Di kalangan awam banyak dan sering
terjadi saling bertanya bahkan berdebat tentang tata cara berżikir sesudah ṣolat,
dinyaringkan (jahr) atau dipelankan (sirr). Pertanyaan atau perdebatan mereka
kebanyakan mentok dikalangan mereka sendiri. Hal itu sangat disayangkan karena
pertanyaan atau perdebatan tersebut tidak dibawa ke orang alim sehingga tidak
mendapatkan titik temu. Apabila dibawa ke orang alim niscaya akan mendapatkan
pencerahan. Terkadang orang yang bertanya atau orang yang mendebat tidak mau
diajak ke orang alim untuk mendapatkan jawaban. Yang terpenting ketahuilah
bahwa sesungguhnya Alloh SWT. memerintahkan żikir dalam firman-Nya:
فِيْ بُيُوْتٍ أَذِنَ اللّٰهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
﴿النور: ٣٦﴾
(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana
telah Diperintahkan Alloh untuk memuliakan dan disebut nama-Nya di sana,
bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang. ﴾QS. An-Nur: 36﴿.
Alloh
SWT. memerintahkan żikir (menyebut nama-Nya) di waktu pagi (awalnya hari),
maksudnya ṣolat ṣubuḥ dan sore (akhirnya hari), maksudnya ẓuhur, ’aṣar, magrib,
dan ’isya'. Perintah żikir ternyata berkenaan dengan waktu ṣolat lima wajib.
Ayat diatas menunjukkan tentang żikir-żikir yang sunnah dilaksanakan sesudah ṣolat.
Dalam ayat lain Alloh SWT. berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللهِ أَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعَى فِيْ خَرَابِهَا أُولٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوْهَا
إِلَّا خَآئِفِيْنَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ فِي اْلاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ﴿البقرة: ١١٤﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
melarang di dalam masjid-masjid Alloh untuk menyebut nama-Nya di dalamnya, dan
berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa
takut (kepada Alloh). Mereka mendapat kehinaan didunia dan di akhirat mendapat
adzab yang berat. ﴾Al-Baqoroh: 114﴿.
Orang
yang melarang żikir di masjid disebut oleh Alloh zalim. Alloh tidak mungkin
salah menyebut, apabila ada orang disebut Alloh zalim berarti orang itu memang
benar-benar zalim. Maukah anda disebut zalim oleh Alloh SWT.?, bila tidak mau
disebut Alloh zalim maka jangan sekali-kali melarang orang berẓikir di masjid.
Apabila larangan tersebut dilanggar maka mendapat kehinaan didunia dan di
akhirat mendapat adzab yang berat. Na’ûżu billâhi miŋ żâlik.
Bagi anda yang tidak mau bertanya ke
orang alim, entah apa alasannya, di bawah ini ada beberapa dalil yang bisa
dijadikan pedoman tentang żikir dengan dinyaringkan.
عَنْ أَبِيْ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ يَقُوْلُ:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ إِذَا سَلَّمَ مِنْ صَلَاتِهِ يَقُوْلُ بِصَوْتِهِ الْأَعْلَى "لَا إِلٰهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شيْئٍ قَدِيْرٌ. لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إلَّا باللهِ وَلاَ نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ
الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِروْنَ".
﴿مسند الشافعي - ترتيب السندي - (ج ١ ص ٩٩﴾
Dari Abi Zubair bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar
’Abdulloh bin Zubair berkata: Rosululloh SAW. apabila telah salam dari ṣolatnya
maka beliau mengucapkan dengan suaranya yang tinggi (keras/nyaring) "lâ
ilâha illallôhu waḥdahû lâ syarîka lahû, lahul mulku wa lahul ḥamdu wa huwa
’alâ kulli syaiiŋ qodîr. Walâ ḥaula walâ quwwata illâ billâhi walâ na‘budu illâ
iyyâhu, lahul faḍlu walahuṡ ṡanâul ḥasanu, lâ ilâha illôhu mukhliṣîna lahud
dîna walau karihal kâfirûn. ﴾Musnad As-Syafi’i - Tartibus Sanadiy - Juz 1 Hal 99﴿.
...أَنَّ
أَبَا مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ: أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ
مِنَ المَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ. وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: كُنْتُ
أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ ﴿صحيح البخاري - ج ١ ص ١٦٨،
وصحيح مسلم ج ١ ص ٤١٠﴾
...sesungguhnya Aba Ma‘bad budak merdekanya
Ibnu ’Abbas mengabarinya: Sesungguhnya Ibnu ’Abbas RAma. mengabarinya: Bahwa
sesungguhnya mengeraskan suara żikir sewaktu manusia selesai ṣolat wajib pernah
terjadi dimasa Nabi SAW.. Dan Ibnu ’Abbas berkata: Aku lebih tahu demikian itu
apabila orang-orang selesai (ṣolat wajib) apabila aku mendengarnya. ﴾Ṣoḥih Bukhori Juz 1 Hal 168 dan Ṣoḥih Muslim Juz 1 Hal
410﴿.
Ḥadiṡ
diatas diterangkan oleh Imam Nawawi sebagai dalil disunnahkannya mengeraskan
suara żikir sesudah ṣolat dalam karya tulis beliau:
هَذَا دَلِيلٌ
لِمَا قَالَهُ بَعْضُ السَّلَفِ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ رَفْعُ الصَّوْتِ بِالتَّكْبِيرِ
وَالذِّكْرِ عَقِبَ الْمَكْتُوبَةِ وَمِمَّنِ اسْتَحَبَّهُ مِنَ المتأخرين بن حزم الظاهري
﴿شرح النووي على مسلم - ج ٥ ص ٨٤﴾
Ini dalilnya perkataan sebagian salaf bahwa sesungguhnya
disunnahkan mengeraskan suara dengan takbir dan żikir sesudah ṣolat, dan
sebagian dari orang yang mensunnahkannya dari golongan mutaakhirin adalah Ibnu Ḥazmin
Aẓ-Ẓohiriy. ﴾Syarḥ An-Nawawi ’Ala Muslim Juz 5 Hal 84﴿.
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ النَّبِيِّ
ﷺ بِالتَّكْبِير
﴿صحيح البخاري - ج ١ ص ١٦٨﴾
Dari Ibnu ’Abbas RAma. berkata: Aku mengetahui selesai ṣolatnya
Nabi SAW. dengan takbir. ﴾Ṣoḥih Bukhori Juz 1 Hal 168﴿.
Ḥadiṡ-ḥadiṡ
diatas menjadi bukti dan dalil bahwa Nabi Muhammad SAW. juga pernah melakukan
żikir dengan suara nyaring atau keras. Bagi anda yang rutin berżikir dengan
suara nyaring atau keras, terus rutinkan dan jangan menghina yang tidak mau!.
Demikian juga sebaliknya.
No comments:
Post a Comment