Monday, 19 October 2015

Surat Al-Buruuj

اَلْبُرُوجُ
SURAT AL-BURUUJ (GUGUSAN BINTANG)
Surat ke 85 diturunkan di Makkah terdiri dari 22 ayat, 109 kata dan 458 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالسَّمَاء ذَاتِ الْبُرُوجِ -١-
1. Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang,
Was samā-i dzātil burūj (demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang), yakni Allah Ta‘ala Bersumpah dengan langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang. Menurut satu pendapat, yang memiliki istana-istana, yaitu dua belas istana yang ada di antara langit dan bumi. Allah Ta‘ala Mengetahui semua itu.
وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ -٢-
2. Dan (demi) hari yang dijanjikan;
Wal yaumil mau‘ūd (dan demi hari yang dijanjikan), yakni hari kiamat.
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ -٣-
3. Dan (demi) yang menyaksikan serta yang disaksikan.
Wa syāhidin (dan demi yang menyaksikan), yakni hari Jum‘at. Wa masyhūd (serta yang disaksikan), yakni hari ‘Arofah. Menurut satu pendapat, hari Nahar (menyembelih). Menurut pendapat lainnya, wa syāhidin (dan yang menyaksikan), yakni Bani Adam; wa masyhūd (dan yang disaksikan), yakni hari kiamat. Dan ada pula yang berpendapat, wa syāhidin (dan yang menyaksikan), yakni Nabi Muhammad SAW.; wa masyhūd (dan yang disaksikan), yakni umatnya. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan semua itu seraya Berfirman inna bathsya robbika la syadīd (sesungguhnya Siksaan Tuhan-mu itu benar-benar sangat dahsyat) bagi siapa pun yang tidak beriman kepada-Nya.
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ -٤-
4. Terkutuklah para pemilik parit itu!
Qutila ash-hābul ukhdūd (terkutuklah para pemilik parit itu).  Ya’ni binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman)
النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ -٥-
5. (Parit) api yang berbahan bakar.
An-nāri dzātil waqūd ([parit] api yang berbahan bakar) minyak tanah, ter, dan kayu bakar. Menurut satu pendapat, mereka telah dilaknat. Menurut yang lain, mereka adalah orang-orang kafir yang telah membunuh kaum Mukminin dengan api yang menyala-nyala, dan menggunakan minyak tanah, ter, dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ -٦-
6. Ketika mereka duduk di atasnya,
Idz hum (ketika mereka), yakni orang-orang kafir. ’Alaihā (di atasnya), yakni di atas parit itu. Ada yang berpendapat, di atas kursi-kursi. Qu‘ūd (duduk), yakni orang-orang kafir duduk-duduk ketika membakar mukminin dengan api.
وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ -٧-
7. Sementara mereka menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap kaum Mukminin.
Wa hum ‘alā mā yaf‘alūna bil mu’minīna syuhūd (sementara mereka menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap kaum Mukminin), yakni menghadirinya. Ada yang berpendapat, mereka memberi kesaksian terhadap kaum Mukminin, dengan mengatakan bahwa orang-orang tersebut adalah kaum yang sesat.
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ -٨-
8. Dan tiadalah orang-orang kafir menyiksa mereka, kecuali karena mereka beriman kepada Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
Wa mā naqamū minhum (dan tiadalah orang-orang kafir menyiksa mereka), yakni menyiksa kaum Mukminin dan tidak pula menyakiti mereka. Illā ay yu’minū billāhi (kecuali karena mereka beriman kepada Alloh), yakni kecuali karena keimanan mereka kepada Alloh. Al-‘azīzi (Yang Maha Perkasa) menimpakan siksaan kepada siapa pun yang tidak beriman kepada-Nya. Al-hamīd (lagi Maha Memuji) orang-orang yang beriman kepada-Nya.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ -٩-
9. Yang Memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Alloh Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Alladzī lahū mulkus samāwāti (Yang Memiliki kerajaan langit), yakni semua perbendaharaan langit, yaitu hujan. Wal ardl (dan bumi), yakni tumbuh-tumbuhan. Wallāhu ‘alā kulli syai-iη syahīd (dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu), yakni semua amal mereka.
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ -١٠-
10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada kaum Mukminin dan Mukminat, kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab neraka Jahannam, dan bagi mereka adzab yang membakar.
