Senin, 15 September 2025

Mencintai Allah dan Rasul-Nya

Bulan Robi’ul Awal adalah bulan kelahiran nabi Muhammad SAW.. Di bulan Robi’ul Awal banyak sekali orang yang bergembira karena nabi Muhammad SAW lahir pada bulan tersebut. Kegembiraannya diwujudkan dengan berbagai macam cara dan acara sebagai bentuk cinta. Tetapi ada hal yang harus diingat; cinta tidak cukup dengan ucapan saja. Jangan ada anggapan “yang penting mencintai nabi Muhammad SAW kelak diakhirat akan bersama nabi, tidak begitu”. Mencintai nabi Muhammad harus ada pembuktian dan pengorbanan. Lihatlah keterangan berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ: حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: فَإِنَّكَ ‌مَعَ ‌مَنْ ‌أَحْبَبْتَ... وقوله فى الذى سأله عن الساعة، فقال: ما أعددت لها؟ فقال: ما أعددت لها كثير صيام ولا صلاة ولا صدقة ولكنى أحب الله ورسوله قال: فأنت ‌مع ‌مَنْ ‌أحببت. وفى الحديث الآخر: المرء مع مَنْ أحبّ. فيه أنَّ محبة الله ومحبة نبيه الاستقامة على طاعتهما وترك مخالفتهما، وإذا أحبهما تأدب بأدب شريعتهما، ووقف عند حدودهما (إكمال المعلم بفوائد مسلم ج ٨ ص ١١٩)

Artinya: Dari Anas Bin Malik berkata: Seorang laki-laki datang kepada rosululloh SAW lalu berkata: Wahai rosululloh, kapan kiamat? Rosul bersabda: Dan apa yang kamu siapkan untuk kiamat? Dia berkata: Cinta Alloh dan rosul-Nya. Rosul bersabda: Maka sungguh kamu bersama orang yang kamu cintai... Sabda rosul kepada orang yang bertanya tentang kiamat, lalu rosul bersabda: Apa yang kamu siapkan untuk kiamat? Dia berkata: Aku tidak menyiapkan untuk kiamat banyaknya puasa, ṣolat dan tidak pula sedekah, tetapi aku mencintai Alloh dan rosul-Nya. Rosul bersabda: Maka kamu bersama orang yang kamu cintai. Dalam Hadiṡ lain (rosul bersabda): Seseorang bersama orang yang dia cintai. Dalam hal ini, sesungguhnya mencintai Alloh dan mencintai nabi-Nya adalah istiqomah mentaati Alloh dan nabi-Nya dan meninggalkan menyelisihinya, dan bila mencintai Alloh dan nabi-Nya maka beradab dengan adab syari’at Alloh dan nabi-Nya dan juga berhenti (meninggalkan) larangan-larangan Alloh dan rosul-Nya. (Ikmalul Mu’allim Bifawaidi Muslim Juz 8 Halaman 119)

Dalam hadiṡ tersebut ada ucapan “Aku tidak menyiapkan untuk kiamat banyaknya puasa, ṣolat dan tidak pula sedekah, tetapi aku mencintai Alloh dan rosul-Nya”, ini adalah ungkapan merendah diri, tidak pantas bila menjawab “Aku sudah banyak puasa, ṣolat dan sedekah”, bukankah masuk surga adalah rahmat dan anugerah Alloh, bukan karena amal? Dalam referensi lain:

فائدة: لمحبته ﷺ علامات، فإن من أحب شيئاً ظهرت عليه آثاره وعلامات محبته عليه، وإلا فلا يكون صادقاً في حبه، وكان مدعياً. فمن علامات محبته ﷺ: ‌استكمال ‌سنتة ‌ونصرها والذب عنها، واتباع أقواله وأفعاله، وامتثال أوامره واجتناب نواهيه، والتأدب بآدابه في عسره ويسره ومنشطة ومكرهه (المجالس الوعظية ج ١ ص ٤٠٩)

Artinya: Faidah; Cinta kepada nabi Muhammad SAW ada tanda-tandanya, karena orang yang mencintai sesuatu niscaya akan tampak kesan padanya dan ada tanda-tanda cinta kepadanya, jika tidak, maka cintanya tidak jujur (cinta bohong) dan hanya mengaku-ngaku. Sebagian tanda-tandanya cinta kepada nabi Muhammad SAW: menyempurnakan sunnahnya, menolong sunnahnya, menolak (yang membahayakan), mengikuti sabda-sabdanya dan perbuatan-perbuatannya, melakukan perintahnya, menjauhi larangannya, beradab dengan adabnya dalam keadaan mudah, sulit, semangat dan dalam keadaan tidak senang (Al-Majalisul Wa’ẓiyah Juz 1 Halaman 409)

Yang namanya cinta kepada nabi Muhammad yaitu harus ittiba’ (mengikuti) nabi dalam semua perkara juga dalam situasi dan kondisi apapun.

