Wednesday, 14 October 2015

Surat Al-'Aadiyaat



اَلْعَادِيَاتُ
SURAT AL-’AADIYAAT (KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG)
Surat ke 100 diturunkan di Makkah terdiri dari 11 ayat, 40 kata dan 163 huruf.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحاً -١-
1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
Wal ‘ādiyāti dhobhā (demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah). Hal ini terjadi ketika Nabi Muhammad SAW. mengirim sebuah pasukan untuk menggempur Bani Kinanah. Akan tetapi, informasi tentang keadaan pasukan itu terlambat sampai kepada beliau, sehingga membuatnya merasa gundah. Maka Alloh Ta‘ala Mengabari Nabi-Nya perihal pasukan itu dalam bentuk sumpah. Alloh Ta‘ala Berfirman, wal ‘ādiyāti dhobhā (demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah). Maksudnya, Alloh Ta‘ala bersumpah dengan kuda-kuda para prajurit yang terengah-engah karena menghadapi musuh.
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً -٢-
2. Dan demi kuda-kuda yang memercikkan api dengan hentakannya.
Fal mūriyāti qod-hā (dan kuda-kuda yang memercikkan api dengan hentakannya), yakni kuda-kuda yang memercikkan api dengan tapak kakinya, seperti orang yang berusaha menyalakan api, tetapi tidak bisa merasakan manfaat api itu. Ini tak ada bedanya dengan api Abu Hubabah yang juga tidak memberikan manfaat. Abu Hubabah adalah orang Arab paling bakhil yang pernah ada dan ia termasuk salah seorang yang turut dalam pasukan itu. Ia tidak pernah menyalakan api untuk menanak roti atau sejenisnya sebelum orang-orang tertidur. Kalau mereka sudah tidur, barulah ia menyalakan api. Namun, apabila ada yang bangun, ia pun sesegera mungkin memadamkan api itu, sehingga tak seorang pun dapat merasakan manfaat api itu.
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً -٣-
3. Dan kuda-kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu subuh.
Fal mughīrōti shubhā (lalu kuda-kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu subuh), yakni lalu kuda-kuda itu menyerang di saat subuh.
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً -٤-
4. Maka mereka pun menerbangkan debu dengannya,
Fa atsarna bihī (maka mereka pun menerbangkan dengannya), yakni maka kuda-kuda itu pun membumbungkan dengan tapak-tapak kakinya. Menurut yang lain, dengan larinya. Naq‘ā (debu).
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعاً -٥-
5. Maka menyerbu ke tengah-tengah kumpulan (musuh).
Fa wasathna bihī jam‘ā (seraya menyerbu ke tengah-tengah kumpulan dengannya), yakni ke tengah-tengah kumpulan musuh dengan larinya. Ayat-ayat ini memiliki penafsiran lain, yaitu: Wal ‘ādiyāti (demi kuda perang yang berlari kencang), yakni Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan kuda dan unta orang-orang yang berhaji manakala mereka kembali dari ‘Arafah menuju Muzdalifah. Dhobhā (dengan terengah-engah), yakni dengan nafas yang terengah-engah. Fal mūriyāti qod-hā (dan kuda-kuda yang memercikkan api dengan hentakannya), yakni kuda-kuda itu memercikkan api di Muzdalifah. Itulah yang dimaksud dengan al-mūriyāt. Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan fal mūriyāti qodhā adalah yang menyelamatkan amal, yaitu ibadah haji. Fal mughīrōti shub-hā (lalu kuda-kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu subuh), yakni manakala mereka kembali dari Muzdalifah menuju Mina pada pagi hari. Itulah maksud al-mughīrōt. Fa atsarna bihī (maka ia menerbangkan padanya), yakni maka kuda-kuda itu menerbangkan di tempat tersebut. Naq‘ā (debu). Fa wasathna bihī jam‘ā (seraya menyerbu ke tengah-tengah kumpulan dengannya), yakni dengan larinya. Alloh Ta‘ala Bersumpah dengan semua itu.
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ -٦-
6. Sesungguhnya manusia sangat ingkar kepada Tuhan-nya.
Innal iηsāna (sesungguhnya manusia), yakni manusia yang kafir: Qirth bin ‘Abdillah bin ‘Amr. Ada yang berpendapat, Abu Hubabah. Li robbihī la kanūd (benar-benar sangat ingkar kepada Tuhan-nya), yakni benar-benar sangat kafir kepada Nikmat Tuhan-nya, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Kandah. Menurut satu pendapat, sangat durhaka kepada Tuhan-nya, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Hodhro Maut. Menurut pendapat yang lain, sangat bakhil, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Bani Malik bin Kinanah. Dan apa pula yang berpendapat, al-kanūd adalah orang yang tidak memberi kepada pembantunya, membuat budaknya lapar, makan sendirian, dan tidak mau membantu orang yang ditimpa musibah di antara kaumnya sendiri.
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ -٧-
7. Dan sesungguhnya Dia Maha Menyaksikan hal itu.
Wa innahū ‘alā dzālika la syahīd (dan sesungguhnya Dia Maha Menyaksikan hal itu), yakni sesungguhnya Alloh Ta‘ala benar-benar Mencatat perbuatannya itu.
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ -٨-
8 .Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.
Wa innahū (dan sesungguhnya ia), yakni Qirth. Li hubbil khairi la syadīd (sangat bakhil saking cintanya kepada harta), yakni ia sangat mencintai hartanya yang banyak dengan kecintaan yang luar biasa.
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ -٩
9. Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan (dibangkitkan),
A fa lā ya‘lamu (maka tidakkah ia mengetahui), yakni tidakkah Qirth mengetahui. Menurut yang lain, tidakkah Abu Hubabah mengetahui. Idzā bu‘tsiro mā fil qubūr (apa yang ada di dalam kubur apabila dibangkitkan), yakni apabila orang-orang mati yang ada di dalam kubur dikeluarkan.
 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ -١٠-
10. Dan dilahirkanlah apa yang ada di dalam dada.
Wa hush-shila mā fish shudūr (dan dilahirkanlah apa yang ada di dalam dada), yakni dan diperlihatkan (semua) kebaikan, keburukan, kebakhilan, dan kedermawanan yang ada di dalam setiap hati.
إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ -١١-
11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Tahu terhadap mereka.
Inna robbahum bihim (sesungguhnya Tuhan mereka terhadap mereka) dan perbuatan mereka. Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. La khobīr (benar-benar Maha Tahu(.

No comments:

Post a Comment