Tuesday, 20 October 2015

Surat Al-Insyiqaaq

اَلْاِنْشِقَاقُ
SURAT AL-INSYIQOOQ (TERBELAH)
Surat ke 84 diturunkan di Makkah terdiri dari 25 ayat, 109 kata dan 730 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
إِذَا السَّمَاء انشَقَّتْ -١-
1. Apabila langit terbelah,
Idzas samā-uηsyaqqot (bila langit berantakkan), yakni berantakkan karena munculnya awan putih yang digunakan untuk turunnya Tuhan– tanpa perlu mempertanyakan bagaimana turunnya Tuhan–, para malaikat, dan apa saja yang Dia Kehendaki sesuai dengan Perintah-Nya.
وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ -٢-
2. Dan patuh kepada Tuhan-nya, dan sudah semestinya patuh,
Wa adzinat (dan [karena] mendengar), yakni karena mendengar dan menaati. Li robbihā wa huqqot (Tuhan-nya, dan begitulah semestinya), yakni sudah semestinya langit melakukan hal itu.
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ -٣-
3. Dan bila bumi diratakan,
Wa idzal ardlu muddat (dan bila bumi diratakan), yakni benar-benar rata serta dihamparkan dan dibentangkan seperti kulit yang disamak. Menurut yang lain, dicopot dari tempat-tempatnya.
وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ -٤-
4. Serta ia (bumi) memuntahkan segala isinya, dan ia pun menjadi kosong,
Wa alqat mā fīhā (serta ia [bumi] memuntahkan segala isinya), yaitu orang-orang mati dan harta benda yang terpendam. Wa takhallat (dan ia pun menjadi kosong) dari semua itu.
وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ -٥-
5. Dan patuh kepada Tuhan-nya, dan sudah semestinya patuh.
Wa adzinat (dan [karena] mendengar), yakni karena mendengar dan manaati. Li robbihā wa huqqot (Tuhan-nya, dan begitulah semestinya), yakni sudah semestinya bumi melakukan hal itu.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً فَمُلَاقِيهِ -٦-
6. Wahai manusia, sesungguhnya engkau bekerja keras menuju kepada Tuhan-mu, sehingga menemui-Nya.
Yā ayyuhal iηsānu (wahai manusia) yang kafir, yaitu Abul Aswad bin Kaldah bin Usaid bin Kholaf. Innaka kādihun (sesungguhnya engkau bekerja), yakni melakukan suatu perbuatan yang berhubungan dengan kekafiran engkau, kemudian akibatnya akan kembali kepada engkau. Ilā rabbika kadhan (bekerja keras menuju kepada Tuhan-mu) di akhirat. Menurut yang lain, berupaya dengan sungguh-sungguh. Fa mulāqīh (sehingga mendapatkannya), yakni mendapatkan amal engkau berupa kebaikan atau keburukan. Manusia di dunia ini baik disadari atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhan-nya. Dan pasti dia akan menemui Tuhan-nya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ -٧-
7. Maka adapun orang yang diberikan kitab (catatannya) dari sebelah kanannya,
Fa ammā man ūtiya kitābahū (adapun orang yang diberikan kitabnya), yakni kitab yang berisi segala kebaikannya. Bi yamīnih (dari sebelah kanannya), yaitu Abu Salamah bin ‘Abdil Asad.
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً -٨-
8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
Fa saufa yuhāsabu hisābay yasīrō (maka kelak ia akan dihisab (dihitung) dengan penghisaban yang mudah), yakni dengan penghisaban yang gampang; hanya diperlihatkan saja.
وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْراً -٩-
9. Dan ia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.
Wa yangqolibu (dan ia akan kembali) di akhirat. Ilā ahlihī (kepada kaumnya) di dalam surga, sebagaimana Janji Alloh Ta‘ala kepada mereka. Masrūrō (dengan gembira) bersama-sama mereka.
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِهِ -١٠-
10. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang,
Wa ammā man ūtiya kitābahū (dan adapun orang-orang yang diberikan kitabnya), yakni kitab yang berisi keburukan-keburukannya. Warō-a zhohrih (dari belakang punggungnya) dengan tangan kiri. Ia adalah al-Aswad bin ‘Abdil Asad, saudara laki-laki Abu Salamah.
فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً -١١-
11. Maka dia akan berteriak, "Celakalah aku"
Fa saufa yad‘u tsubūrō (maka kelak ia akan berteriak, Celaka), yakni alangkah sial dan celaka!
وَيَصْلَى سَعِيراً -١٢-
12. Dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala,
Wa yashlā sa‘īrō (dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala), yakni ia akan masuk ke dalam neraka yang berkobar-kobar.
إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُوراً -١٣-
13. Sungguhnya, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir).
Innahū kāna fī ahlihī masrūrō (karena dahulu [di dunia] ia berada dalam komplotannya dengan bersenang-senang) bersama mereka.
إِنَّهُ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ -١٤-
14. Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhan-nya).
Innahū zhonna al lay yahūr (sebab, ia menyangka bahwa ia tidak akan kembali) kepada Tuhan-nya di akhirat.
بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيراً -١٥-
15. Tidak demikian, sesungguhnya Tuhan-nya selalu melihatnya.
Balā (ya), mereka pasti akan kembali kepada Tuhan-nya di akhirat.
Inna robbahū kāna bihī bashīrō (sesungguhnya Tuhan-nya adalah Maha Mengawasi ia) sejak saat ia diciptakan.
فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ -١٦-
16. Maka sungguh Aku Bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja,
Fa lā uqsimu bisy syafaq (sungguh Aku Bersumpah dengan cahaya merah yang muncul setelah matahari terbenam), yakni cahaya merah di arah barat setelah matahari terbenam.
وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ -١٧-
17. Dan demi malam dan apa yang diselubunginya,
Wal laili wa mā wasaq (dan malam serta segala yang diliputinya), yakni Aku Bersumpah dengan malam; wa mā wasaq (serta segala yang diliputinya), yakni segala sesuatu yang berkumpul dan kembali ke tempatnya manakala malam mulai gelap.
وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ -١٨-
18. Dan demi bulan apabila jadi purnama,
Wal qomari idzattasaq (dan bulan manakala purnama), yakni Aku Bersumpah dengan bulan yang telah berpadu dan sempurna selama tiga malam: malam tiga belas, empat belas, dan lima belas.
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقاً عَن طَبَقٍ -١٩-
19. Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan [dari setetes mani sampai dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa. Dari hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali]).
La tarkabunna (sesungguhnya kalian benar-benar akan melewati), yakni sesungguhnya Kami akan Mengubah sejumlah makhluk.
Thobaqan ‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari satu kondisi ke kondisi lainnya, semenjak mereka diciptakan sampai mereka mati; semenjak mereka mati sampai mereka masuk surga atau neraka. Alloh Ta‘ala akan Mengubah mereka dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Menurut satu pendapat, la tarkabunna (sesungguhnya kalian benar-benar akan melewati), yakni sesungguhnya kamu, hai Muhammad, benar-benar akan naik; thobaqan ‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari satu langit ke langit berikutnya pada malam Mi‘roj, jika lafazh la tarkabunna dibaca la tarkabanna. Ada pula yang berpendapat, sesungguhnya orang yang mendustakan itu benar-benar akan melewati; thobaqan ‘aη thobaq (fase demi fase), yakni dari satu kondisi ke kondisi lainnya, sejak ia mati sampai masuk neraka, jika lafazh la tarkabunna dibaca la yarkabunna.
فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ -٢٠-
20. Maka mengapa mereka tidak mau beriman?
Fa mā lahum (namun, mengapa mereka), yakni mengapa orang-orang kafir Mekah. Ada yang berpendapat, mengapa Bani ‘Abdi Yalail ats-Tsaqafi. Mereka berjumlah tiga orang, yaitu: Mas‘ud, Hubaib, dan Rabi‘ah. Lā yuminūn (tidak mau beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran.
وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ -٢١-
21. Dan apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud.
Wa idzā quri-a ‘alaihim (dan apabila dibacakan kepada mereka), yakni apabila Nabi Muhammad SAW. membacakan kepada mereka. Al-qur-ānu (Al-Quran) yang berisi perintah dan larangan. Lā yasjudūn (mereka tidak mau bersujud), yakni mereka tidak mau tunduk kepada Alloh Ta‘ala dengan bertauhid.
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُواْ يُكَذِّبُونَ -٢٢-
22. Bahkan orang-orang yang kafir tetap saja mendustakan.
Balil ladzīna kafarū (bahkan orang-orang yang kafir), yakni orang-orang kafir Mekah dan orang-orang yang tidak beriman dari kalangan Bani ‘Abdi Yalail. Yukadz-dzibūn (tetap saja mendustakan) Muhammad SAW. dan Al-Quran .
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ -٢٣-
23. Dan (padahal) Alloh lebih Mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka).
Wallāhu a‘lamū bi mā yū‘ūn (padahal, Alloh sangat Mengetahui apa pun yang mereka sembunyikan), yakni apa pun yang mereka katakan dan mereka perbuat. Ada yang berpendapat, apa pun yang mereka dengar dan mereka sembunyikan di dalam hati mereka.
فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ -٢٤-
24. Maka sampaikanlah kepada mereka (ancaman) adzab yang pedih,
Fa basy-syirhum bi ‘adzābin alīm (karena itu, sampaikanlah kabar gembira kepada mereka berupa adzab yang teramat pedih), yakni adzab yang sangat menyakitkan, yang rasa sakitnya terkonsentrasi di dalam hati mereka, baik pada Perang Badr maupun di akhirat. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Mengecualikan orang-orang yang beriman, Dia Berfirman:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ -٢٥-
25. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.
Illal ladzīna āmanū (kecuali orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran. Wa ‘amilush shōlihāti (serta mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan ketaatan-ketaatan yang berhubungan dengan Tuhan-nya. Lahum ajrun (mereka akan mendapatkan ganjaran), yakni pahala di akhirat. Ghoiru mamnūn (yang tiada putus-putusnya), yakni yang tidak akan dikurangi dan tidak pula menjemukan. Menurut satu pendapat, tidak akan diungkit-ungkit. Menurut yang lain, kebaikan-kebaikan mereka tidak akan dikurangi sesudah mereka pikun dan mati.

No comments:

Post a Comment