اَلْبُرُوجُ
SURAT AL-BURUUJ (GUGUSAN BINTANG)
Surat ke 85
diturunkan di Makkah terdiri dari 22
ayat, 109 kata dan 458
huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالسَّمَاء ذَاتِ الْبُرُوجِ -١-
1. Demi langit yang
memiliki gugusan-gugusan bintang,
Was
samā-i dzātil burūj (demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang), yakni
Allah Ta‘ala Bersumpah dengan langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang.
Menurut satu pendapat, yang memiliki istana-istana, yaitu dua belas istana yang
ada di antara langit dan bumi. Allah Ta‘ala Mengetahui semua itu.
وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ
-٢-
2. Dan (demi) hari
yang dijanjikan;
Wal yaumil mau‘ūd (dan demi hari yang dijanjikan), yakni
hari kiamat.
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ -٣-
3. Dan (demi) yang
menyaksikan serta yang disaksikan.
Wa
syāhidin (dan demi yang menyaksikan), yakni hari Jum‘at. Wa masyhūd (serta yang
disaksikan), yakni hari ‘Arofah. Menurut satu pendapat, hari Nahar
(menyembelih). Menurut pendapat lainnya, wa syāhidin (dan yang menyaksikan),
yakni Bani Adam; wa masyhūd (dan yang disaksikan), yakni hari kiamat. Dan ada
pula yang berpendapat, wa syāhidin (dan yang menyaksikan), yakni Nabi Muhammad SAW.;
wa masyhūd (dan yang disaksikan), yakni umatnya. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan
semua itu seraya Berfirman inna bathsya robbika la syadīd (sesungguhnya Siksaan
Tuhan-mu itu benar-benar sangat dahsyat) bagi siapa pun yang tidak beriman
kepada-Nya.
قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ -٤-
4. Terkutuklah para
pemilik parit itu!
Qutila
ash-hābul ukhdūd (terkutuklah para pemilik parit itu). Ya’ni binasalah orang-orang yang
membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman)
النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ -٥-
5. (Parit) api yang
berbahan bakar.
An-nāri
dzātil waqūd ([parit] api yang berbahan bakar) minyak tanah, ter, dan kayu
bakar. Menurut satu pendapat, mereka telah dilaknat. Menurut yang lain, mereka
adalah orang-orang kafir yang telah membunuh kaum Mukminin dengan api yang
menyala-nyala, dan menggunakan minyak tanah, ter, dan kayu bakar sebagai bahan
bakarnya.
إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ -٦-
6. Ketika mereka
duduk di atasnya,
Idz hum
(ketika mereka), yakni orang-orang kafir. ’Alaihā (di atasnya), yakni di atas
parit itu. Ada yang berpendapat, di atas kursi-kursi.
Qu‘ūd (duduk), yakni orang-orang kafir duduk-duduk ketika
membakar mukminin dengan api.
وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ
بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ -٧-
7. Sementara mereka
menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap kaum Mukminin.
Wa hum
‘alā mā yaf‘alūna bil mu’minīna syuhūd (sementara mereka menyaksikan apa yang
mereka lakukan terhadap kaum Mukminin), yakni menghadirinya. Ada yang
berpendapat, mereka memberi kesaksian terhadap kaum Mukminin, dengan mengatakan
bahwa orang-orang tersebut adalah kaum yang sesat.
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
-٨-
8. Dan tiadalah
orang-orang kafir menyiksa mereka, kecuali karena mereka beriman kepada Alloh
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
Wa mā
naqamū minhum (dan tiadalah orang-orang kafir menyiksa mereka), yakni menyiksa
kaum Mukminin dan tidak pula menyakiti mereka. Illā ay yu’minū billāhi (kecuali
karena mereka beriman kepada Alloh), yakni kecuali karena keimanan mereka
kepada Alloh. Al-‘azīzi (Yang Maha Perkasa) menimpakan siksaan kepada siapa pun
yang tidak beriman kepada-Nya. Al-hamīd (lagi Maha Memuji) orang-orang yang
beriman kepada-Nya.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
-٩-
9. Yang Memiliki
kerajaan langit dan bumi. Dan Alloh Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Alladzī
lahū mulkus samāwāti (Yang Memiliki kerajaan langit), yakni semua
perbendaharaan langit, yaitu hujan.
Wal ardl (dan bumi), yakni tumbuh-tumbuhan. Wallāhu ‘alā kulli syai-iη syahīd (dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu), yakni semua amal mereka.
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا
فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ -١٠-
10. Sesungguhnya
orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada kaum Mukminin dan Mukminat,
kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab neraka Jahannam, dan
bagi mereka adzab yang membakar.
Innal
ladzīna fatanul mu’minīna (sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan
kepada kaum Mukminin), yakni membakar kaum laki-laki yang bersungguh-sungguh
dalam keimanannya. Wal mu’mināti (dan Mukminat), yakni kaum perempuan yang
bersungguh-sungguh dalam keimanannya. Tsumma lam yatūbū (kemudian mereka tidak
bertobat) dari kekafiran dan kemusyrikan mereka. Fa lahum ‘adzābu jahannama
(maka bagi mereka adzab neraka Jahannam) di akhirat. Wa lahum ‘adzābul harīq
(dan bagi mereka adzab yang membakar), yakni adzab yang dahsyat di dalam
neraka. Menurut satu pendapat, (bagi mereka adzab) di dunia dengan cara dibakar
oleh Alloh Ta‘ala, dan mereka adalah orang-orang Najran. Ada pula yang
mengatakan, mereka adalah penduduk Maushil. Mereka menangkap beberapa orang
Mukminin lalu menyiksa mereka dan membunuhnya dengan api. Hal itu mereka
lakukan agar orang-orang Mukmin mau kembali kepada agama mereka. Raja mereka
bernama Yusuf. Ada pula yang mengatakan, raja mereka bernama Dzun Nawas.