Selasa, 09 September 2025

Niat Puasa Romaḍôn

Semua amal membutuhkan niat, dan dengan niat tersebut amal akan dinisbatkan (dihubungkan) atau disahkan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ... [صحيح البخاري - ج 1 ص 3]

Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung niatnya... [Ṣoḥîḥul Bukhôrî Juz 1 Halaman 3]

Tak terkecuali puasa, puasa juga harus (wajib) diniati dengan tata cara yang benar.

وفرضه أي الصوم نية بالقلب ولا يشترط التلفظ بها بل يندب إلى أن قال ... لكل يوم. [فتح المعين - ص ٢٦١]

Wajibnya puasa adalah niat dengan hati, dan tidak disyaratkan melafalkan niat, tetapi melafalkan niat adalah sunnah. (Wajibnya niat yaitu) setiap hari (malam hari). [Fathul Mu'in Halaman 261]

وشرط لفرضه أي الصوم ولو نذرا أو كفارة أو صوم استسقاء أمر به الإمام تبييت أي إيقاع النية ليلا: أي فيما بين غروب الشمس وطلوع الفجر. [فتح المعين - ص ٢٦١]

Dan disyaratkan bagi wajibnya puasa walaupun nadzar, kafaroh atau puasa istisqo' dengan perintah pimpinan 'MENGINAPKAN' niat di malam hari, maksudnya di waktu antara terbenamnya matahari dan terbitnya fajar [Fathul Mu'in Halaman 261]

Niat harus dilakukan disetiap malam hari, adapun waktunya ialah antara terbenamnya matahari (Maghrib) sampai terbit fajar (waktu Shubuh)

فأقل النية المجزئة: نويت صوم رمضان، ولو بدون الفرض على المعتمد. [إعانة الطالبين ج ٢ ص ٢٥٢]

Paling sedikitnya niat yang mencukupi : "nawaitu ouma romaḍôn", walaupun tanpa menyebutkan "fardhu" menurut pendapat yang bisa dijadikan pegangan. [Ianatu olibin Juz 2 Halaman 252]

(وأكملها) أي النية: (نويت صوم غد عن أداء فرض رمضان) بالجر لاضافته لما بعده (هذه السنة لله تعالى) لصحة النية حينئذ اتفاقا. [إعانة الطالبين - ج ٢ ص ٢٥٣]

Paling sempurnanya niat : "nawaitu ouma godin an adȃi fari romaḍôni" dengan mengejerkan (lafal romaḍôn) karena diidhofahkan ke lafal sesudahnya "hȃḋihis sanati lillȃhi ta’ȃ" karena sahnya niat apabila dibaca jer menurut kesepakatan ulama. [Ianatu olibin Juz 2 Halaman 253]

(قوله: بالجر لإضافته لما بعده) أي يقرأ رمضان بالجر بالكسرة، لكونه مضافا إلى ما بعده، وهو اسم الإشارة. [إعانة الطالبين - ج ٢ ص ٢٥٣]

Ucapan penulis kitab 'dibaca jer karena diidhofahkan ke lafal sesudahnya' maksudnya lafal ROMAḌÔN dibaca jer dengan harokat kasroh, karena lafal ROMAḌÔN disandarkan ke lafal sesudahnya yaitu isim isyaroh (hȃḋihî) [Ianatu olibin Juz 2 Halaman 253]

Kesimpulan: Lafal niat puasa adalah : "nawaitu ṣouma godin an adȃi farḍi romaḍôni hȃḋihis sanati lillȃhi taȃlȃ"

Lafal romaḍôn yang umumnya dibaca ROMAḌÔNA yang benar adalah ROMAḌÔNI.

Karena manusia tidak lepas dari lupa maka disunnahkan mengikuti Imam Malik

ويسن أيضاً أن ينوي أوَّل ليلة من رمضان صوم جميع رمضان على مذهب مالك، لأنه يجزئ لجميع الشهر، ويقلده خشية أن ينسى التبييت في بعض الليالي. [بشرى الكريم بشرح مسائل التعليم ص ٥٤٥]

Dan disunnahkan juga berniat di awal malam romaḍôn PUASA SEMUA ROMAḌÔN sesuai Madzhab Imam Malik, karena niat tersebut bisa mencukupi semua (niat) sebulan, dan berniat taqlid (mengikuti) Imam Malik khawatir lupa tidak berniat pada malam hari di sebagian malam. [Busyrol Karim Halaman 545]

Lafal niat untuk semua romadhon (sebulan penuh) :

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu ṣouma jamîi syahri romaḍôni hȃḋihis sanati taqlîdan lil-imȃm Mȃlik

Saya berniat puasa semua bulan romaḍon tahun ini mengikuti Imam Malik

Minggu, 07 September 2025

Mengucapkan Salam Dan Cara Menjawabnya

Salam adalah doa agar panjang umur dan selamat. Salam hukumnya sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib kifayah, maksudnya: bila ada satu orang yang menjawab salam maka bagi orang lain yang belum menjawab sudah gugur kewajibannya.

