan ia akan kembali) di akhirat. Ilā ahlihī (kepada kaumnya) di
dalam surga, sebagaimana Janji Alloh Ta‘ala kepada mereka. Masrūrō (dengan
gembira) bersama-sama mereka.
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِهِ -١٠-
10. Dan adapun
orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang,
Wa ammā
man ūtiya kitābahū (dan adapun orang-orang yang diberikan kitabnya), yakni
kitab yang berisi keburukan-keburukannya. Warō-a
zhohrih (dari belakang punggungnya) dengan tangan kiri. Ia adalah al-Aswad bin
‘Abdil Asad, saudara laki-laki Abu Salamah.
فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً -١١-
11. Maka dia akan
berteriak, "Celakalah aku"
Fa saufa
yad‘u tsubūrō (maka kelak ia akan berteriak, Celaka),
yakni alangkah sial dan celaka!
وَيَصْلَى سَعِيراً -١٢-
12. Dan ia akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala,
Wa
yashlā sa‘īrō (dan ia akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala), yakni ia akan masuk ke dalam neraka yang berkobar-kobar.
إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُوراً -١٣-
13. Sungguhnya, dia
dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir).
Innahū
kāna fī ahlihī masrūrō (karena dahulu [di dunia] ia berada
dalam komplotannya dengan bersenang-senang) bersama mereka.
إِنَّهُ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ -١٤-
14. Sesungguhnya
dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhan-nya).
Innahū
zhonna al lay yahūr (sebab, ia menyangka bahwa ia tidak akan kembali) kepada
Tuhan-nya di akhirat.
بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيراً -١٥-
15. Tidak demikian,
sesungguhnya Tuhan-nya selalu melihatnya.
Balā
(ya), mereka pasti akan kembali kepada Tuhan-nya di akhirat.
Inna robbahū
kāna bihī bashīrō (sesungguhnya Tuhan-nya adalah Maha
Mengawasi ia) sejak saat ia diciptakan.
فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ -١٦-
16. Maka sungguh
Aku Bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja,
Fa lā
uqsimu bisy syafaq (sungguh Aku Bersumpah dengan cahaya merah yang muncul
setelah matahari terbenam), yakni cahaya merah di arah barat setelah matahari
terbenam.
وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ -١٧-
17. Dan demi malam
dan apa yang diselubunginya,
Wal
laili wa mā wasaq (dan malam serta segala yang diliputinya), yakni Aku
Bersumpah dengan malam; wa mā wasaq (serta segala yang diliputinya), yakni
segala sesuatu yang berkumpul dan kembali ke tempatnya manakala malam mulai
gelap.
وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ -١٨-
18. Dan demi bulan
apabila jadi purnama,
Wal qomari
idzattasaq (dan bulan manakala purnama), yakni Aku Bersumpah dengan bulan yang
telah berpadu dan sempurna selama tiga malam: malam tiga belas, empat belas,
dan lima belas.
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ -١٩-
19. Sungguh, akan
kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan [dari setetes mani sampai
dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa. Dari
hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali]).
La
tarkabunna (sesungguhnya kalian benar-benar akan melewati), yakni sesungguhnya
Kami akan Mengubah sejumlah makhluk.
Thobaqan
‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari satu kondisi ke kondisi lainnya,
semenjak mereka diciptakan sampai mereka mati; semenjak mereka mati sampai
mereka masuk surga atau neraka. Alloh Ta‘ala akan Mengubah mereka dari satu
keadaan ke keadaan lainnya. Menurut satu pendapat, la tarkabunna (sesungguhnya
kalian benar-benar akan melewati), yakni sesungguhnya kamu, hai Muhammad,
benar-benar akan naik; thobaqan ‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari satu
langit ke langit berikutnya pada malam Mi‘roj, jika lafazh la tarkabunna dibaca
la tarkabanna. Ada pula yang berpendapat, sesungguhnya orang yang mendustakan
itu benar-benar akan melewati; thobaqan ‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari
satu kondisi ke kondisi lainnya, sejak ia mati sampai masuk neraka, jika lafazh
la tarkabunna dibaca la yarkabunna.
فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ -٢٠-
20. Maka mengapa
mereka tidak mau beriman?
Fa mā
lahum (namun, mengapa mereka), yakni mengapa orang-orang kafir Mekah. Ada yang
berpendapat, mengapa Bani ‘Abdi Yalail ats-Tsaqafi. Mereka berjumlah tiga
orang, yaitu: Mas‘ud, Hubaib, dan Rabi‘ah. Lā yu﮲minūn (tidak mau
beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an.
وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ -٢١-
21. Dan apabila
Al-Qur﮲an dibacakan kepada mereka, mereka tidak
mau bersujud.
Wa idzā
quri-a ‘alaihim (dan apabila dibacakan kepada mereka), yakni apabila Nabi
Muhammad SAW. membacakan kepada mereka. Al-qur-ānu (Al-Qur﮲an) yang
berisi perintah dan larangan. Lā yasjudūn (mereka tidak mau bersujud), yakni
mereka tidak mau tunduk kepada Alloh Ta‘ala dengan bertauhid.
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُواْ يُكَذِّبُونَ -٢٢-
22. Bahkan
orang-orang yang kafir tetap saja mendustakan.
Balil
ladzīna kafarū (bahkan orang-orang yang kafir), yakni orang-orang kafir Mekah
dan orang-orang yang tidak beriman dari kalangan Bani ‘Abdi Yalail. Yukadz-dzibūn (tetap saja mendustakan) Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an .
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ -٢٣-
23. Dan (padahal)
Alloh lebih Mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka).
Wallāhu a‘lamū
bi mā yū‘ūn (padahal, Alloh sangat Mengetahui apa pun yang mereka sembunyikan),
yakni apa pun yang mereka katakan dan mereka perbuat. Ada yang berpendapat, apa
pun yang mereka dengar dan mereka sembunyikan di dalam hati mereka.
فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ -٢٤-
24. Maka
sampaikanlah kepada mereka (ancaman) adzab yang pedih,
Fa
basy-syirhum bi ‘adzābin alīm (karena itu, sampaikanlah kabar gembira kepada
mereka berupa adzab yang teramat pedih), yakni adzab yang sangat menyakitkan,
yang rasa sakitnya terkonsentrasi di dalam hati mereka, baik pada Perang Badr
maupun di akhirat. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Mengecualikan orang-orang yang
beriman, Dia Berfirman:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
-٢٥-
25. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala
yang tidak putus-putusnya.
Illal ladzīna āmanū
(kecuali orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur﮲an.
Wa ‘amilush shōlihāti (serta
mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan ketaatan-ketaatan yang
berhubungan dengan Tuhan-nya. Lahum ajrun (mereka akan mendapatkan ganjaran),
yakni pahala di akhirat. Ghoiru mamnūn (yang tiada putus-putusnya), yakni yang
tidak akan dikurangi dan tidak pula menjemukan. Menurut satu pendapat, tidak
akan diungkit-ungkit. Menurut yang lain, kebaikan-kebaikan mereka tidak akan
dikurangi sesudah mereka pikun dan mati.
No comments:
Post a Comment