Selanjutnya Alloh Ta‘ala Menerangkan perihal orang-orang Mukmin yang tidak mau
kembali dari keimanan walaupun harus menghadapi siksaan, Dia Berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ -١١-
11. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah kesuksesan yang besar.
Innal
ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Alloh Ta‘ala. Wa
‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh), yakni kebajikan yang
berhubungan dengan Tuhan-nya. Lahum jannātun (bagi mereka surga-surga), yakni
taman-taman. Tajrī miη tahtihā (yang mengalir di bawahnya), yakni di bawah
pepohonan dan tempat-tempat tinggalnya. Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai
madu, sungai susu, sungai air, dan sungai khamar. Dzālikal fauzul kabīr (itulah
kesuksesan yang besar), yakni keberhasilan yang gemilang. Mereka berhasil
meraih surga dan selamat dari neraka.
إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ -١٢-
12. Sesungguhnya
Siksaan Tuhan-mu benar-benar sangat dahsyat.
Inna
bath-sya robbika (sesungguhnya Siksaan Tuhan-mu), yakni Hukuman Tuhan-mu
terhadap orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya. La syadīd (benar-benar
sangat dahsyat).
إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ -١٣-
13. Sesungguhnya
Dia yang Memulai dan yang Mengulangi.
Innahū
huwa yubdi-u (sesungguhnya Dia yang Memulai) penciptaan makhluk dari nutfah
(mani). Wa yu‘īd (dan yang Mengulangi) sesudah mati, sebagai makhluk yang baru.
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ -١٤-
14. Dan Dia Yang
Maha Pengampun lagi Maha Mencintai,
Wa huwal
ghafūru (dan Dia Yang Maha Pengampun), yakni Yang Maha Pemberi Maaf kepada
siapa saja yang bertobat dari kekafiran seraya beriman kepada-Nya. Al-wadūd (lagi Maha Mencintai), yakni Maha
Memperlihatkan Cinta-Nya kepada para Penolong-Nya. Menurut satu pendapat, yang
Mencintai orang-orang yang taat kepada-Nya. Dan ada pula yang berpendapat, yang
Menunjukkan Kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ -١٥-
15. Pemilik Arasy
Yang Maha Mulia,
Dzul
‘arsyi (Pemilik Arasy) dan singgasana. Al-majīd
(Yang Maha Mulia), yakni Yang Maha Baik lagi Maha Sempurna.
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ -١٦-
16. Yang Maha
Berbuat atas segala apa yang Dikehendaki-Nya.
Fa‘ālul
limā yurīd (Yang Maha Berbuat atas segala apa yang Dikehendaki-Nya), yakni
sebagaimana Kehendak-Nya. Dan Dia pula yang Menghidupkan dan Mematikan.
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ -١٧-
17. Sudah sampaikah
kepadamu kisah tentang bala tentara,
Hal
atāka (sudah sampaikah kepadamu), hai Muhammad. Alloh Ta‘ala Menanyakan hal itu
kepada Nabi-Nya sebelum sampai kepada beliau (apa yang Dia Tanyakan), kemudian
sesudah itu sampailah kepadanya.
Hadītsul junūd (kisah tentang bala tentara), yakni
informasi tentang para pasukan.
فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ -١٨-
18. Fir‘aun dan
Tsamud.
Fir‘auna
wa tsamūd (Fir‘aun dan Tsamud) serta orang-orang yang sebelum dan sesudah
mereka. Kami Menindak mereka ketika mendustakan.
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ -١٩-
19. Namun,
orang-orang kafir tetap saja mendustakan.
Balil
ladzīna kafarū (namun, orang-orang kafir), yakni orang-orang kafir Mekah. Fī takdzīb (tetap saja mendustakan) Nabi Muhammad SAW.
dan Al-Qur﮲an.
وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ -٢٠-
20. Padahal, Alloh
Maha Mengepung dari belakang mereka.
Wallāhu
miw warō-ihim muhīth (padahal, Alloh Maha
Mengepung dari belakang mereka), yakni Maha Mengetahui (keadaan) mereka dan
perbuatan mereka.
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ -٢١-
21. Bahkan (yang
didustakan itu) ialah Al-Qur﮲an yang mulia,
Bal huwa
(sebenarnya, ia), yakni Al-Qur﮲an yang
dibacakan Nabi Muhammad SAW. kepada mereka. Qur-ānum majīd (adalah Al-Qur﮲an yang
mulia), yakni yang luhur dan agung.
فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ -٢٢-
22. Yang
(tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).
Fī lauhim mahfūzh (yang
terpelihara dalam Lauh Mahfuzh), yakni yang termaktub dalam Lauh Mahfuzh dan
terjaga dari para setan.
No comments:
Post a Comment