Adabnya salam adalah;

a. Yang berkendara mengucapkan salam kepada yang berjalan.

b. Yang berjalan mengucapkan salam kepada yang duduk.

c. Orang yang sedikit mengucapkan salam kepada orang yang banyak.

d. Yang kecil mengucapakan salam kepada yang tua.

Jika ada dua orang bertemu maka yang mengawali salam adalah yang paling utama. Bila ada yang mengucapkan salam maka sunnahnya dijawab dengan jawaban salam yang lebih atau wajibnya dijawab yang sama persis.

Contoh;

a. Assalȃmu ‘alaikum, jawaban wajibnya wa ‘alaikumus salȃm dan jawaban sunnahnya wa ‘alaikumus salȃm wa roḥmatullȏh’

b. Assalȃmu ‘alaikum wa roḥmatullȏh, jawaban wajibnya wa ‘alaikumus salȃm wa roḥmatullȏh dan jawaban sunnahnya wa ‘alaikumus salȃm wa roḥmatullȏhi wa barokȃtuh.

c. Assalȃmu ‘alaikum wa roḥmatullȏhi wa barokȃtuh maka jawabannya tidah boleh kurang dari salam tersebut (wa ‘alaikumus salȃm wa roḥmatullȏhi wa barokȃtuh).

Mengucapakan salam dan menjawabnya boleh dengan ma’rifat (memakai alif lam ta’rif = ال) atau nakiroh (bertanwin = -ٌ -ٍ -ً) tetapi dalam mengucapkan salam dan menjawabnya lebih utama ma’rifat.

Contoh salam : السلام عليكم assalȃmu ‘alaikum atau سلام عليكم salȃmun alaikum.

Contoh jawaban : وعليكم السلام wa ‘alaikumus salȃm atau وعليكم سلام wa ‘alaikum salȃm.


العبارات

{وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ ‌فَحَيُّوا ‌بِأَحْسَنَ ‌مِنْهَآ ‌أَوْ ‌رُدُّوهَا} في المراد بالتحية ها هنا قولان: أحدهما: أنه الدعاء بطول الحياة. والثاني: السلام تطوع مستحب ورده فرض [تفسير الماوردي = النكت والعيون - ج ١ ص ٥١٣]

{وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ ‌فَحَيُّوا ‌بِأَحْسَنَ ‌مِنْهَا ‌أَوْ ‌رُدُّوهَا} قال أبو جعفر: يعني جل ثناؤه بقوله:"وإذا حييتم بتحية" إذا دعي لكم بطول الحياة والبقاء والسلامة. "‌فحيوا ‌بأحسن ‌منها ‌أو ‌ردُّوها" يقول: فادعوا لمن دعا لكم بذلك بأحسن مما دعا لكم "أو ردوها" يقول: أو ردّوا التحية [التحية تفسير الطبري جامع البيان - ج ٨ ص ٥٨٦]

قال السخاوي: وابتداء السلام سنة وجوابه فرض كفاية، إذا قام به بعض سقط عن الباقين [تفسير القرآن العظيم  السخاوي ج ١ ص ٣١]

المسألة الثالثة في آداب السلام: السنة أن يسلم الراكب على الماشي والماشي على القاعد والقليل على الكثير والصغير على الكبير. عن أبي هريرة أن رسول الله ﷺ قال: "يسلم الراكب على الماشي والماشي على القاعد والقليل على الكثير" وفي رواية للبخاري قال: "يسلّم الصغير على الكبير والمار على القاعد والقليل على الكثير". وإذا تلاقى رجلان فالمبتدئ بالسلام هو الأفضل لما روي عن أبي أمامة الباهلي قال: قال رسول الله ﷺ: "إن أولى الناس بالله عز وجل من بدأهم بالسلام" أخرجه أبو داود والترمذي [تفسير الخازن لباب التأويل في معاني التنزيل ج ١ ص ٤٠٥]

{وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ ‌فَحَيُّوا ‌بِأَحْسَنَ ‌مِنْهَا ‌أَوْ ‌رُدُّوهَا} التَّحِيَّةُ: هِيَ دُعَاءُ الْحَيَاةِ، والمراد بالتحية هاهنا السَّلَامُ يَقُولُ: إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ مُسْلِمٌ فَأَجِيبُوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا كَمَا سَلَّمَ، فَإِذَا قَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقُلْ: وَعَلَيْكُمُ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، وَإِذَا قَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَقُلْ: وَعَلَيْكُمُ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، فَإِذَا قَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، فَرُدَّ مِثْلَهُ [تفسير البغوي - ج ٢ ص ٢٥٧]

الْخَامِسُ: إِذَا قَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَالْوَاجِبُ أَنْ يَقُولَ: وَعَلَيْكُمُ السلام، إلا أن السنة أن يزيد فيه الرحمة والبركة ليدخل تحت قوله (فحيوا بأحسن منها) أما إذا قال: السلام عليكم ورحمة اللَّه وبركاته، فظاهر الآية يقتضي أنه لا يجوز الاقتصار على قوله وَعَلَيْكُمُ السَّلَامُ [تفسير الرازي - ج ١٠ ص ١٦٥]

