Ahlus
sunnah wal jama’ah adalah golongan yang kelak bisa masuk surga. Banyak orang
mengaku ahlus sunnah wal jama’ah akan tetapi tidak tahu apa itu ahlus sunnah
wal jama’ah. Ahlus sunnah wal jama’ah terdiri dari tiga kata, yaitu alhlu,
as-sunnah dan al-jama’ah dan juga satu huruf aṭof (kata sambung),
yaitu wawu. Ahlu artinya keluarga, golongan penganut atau pengikut,
as-sunnah artinya peri kehidupan atau perilaku yang biasa disebut ḥadiṡ (ajaran
Nabi Muhammad yang berupa ucapan, perbuatan dan pengakuan atau ketetapannya)
dan al-jama’ah artinya kelompok atau perkumpulan, maksudnya apa saja yang telah
disepakati oleh khulafaur rosyidin (Abu Bakar, ’Umar bin Khoṭṭob, ’Uṡman bin
Affan dan ’Ali bin Abi Ṭolib). Nabi Muhammad SAW. bersabda:
مَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ
﴿السنن الكبرى للنسائي - ج ٨ ص ٢٨٦﴾
Barang siapa yang menghendaki mewahnya kehidupan surga
maka hendaklah ia mengikuti jama’ah. ﴾As-Sunan Al-Kubro
Lin-Nasai Juz 8 Hal 286﴿.
Referensi
sunnah dan jama’ah seperti redaksi berikut:
فَالسُّنَّةُ مَا سَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَالْجَمَاعَةُ مَا
اتَّفَقَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فِيْ خِلَافَةِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ.
﴿الدولة الزنكية - ج ٣ ص ٢٩﴾
As-Sunnah adalah apa-apa yang telah diajarkan oleh
Rosululloh SAW.. Al-Jama’ah adalah apa-apa yang telah menjadi kesepakatan para
sahabat Nabi SAW. pada masa kekholifahan imam-imam empat khulafaur rosyidin,
yang telah mendapat petunjuk. Semoga Alloh merahmati mereka semua. ﴾Ad-Daulah Az-Zenkiyah Juz 3 Hal 29﴿.
Nabi
Muhammad SAW. dengan jelas menuturkan bahwa yang layak diikuti adalah jama’ah.
Jadi, apakah bisa dibenarkan orang yang mentiadakan sahabat sebagai pedoman?
Bahkan ada juga yang mengkafirkan sahabat, padahal Nabi Muhammad menyuruh
mengikuti sahabat.
Di zaman
akhir ini banyak sekali perbedaan yang membuat orang awam kebingungan. Di bawah
ini ada sedikit urain tentang ahlus sunnah wal jama’ah sebagai pemecah
kebingungan yang penulis sengaja menyajikan dengan referensi tertulis dan
disertai marji’nya (sumbernya).
وَبِالْجُمْلَةِ أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَهْلُ الْحَدِيْثِ
وَمَنِ انْتَسَبَ إِلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ مِنْ أَهْلِ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ
وَالْفِقْهِ وَالتَّصَوُّفِ كَالْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ وَأَئِمَّةِ أَتْبَاعِهِمْ
وَالطَّوَائِفِ الْمُنْتَسِبِيْنَ إِلَى الْجَمَاعَةِ كَالْكُلَّابِيَّةِ وَالْكَرَّامِيَّةِ
وَالْأَشْعَرِيَّةِ وَالسَّالِمِيَّةِ يَقُوْلُوْنَ: إِنَّ كَلَامَ اللَّهِ غَيْرُ
مَخْلُوْقٍ وَالْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوْقٍ. وَهَذَا هُوَ الْمُتَوَاتِرُ
الْمُسْتَفِيْضُ عَنِ السَّلَفِ وَالْأَئِمَّةِ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ وَغَيْرِهِمْ.
﴿منهاج السنة النبوية - ج ٢ ص ٣٦٣﴾
Dan secara global, ahlus sunnah wal jama’ah adalah ahli ḥadiṡ
dan orang yang terkategori ke sunnah dan jama’ah, dari ahli tafsir, ḥadiṡ, fiqh
dan taṣowwuf; seperti imam empat, imam-imam pengikut imam empat dan golongan
yang terkategori ke jama’ah; seperti kullabiyyah, karromiyyah, asy’ariyyah dan
salimiyyah, yang sama-sama berkata: sesungguhnya firman Alloh bukan makhluk,
dan Al-Qur'an adalah firman Alloh yang bukan makhluk. Ini ialah yang
berturut-turut lagi tersiar dari salaf dan imam-imam dari ahlul bait dan selain
ahlul bait. ﴾Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah Juz 2 Hal 363﴿.