Innal ladzīna fatanul mu’minīna (sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada kaum Mukminin), yakni membakar kaum laki-laki yang bersungguh-sungguh dalam keimanannya. Wal mu’mināti (dan Mukminat), yakni kaum perempuan yang bersungguh-sungguh dalam keimanannya. Tsumma lam yatūbū (kemudian mereka tidak bertobat) dari kekafiran dan kemusyrikan mereka. Fa lahum ‘adzābu jahannama (maka bagi mereka adzab neraka Jahannam) di akhirat. Wa lahum ‘adzābul harīq (dan bagi mereka adzab yang membakar), yakni adzab yang dahsyat di dalam neraka. Menurut satu pendapat, (bagi mereka adzab) di dunia dengan cara dibakar oleh Alloh Ta‘ala, dan mereka adalah orang-orang Najran. Ada pula yang mengatakan, mereka adalah penduduk Maushil. Mereka menangkap beberapa orang Mukminin lalu menyiksa mereka dan membunuhnya dengan api. Hal itu mereka lakukan agar orang-orang Mukmin mau kembali kepada agama mereka. Raja mereka bernama Yusuf. Ada pula yang mengatakan, raja mereka bernama Dzun Nawas. Selanjutnya Alloh Ta‘ala Menerangkan perihal orang-orang Mukmin yang tidak mau kembali dari keimanan walaupun harus menghadapi siksaan, Dia Berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ -١١-
11. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah kesuksesan yang besar.
Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Alloh Ta‘ala. Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh), yakni kebajikan yang berhubungan dengan Tuhan-nya. Lahum jannātun (bagi mereka surga-surga), yakni taman-taman. Tajrī miη tahtihā (yang mengalir di bawahnya), yakni di bawah pepohonan dan tempat-tempat tinggalnya. Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai madu, sungai susu, sungai air, dan sungai khamar. Dzālikal fauzul kabīr (itulah kesuksesan yang besar), yakni keberhasilan yang gemilang. Mereka berhasil meraih surga dan selamat dari neraka.
إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ -١٢-
12. Sesungguhnya Siksaan Tuhan-mu benar-benar sangat dahsyat.
Inna bath-sya robbika (sesungguhnya Siksaan Tuhan-mu), yakni Hukuman Tuhan-mu terhadap orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya. La syadīd (benar-benar sangat dahsyat).
إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ -١٣-
13. Sesungguhnya Dia yang Memulai dan yang Mengulangi.
Innahū huwa yubdi-u (sesungguhnya Dia yang Memulai) penciptaan makhluk dari nutfah (mani). Wa yu‘īd (dan yang Mengulangi) sesudah mati, sebagai makhluk yang baru.
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ -١٤-
14. Dan Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai,
Wa huwal ghafūru (dan Dia Yang Maha Pengampun), yakni Yang Maha Pemberi Maaf kepada siapa saja yang bertobat dari kekafiran seraya beriman kepada-Nya. Al-wadūd (lagi Maha Mencintai), yakni Maha Memperlihatkan Cinta-Nya kepada para Penolong-Nya. Menurut satu pendapat, yang Mencintai orang-orang yang taat kepada-Nya. Dan ada pula yang berpendapat, yang Menunjukkan Kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ -١٥-
15. Pemilik Arasy Yang Maha Mulia,
Dzul ‘arsyi (Pemilik Arasy) dan singgasana.  Al-majīd (Yang Maha Mulia), yakni Yang Maha Baik lagi Maha Sempurna.
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ -١٦-
16. Yang Maha Berbuat atas segala apa yang Dikehendaki-Nya.
Fa‘ālul limā yurīd (Yang Maha Berbuat atas segala apa yang Dikehendaki-Nya), yakni sebagaimana Kehendak-Nya. Dan Dia pula yang Menghidupkan dan Mematikan.
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ -١٧-
17. Sudah sampaikah kepadamu kisah tentang bala tentara,
Hal atāka (sudah sampaikah kepadamu), hai Muhammad. Alloh Ta‘ala Menanyakan hal itu kepada Nabi-Nya sebelum sampai kepada beliau (apa yang Dia Tanyakan), kemudian sesudah itu sampailah kepadanya. Hadītsul junūd (kisah tentang bala tentara), yakni informasi tentang para pasukan.
فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ -١٨-
18. Fir‘aun dan Tsamud.
Fir‘auna wa tsamūd (Fir‘aun dan Tsamud) serta orang-orang yang sebelum dan sesudah mereka. Kami Menindak mereka ketika mendustakan.
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ -١٩-
19. Namun, orang-orang kafir tetap saja mendustakan.
Balil ladzīna kafarū (namun, orang-orang kafir), yakni orang-orang kafir Mekah. Fī takdzīb (tetap saja mendustakan) Nabi Muhammad SAW. dan Al-Quran.
وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ -٢٠-
20. Padahal, Alloh Maha Mengepung dari belakang mereka.
Wallāhu miw warō-ihim muhīth (padahal, Alloh Maha Mengepung dari belakang mereka), yakni Maha Mengetahui (keadaan) mereka dan perbuatan mereka.
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ -٢١-
21. Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Quran yang mulia,
Bal huwa (sebenarnya, ia), yakni Al-Quran yang dibacakan Nabi Muhammad SAW. kepada mereka. Qur-ānum majīd (adalah Al-Quran yang mulia), yakni yang luhur dan agung.
فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ -٢٢-
22. Yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).
Fī lauhim mahfūzh (yang terpelihara dalam Lauh Mahfuzh), yakni yang termaktub dalam Lauh Mahfuzh dan terjaga dari para setan.

No comments:

Post a Comment