وأن يتصل بالسلام اتصال القبول بالإيجاب في البيع، وصفته أن يقول: وعليكم السلام سواء كان المسلم واحدًا أم جماعة أو وعليك السلام للواحد أو وعليكم سلام بالتنوين وغير أو وعليكم بالعطف من غير تلفظ بالسلام في الأصح [النجم الوهاج في شرح المنهاج - ج ٩ ص ٣٠٠]

وَهُوَ أَيْ السَّلَامُ ابْتِدَاءً وَرَدًّا بِالتَّعْرِيفِ أَفْضَلُ مِنْهُ بِالتَّنْكِيرِ فَيَكْفِي سَلَامٌ عَلَيْكُمْ وَعَلَيْكُمْ سَلَامٌ وَإِنْ كَانَا مَفْضُولَيْنِ [حاشية الجمل - ج ٥ ص ١٨٥]

(وَهُوَ) أَيْ السَّلَامُ ابْتِدَاءً وَرَدًّا (بِالتَّعْرِيفِ أَفْضَلُ) مِنْهُ بِالتَّنْكِيرِ فَيَكْفِي سَلَامٌ عَلَيْكُمْ وَعَلَيْكُمْ سَلَامٌ وَإِنْ كَانَا مَفْضُولَيْنِ [أسنى المطالب - ج ٤ ص ١٨٤]

وَلَوْ قَالَ الْمُجِيبُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَوْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَانَ جَوَابًا بِلَا خِلَافٍ وَالْأَلْفُ وَاللَّامُ أَفْضَلُ قَالَ الْوَاحِدِيُّ أَنْتَ فِي تَعْرِيفِ السَّلَامِ وَتَنْكِيرِهِ مُخَيَّرٌ [المجموع شرح المهذب - ج ٤ ص ٥٩٧]

وَيَكْفِي سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ابْتِدَاءً ‌وَعَلَيْكُمْ ‌سَلَامٌ جَوَابًا وَلَكِنَّ التَّعْرِيفَ فِيهِمَا أَفْضَلُ [مغني المحتاج - ج ٦ ص ١٧]

Sabtu, 06 September 2025

Pakaian Yang Paling Utama Saat Ṣolat Jum’at

Ṣolat jum’at adalah kewajiban bagi laki-laki muslim, dewasa, berakal, sehat, merdeka (bukan budak) dan muqim (yang menetap). Dalam mendatangi ṣolat jum’at, banyak masyarakat yang kurang memperhatikan masalah pakaian. Bahkan tidak sedikit ditemukan, ada yang memakai batik, kotak-kotak, lurik dan lain sebagainya.

Pakaian yang paling utama untuk ṣolat jum’at yaitu pakaian yang serba putih. Bila tidak punya yang serba putih maka cukup atasnya saja yang putih.

Referensi:

(قوله: ‌وأفضلها ‌الأبيض) أي أفضل الثياب الأبيض، لخبر الترمذي: البسوا من ثيابكم البياض فإنها من خير ثيابكم وكفنوا فيها موتاكم. ويسن أن تكون جديدة فإن لم تكن جديدة فقريبة منها ويسن أن يزيد الإمام في حسن الهيئة، للاتباع ولأنه منظور إليه. والأكمل أن تكون ثيابه كلها حتى العمامة بيضاء، فإن لم تكن كلها فأعلاها [إعانة الطالبين - ج ٢ ص ٨٩]

Pakaian Di Bawah Mata Kaki

Dalam kalangan masyarakat, sudah banyak mentradisi memakai celana di bawah mata kaki. Namun ada pula yang menganggap bahwa memakai pakaian di bawah mata kaki adalah bid’ah yang hukumnya haram. Mereka yang menghukumi bid’ah dan haram berdasarkan hadiṡ nabi Muhammad SAW tetapi tidak utuh atau tidak lengkap dalam memahami hadiṡnya.

Nabi Muhammad SAW memang menyinggung orang yang memakai pakaian di bawah mata kaki dengan beberapa sabda, misalanya: tidak dilihat Alloh di hari kiamat, di neraka dan lain sebagainya tetapi itu semua bagi orang yang sombong.

Hukum pakaian di bawah mata kaki:

1. Haram, bila dengan niat sombong.

2. Makruh, bila tidak niat sombong.

Pakaian yang dimaksud bisa saja celana, sarung, jubah, gamis dll.

Hukum pakaian di bawah mata kaki di atas khusus bagi laki-laki, adapun bagi perempuan hukumnya boleh memanjangkan sampai bawah mata kaki. Justru bagi wanita ada keringanan memanjangkan pakaian sampai bawah mata kaki karena lebih menutupi.