Setelah
mengetahui tentang ahlus sunnah wal jama’ah maka secepatnya diikuti agar kelak
bisa selamat di akhirat dan bisa menempati tempat terindah, yakni surga yang
dipersiapkan khusus untuk orang-orang yang taat kepada-Nya. Teorinya memang
mudah tetapi prakteknya sulit, karena sukar mencari tahu siapa orang yang
berpegang teguh kepada sunnah dan jama’ah. Apabila berpegangan ḥadiṡ Nabi
Muhammad maka pasti akan menemukan titik terang dan tidak bingung dalam berbagai
perbedaan. Simak sabda Nabi Muhammad di bawah ini:
...حَدَّثَنِي أَبُو خَلَفٍ الْأَعْمَى قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: إِنَّ أُمَّتِي لَا
تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ ﴿سنن ابن ماجه - ج ٢ ص ١٣٠٣﴾
...Abu Kholaf Al-A‘ma bercerita
kepadaku, dia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata: Aku mendengar
Rosululloh SAW. bersabda: Sesungguhnya umatku tidak berkumpul (sepakat) atas
kesesatan, lalu apabila kalian melihat perbedaan maka senantiasalah (mengikuti)
golongan mayoritas. ﴾Sunan Ibnu Majah Juz 2 Hal 1303﴿.
Ahlus
sunnah wal jama’ah adalah orang yang mengikuti golongan mayoritas disaat banyak
perbedaan. Ḥadiṡ di atas ada hubungan erat dengan ḥadiṡ di bawah ini:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
ﷺ عَلَى هَذِهِ الْأَعْوَادِ، أَوْ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ: "مَنْ لَمْ
يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ، وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ
لَمْ يَشْكُرِ اللهَ، وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ،
وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ" قَالَ: فَقَالَ أَبُو
أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ: "عَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ!" قَالَ:
فَقَالَ رَجُلٌ: مَا السَّوَادُ الْأَعْظَمُ؟ فَقَالَ أَبُو أُمَامَةَ: هَذِهِ
الْآيَةُ فِي سُورَةِ النُّورِ {فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ
وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ (النور: ٥٤)} ﴿مسند أحمد - ج ٣٠ ص ٣٩٢﴾
Dari Nu‘man bin Basyir berkata: Rosululloh SAW. bersabda
atas tongkat ini atau di atas mimbar ini: "Barang siapa tidak mensyukuri
perkara sedikit maka tidak akan mensyukuri perkara banyak, dan barang siapa
yang tidak bersyukur kepada manusia maka tidak akan bersyukur kepada Alloh, dan
menceritakan nikmat Alloh ialah syukur dan meninggalkannya ialah kufur, dan
jama’ah adalah rahmat dan perpisahan adalah ażab". Periwayat berkata: Abu
Umamah Al-Bahiliy berkata: "Senantiasalah mengikuti golongan
mayoritas!" Periwayat berkata: Seorang laki-laki berkata: Apa itu golongan
mayoritas? Abu Umamah berkata: Ayat ini di dalam surat An-Nur {Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rosul (Muhammad) itu hanyalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu
(An-Nur: 54)}. ﴾Musnad Aḥmad Juz 30 Hal 392﴿.
Kenapa
yang harus diikuti adalah golongan mayoritas? Jawabannya; karena tidak akan
terjadi sebuat kesepakan atas kesesatan. Bila para ’ulama﮲ diberbagai
daerah mempunyai pendapat yang sama, berarti kesamaan itu ialah petunjuk dari
Alloh SAW., sebab Alloh SWT. tidak akan mengumpulkan para ’ulama﮲ dalam
kesesatan. Nabi Muhammad SAW. bersabda:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا
يَجْمَعُ اللهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى الضَّلَالَةِ أَبَدًا وَقَالَ: يَدُ اللّٰهِ
عَلَى الْجَمَاعَةِ فَاتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ، فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ
شَذَّ فِي النَّارِ ﴿المستدرك على الصحيحين للحاكم - ج ١ ص ١٩٩﴾
Dari Ibnu Umar berkata: Rosululloh SAW. bersabda: Alloh
selamanya tidak mengumpulkan umat ini (Muhammad) atas kesesatan, dan Ibnu Umar
berkata: Kekuasaan (kenikmatan) Alloh berada pada jama’ah, maka ikutilah golongan
mayoritas, maka barang siapa menyendiri maka menyendiri di dalam neraka. ﴾Al-Mustadrok ’Alaṣ Ṣoḥiḥain Lil Ḥakim Juz 1 Hal 199﴿.