Referensi:

يَحْرُمُ ‌إطَالَةُ ‌الثَّوْبِ وَالْإِزَارِ وَالسَّرَاوِيلِ عَلَى الْكَعْبَيْنِ لِلْخُيَلَاءِ وَيُكْرَهُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ فِي الْبُوَيْطِيِّ وَصَرَّحَ بِهِ الْأَصْحَابُ وَقَدْ بَيَّنَّاهُ فِي بَابِ سَتْرِ الْعَوْرَةِ وَيُسْتَدَلُّ لَهُ بِالْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الْمَشْهُورَةِ (مِنْهَا) حَدِيثُ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ "من جر ثوبه خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ" وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ "يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّ إزَارِي يَسْتَرْخِي إلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّك لَسْتَ مِمَّنْ يَفْعَلُهُ خُيَلَاءَ" رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَرَوَى مُسْلِمٌ بَعْضَهُ وَفِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ "لَا يَنْظُرُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إلَى مَنْ جَرَّ إزَارَهُ بَطَرًا" وَفِي الْبُخَارِيِّ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ "مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فِي النَّارِ" [المجموع شرح المهذب - ج ٤ ص ٤٥٤]

وَيَحْرُمُ ‌إِطَالَةُ ‌الثَّوْبِ عَنِ الْكَعْبَيْنِ لِلْخُيَلَاءِ وَيُكْرَهُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ، وَلَا فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ حَالِ الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا وَالسَّرَاوِيلُ وَالْإِزَارُ فِي حُكْمِ الثَّوْبِ [روضة الطالبين - ج ٢ ص ٦٩]

وَأَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى ‌جَوَازِ ‌الْإِسْبَالِ ‌لِلنِّسَاءِ وَقَدْ صَحَّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِذْنُ لَهُنَّ فِي إِرْخَاءِ ذُيُولِهِنَّ ذِرَاعًا [شرح النووي على مسلم - ج ١٤ ص ٦٢]

وَقَدْ قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ هَذَا ‌مَمْنُوعٌ فِي الرِّجَالِ دُونَ النِّسَاءِ، وَقَالَ النَّوَوِيُّ: أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى ‌جَوَازِ ‌الْإِسْبَالِ ‌لِلنِّسَاءٍ [طرح التثريب في شرح التقريب - ج ٨ ص ١٧٣]

(وَفِي الْحَدِيثِ رُخْصَةٌ لِلنِّسَاءِ فِي ‌جَرِّ الْإِزَارِ لِأَنَّهُ يَكُونُ ‌أَسْتَرُ ‌لَهُنَّ) قَالَ الْحَافِظُ إِنَّ لِلرِّجَالِ حَالَيْنِ حَالُ اسْتِحْبَابٍ وَهُوَ أَنْ يَقْتَصِرَ بِالْإِزَارِ عَلَى نِصْفِ السَّاقِ وَحَالُ جَوَازٍ وَهُوَ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَكَذَلِكَ لِلنِّسَاءِ حَالَانِ حَالُ اسْتِحْبَابٍ وَهُوَ مَا يَزِيدُ عَلَى مَا هُوَ جَائِزٌ لِلرِّجَالِ بِقَدْرِ الشِّبْرِ وَحَالُ جَوَازٍ بِقَدْرِ ذِرَاعٍ [تحفة الأحوذي - ج ٥ ص ٣٣٣]

وَفِي الحَدِيث رخصَة للنِّسَاء فِي ‌جر الْإِزَار لِأَنَّهُ يكون ‌أستر ‌لَهُنَّ. وَقَالَ شَيخنَا زين الدّين، رَحمَه الله: الظَّاهِر أَن المُرَاد بالذراع ذِرَاع الْيَد وَهُوَ شبران، وَهُوَ الذِّرَاع الَّذِي يُقَاس بِهِ الْحصْر الْيَوْم [عمدة القاري شرح صحيح البخاري - ج ٢١ ص ٢٩٧]

Tangan Kiri Membantu Makan

Islam adalah agama yang sempurna. Berbagai hal tak luput dari aturan dan tata krama. Mandi, tidur, makan, minum dll ada caranya yang baik. Tetapi sebagian orang ada yang kurang mengatahui akan hal tersebut. Contohnya makan, memakan ada tata kramanya; yaitu memakan menggunakan tangan kanan. Sering kita jumpai ada orang yang makan dengan nikmatnya, tangan kanan memegang sendok dan tangan kiri memegang lauk. Ada pula orang yang makan dengan cara tangan kanan memegang pisau dan tangan kiri memegang garpu, pisau yang dipegang tangan kanan untuk mengiris makanan sedangkan garpu yang dipegang tangan kiri untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.

Hukum memakan dengan cara tangan kiri ikut serta membatu makan adalah makruh kecuali ada użur. Użur tersebut contohnya: sakit, luka, kidal dll. Bila ada użur maka hukumnya tidak makruh.

Referensi:

عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ جَدِّهِ ابْنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (‌إِذَا ‌أَكَلَ ‌أَحَدُكُمْ ‌فَلْيَأْكُلْ ‌بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بشماله) [صحيح مسلم ج ٣ ص ١٥٩٨]

وفى رواية بن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ‌إِذَا ‌أَكَلَ ‌أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ وَكَانَ نَافِعٌ يزيد فيها ولايأخذ بها ولايعطى بِهَا فِيهِ اسْتِحْبَابُ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ بِالْيَمِينِ وَكَرَاهَتُهُمَا بِالشِّمَالِ وَقَدْ زَادَ نَافِعٌ الْأَخْذَ وَالْإِعْطَاءَ وَهَذَا إِذَا لَمْ يَكُنْ عُذْرٌ فَإِنْ كَانَ عُذْرٌ يَمْنَعُ الْأَكْلَ وَالشُّرْبَ بِالْيَمِينِ مِنْ مَرَضٍ أَوْ جراحة أوغير ذلك فلاكراهة فِي الشِّمَالِ وَفِيهِ أَنَّهُ يَنْبَغِي اجْتِنَابُ الْأَفْعَالِ الَّتِي تُشْبِهُ أَفْعَالَ الشَّيَاطِينِ وَأَنَّ لِلشَّيَاطِينِ يَدَيْنِ [شرح النووي على مسلم - ج ١٣ ص]

وَظَاهِرُ كَلَامِهِمْ أَنَّهُ ‌لَوْ ‌جَعَلَ ‌بِيَمِينِهِ خُبْزًا وَبِشِمَالِهِ شَيْئًا يَأْتَدِمُ بِهِ وَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْ هَذَا وَمِنْ هَذِهِ كَمَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ أَنَّهُ مَنْهِيٌّ عَنْهُ [الآداب الشرعية والمنح المرعية - ج ٣ ص ١٦٨]

وقد يكون في بعض النّاس علّة حقيقية تمنع استعمال اليد اليمنى كإصابتها ‌بالشلل ‌ونحوه فعند ذلك يكون الشّخص معذورا ولا حرج عليه، قال النووي رحمه الله: فإن كان عذر يمنع الأكل والشرب باليمين من مرض أو جراحة أو غير ذلك فلا كراهة [موقع الإسلام سؤال وجواب - ج ٧ ص ٩٣٢]


Jumat, 05 September 2025

Sandal Tertukar Di Masjid

Masjid adalah tempat ibadah umat muslim. Orang yang pergi ke masjid kebanyakan memakai sandal. Apalagi saat ṣolat jum’at, banyak sekali sandal berjejer rapi. Ada sandal jepit ada sandal slop, ada yang harganya mahal ada yang murah. Masalah terkadang timbul saat selasai ibadah. Ada orang yang kehilangan sandal jepitnya, dia mengelilingi masjid untuk mencari sandalnya, ternyata ditemukan sandal jepit lain yang mirip dengan sandalnya.

Antara bingung dan bimbang, diambil atau tidak sandal jepit itu. Karena orang tersebut sangat berhati-hati, akhirnya bertanya: Boleh tidak mengambil sandal yang tertinggal sebagai ganti sandalnya yang hilang?

Jawaban: Tidak boleh mengambil sandal yang tertinggal itu, walaupun sudah diketehui bahwa pemilik sandal yang tertinggal itu adalah orang yang membawa sandalmu.

فَرْعٌ: ‌مَنْ ‌ضَلَّ ‌نَعْلَهُ ‌فِي مَسْجِدٍ وَوَجَدَ غَيْرَهَا لَمْ يَجُزْ لَهُ لُبْسُهَا وَإِنْ كَانَتْ لِمَنْ أَخَذَ نَعْلَهُ اهـ. [نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج - ج ٥ ص ١٤٨]

Cabang: Barangsiapa yang sandalnya hilang di Masjid dan menemukan sandal lain maka dia tidak boleh memakainya (mengambil) sandal lain itu walaupun sandal lain itu milik orang yang mengambil sandalnya dia. [Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj Juz 5 Halaman 148]

Rabu, 03 September 2025

TERJEMAH DAN TAFSIR AL-QURˈAN

Kitab suci umat Islam adalah Al-Qur﮲an. Al-Qur﮲an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW berbahasa Arab. Al-Qur﮲an juga merupakan salah satu mu’jizat nabi Muhammad yang terjaga keasliannya dari dahulu sampai sekarang, dan bahkan sampai kiamat nanti.

Sebagai umat muslim, membaca Al-Qur﮲an merupakan sebuah ibadah. Ibadah tertinggi yang berupa bacaan adalah membaca Al-Qur﮲an. Membaca Al-Qur﮲an ada yang murni diniati ibadah, ada yang diniati pahalanya untuk orang meninggal dan ada juga yang diniati ibadah sekaligus pahalanya untuk orang meninggal. Di kalangan warga NU terdapat tradisi yang disebut dengan yasinan. Yasinan adalah membaca surat Yasin dan ḍikir-ḍikir yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal.

Di kegiatan yasinan tersebut ada yang dihadiri laki-laki saja, wanita saja, dan ada pula yang dihadiri laki-laki dan wanita. Dari sini timbul suatu masalah, yaitu wanita yang haid juga ikut yasinan dan ikut memegang buku Yasin. Sebagian orang beranggapan bahwa wanita haid boleh memegang buku Yasin yang ada terjemahnya. Bolehkah wanita haid memegang buku Yasin yang ada terjemahnya? Mari kita ketahui dahulu perbedaan tafsir dan terjemah.

Perbedaan tafsir dan terjemah:

 Tafsir adalah penjelasan ayat-ayat Al-Qur﮲an; keadaannya, kisah-kisahnya, sebab-sebab ayat diturunkan, hukum-hukum, mengetahui nasikh mansukh dll.

 Terjemah adalah merubah bahasa dari sebuah bahasa ke bahasa lain.

Hukum wanita haid membawa dan memegang buku Yasin yang ada terjemahnya adalah tidak boleh karena terjemah cuma alih bahasa, bukan tafsir. Wanita yang haid boleh ikut yasinan tetapi tidak boleh memegang atau membawa buku Yasin dan membacanya (tanpa memegang buku Yasin) dengan niat ḍikir, bukan berniat membaca Yasin (Al-Qur﮲an).

Referensi:

الترجمة تكون بمعنى ‌نقل ‌الكلام ‌من ‌لغة ‌إلى ‌أخرى والناقل ترجمان (حاشيه الشهاب علي تفسير البيضاوي ج 2 ص 30)

الترجمة ‌نقل ‌الكلام ‌من ‌لغة ‌إلى ‌أخرى ويقال: ترجم كلامه إذا فسّره بلسان آخر (محاضرات في علوم القرآن ص234)

التفسير: في الأصل هو الكشفُ والإظهار، وفي الشرع: توضيحُ معنى الآية وشأِنها وقصَّتِها والسبب الذي نزلت فيه بلفظ يدلُّ عليه دلالة ظاهرة. (التعريفات الفقهية ص59)

وَقَالَ الزَّرْكَشِيُّ: التَّفْسِيرُ عِلْمٌ يُفْهَمُ بِهِ كِتَاب اللَّهِ الْمُنَزَّل عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ﷺ وَبَيَان مَعَانِيهِ ‌وَاسْتِخْرَاج ‌أَحْكَامِهِ ‌وَحِكَمِهِ وَاسْتِمْدَاد ذَلِكَ مِنْ عِلْمِ اللُّغَةِ وَالنَّحْوِ وَالتَّصْرِيفِ وَعِلْمِ الْبَيَانِ وَأُصُولِ الْفِقْهِ وَالْقِرَاءَاتِ وَيحْتَاجُ لِمَعْرِفَةِ أَسْبَابِ النُّزُولِ وَالنَّاسِخِ والمنسوخ (الإتقان في علوم القرآن ج 4 ص 195)

أما تَرْجَمَة الْمُصحف الْمَكْتُوبَة تَحت سطوره فَلَا تُعْطِي حكم التَّفْسِير ‌بل ‌تبقى ‌للمصحف ‌حُرْمَة ‌مَسّه وَحمله (نهاية الزين ص33)

‌ولا ‌مع ‌تفسير زاد ولو احتمالا (قوله: ‌ولا ‌مع ‌تفسير) أي ولا يحرم حمل المصحف مع تفسيره ولا مسه. وقوله: زاد أي على المصحف يقينا. أما إذا كان التفسير أقل أو مساويا أو مشكوكا في قلته وكثرته فلا يحل (إعانة الطالبين ج 1 ص 82)

يكره حمل التفسير ومسه إن زاد على القرآن وإلا حرم، وتحرم قراءة القرآن على نحو جنب بقصد القراءة ولو مع غيرها لا مع الإطلاق على الراجح، ولا يقصد غير القراءة كردّ غلط وتعليم وتبرك ودعاء (بغية المسترشدين ج 1 ص 49)

تَنْبِيه يحل لمن بِهِ ‌حدث ‌أكبر ‌أذكار ‌الْقُرْآن وَغَيرهَا كمواعظه وأخباره وَأَحْكَامه لَا بِقصد قُرْآن كَقَوْلِه عِنْد الرّكُوب {سُبْحَانَ الَّذِي سخر لنا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقرنين} أَي مطيقين وَعند الْمُصِيبَة {إِنَّا لله وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون} وَمَا جرى بِهِ لِسَانه بِلَا قصد فَإِن قصد الْقُرْآن وَحده أَو مَعَ الذّكر حرم وَإِن أطلق فَلَا (الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع ج 1 ص 100)


@sorotan

MENERIMA UANG DARI CALON PEMIMPIN

Menjelang pesta demokrasi, banyak sekali ditemukan uang bertebaran dari calon pemimpin ke lapisan masyarakat. Bahkan ada yang saingan jumlahnya agar bisa menyingkirkan lawan politiknya. Pemberian sejumlah uang tersebut sering dilakukan oleh calon pemimpin, sama saja dari tingkat desa sampai pilpres. Yang demikian itu, berharap agar bisa memenangkan pemilihan. Bagaimana hukumnya menerima pemberian uang semacam itu?

Hukum menerima uang dari calon pemimpin seperti deskripsi di atas adalah haram.

باذل ‌المال ‌لا يبذله قط إلا لغرض ولكن الغرض إما آجل كالثواب وإما عاجل والعاجل إما مال وإما فعل وإعانة على مقصود معين وإما تقرب إلى قلب المهدي إليه بطلب محبته إما للمحبة في عينها وإما للتوصل بالمحبة إلى غرض وراءها فالأقسام الحاصلة من هذه خمسة -إلى أن قال- الثالث أن يكون المراد إعانة بفعل معين كالمحتاج إلى السلطان يهدي إلى وكيل السلطان وخاصته ومن له مكانة عنده فهذه هدية بشرط ثواب يعرف بقرينة الحال فلينظر في ذلك العمل الذي هو الثواب فإن كان حراماً كالسعي في تنجيز إدرار حرام أو ظلم إنسان أو غيره حرم الأخذ وإن كان واجباً كدفع ظلم متعين على كل من يقدر عليه أو شهادة متعينة فيحرم عليه ما يأخذه وهي الرشوة التي لا يشك في تحريمها وإن كان مباحاً لا واجباً ولا حراماً وكان فيه تعب بحيث لو عرف لجاز الاستئجار عليه فما يأخذه حلال معها وفي الغرض وهو جار مجرى الجعالة (إحياء علوم الدين ج 2 ص 154)

PERSAKSIAN KEPADA JENAZAH

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas. Karena sangat luas, tak heran memiliki aneka ragam suku, bahasa, budaya dan adat istiadat. Di sebagian daerah ada tradisi yang disebut Persaksian Kepada Jenazah. Persaksian ini biasanya dilakukan oleh pemuka agama dengan perkataan “silakan disaksiakan, jenazah ini baik atau baik?”. Mendengar persaksian seperti itu, sontak kebanyakan para penta’ziyah langsung menjawab “baiiik”. Pada kenyataannya, jenazah itu ada yang baik dan ada buruk perilakunya. Para penta’ziyah pun beraneka ragam; ada yang tahu dan ada yang tidak tahu perilaku jenazah semasa hidupnya. Lantas bagaiman hukum persaksian terhadap jenazah, mengingat bahwa jenazah ada yang baik dan ada buruk amalnya dan bolehkan persaksian tersebut dilakukan kepada jenazah pendosa?

Hukum persaksian terhadap jenazah seperti deskripsi diatas hukumnya boleh, bahkan sunnah. Penta’ziyah dianjurkan berprasangka baik kepada jenazah, entah dia mengetahui riwayat hidupnya atau tidak.

Referensi:

حَدَّثَنَا ‌عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا ‌دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ ‌عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ ‌أَبِي الْأَسْوَدِ قَالَ: (قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ وَقَدْ وَقَعَ بِهَا مَرَضٌ فَجَلَسْتُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَمَرَّتْ بِهِمْ جِنَازَةٌ فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَجَبَتْ. ثُمَّ مُرَّ بِأُخْرَى فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَجَبَتْ. ثُمَّ مُرَّ بِالثَّالِثَةِ فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا شَرًّا فَقَالَ وَجَبَتْ. فَقَالَ أَبُو الْأَسْوَدِ: فَقُلْتُ: وَمَا وَجَبَتْ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: قُلْتُ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ. فَقُلْنَا: وَثَلَاثَةٌ؟ قَالَ: ‌وَثَلَاثَةٌ. ‌فَقُلْنَا: ‌وَاثْنَانِ؟ قَالَ: وَاثْنَانِ. ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنِ الْوَاحِدِ) {صحيح البخاري ج 2 ص 97}

ويستحب الثناء على الميت ‌وألا ‌يذكر ‌إلا ‌بالجميل { إحياء علوم الدين ج 4 ص 493}

فمن آداب حضور الجنائز التَّفَكُّرُ وَالتَّنَبُّهُ وَالِاسْتِعْدَادُ وَالْمَشْيُ أَمَامَهَا عَلَى هَيْئَةِ التواضع كما ذكرنا آدابه وسننه في فن الفقه وَمِنْ آدَابِهِ حُسْنُ الظَّنِّ ‌بِالْمَيِّتِ ‌وَإِنْ ‌كَانَ ‌فَاسِقًا وَإِسَاءَةُ الظَّنِّ بِالنَّفْسِ وَإِنْ كَانَ ظَاهِرُهَا الصلاح فإن الخاتمة مخطرة لا تدري حقيقتها {إحياء علوم الدين ج 4 ص 485}