Nabi
Muhammad memerintahkan agar mengikuti golongan mayoritas dan memberi peringatan
bahwa orang yang menyendiri akan amsuk neraka. Maka dari itu jagan sampai
bercerai berai karena hanya satu golongan yang nantinya akan selamat di
akhirat. Hal itu sudah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah ḥadiṡ:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ
يَقُولُ: تَفَرَّقَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً،
وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى اثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَأُمَّتِي
تَزِيدُ عَلَيْهِمْ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا السَّوَادَ
الْأَعْظَمَ ﴿المعجم الأوسط - ج ٧ ص ١٧٥﴾
Dari Abi Umamah berkata: Aku mendengar Rosululloh SAW.
bersabda: Bani israil bercerai-berai menjadi tujuh puluh satu golongan, nasrani
bercerai-berai menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku golongannya lebih
(banyak) daripada mereka, semuanya masuk neraka kecuali golongan mayoritas. ﴾Al-Mu‘jam Al-Ausaṭ Juz 7 Hal 170﴿.
Yahudi
terpecah belah, Nasrani terpecah belah, bahkan umat Islam juga terpecah belah.
Lalu siapa yang akan selamat dan menempati surga kelak? Yaitu orang-orang yang
mengikuti golongan mayoritas. Siapakah golongan mayoritas? Jawabannya ada di
bawah ini:
ش - (السواد الأعظم) أي الجماعة الكثيرة. فإن اتفاقهم أقرب
إلى الإجماع. قال السيوطي في تفسير السواد الأعظم أي جماعة الناس ومعظمهم الذين
يجتمعون على سلوك المنهج المستقيم. والحديث يدل على أنه ينبغي العمل بقول الجمهور
﴿سنن ابن ماجه - ج ٢ ص ١٣٠٣﴾
Keteranagan - (As-Sawadul A‘ẓom) artinya jama’ah banyak.
Sesungguhnya kesamaan jama’ah banyak adalah paling mendekati ke ijma’
(pembulatan suara). As-Suyuṭiy berkata di dalam masalah penjelasan sawad a‘ẓom,
artinya: jama’ah manusia dan mayoritas, yaitu orang-orang yang berkumpul
atas perilaku ajaran yang lurus. Ḥadiṡ (itu) menunjukkan bahwa sesungguhnya
seyogya mengamalkan ucapan atau fatwa kebanyakan ’ulama﮲. ﴾Sunan Ibnu Majah Juz 2 Hal 1303﴿.
Golongan
mayoritas adalah kelompok terbanyak yang mengikuti ajaran yang lurus. Kelompok
banyak yang tidak mengikuti jalan yang lurus maka bukan disebut golongan
mayoritas yang harus diikuti. Yang menjadi titik tekan adalah orang-orang yang
berada pada jalan lurus, seperti penjelasan berikut:
قال السندي: قوله: (فإن تولَّواْ فإنما عليه ما حمِّل):
ظاهره أنه أراد أن من أطاع الله ورسوله، فهم السواد الأعظم، قليلين كانوا أو
كثيرين، والله تعالى أعلم. ﴿مسند أحمد - ج ٣٠ ص ٣٩٣﴾
As-Sindiy berkata: Firman Alloh (Faiŋ tawallau fainnamâ
’alaihi mâ ḥummila: “Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rosul
(Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya”: sisi luarnya yaitu
sesungguhnya orang yang taat kepada Alloh dan rosul-Nya maka mereka adalah
golongan mayoritas, baik sedikit atau banyak, wallôhu a’lam. ﴾Musnad Aḥmad Juz 30 Hal 393﴿.
Walaupun
hanya orang sedikit apabila yang diikuti adalah Alloh dan Rosul-Nya maka bisa
disebut “As-Sawadul A’ẓom”, terlebih apabila yang mengikuti Alloh dan Rosul-Nya
adalah kebanyakan orang. Penjelasan lebih mendalam tentang “As-Sawadul A’ẓom”
ialah sebagai berikut:
فَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَالنَّصَارَى عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً،
وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا عَلَى
الضَّلَالَةِ إِلَّا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
السَّوَادُ الْأَعْظَمُ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِي، مَنْ لَمْ يُمَارِ فِي دِينِ اللَّهِ تَعَالَى وَلَمْ يُكَفِّرْ
أَحَدًا مِنْ أَهْلِ التَّوْحِيدِ بِذَنْبٍ ﴿الشريعة للآجري - ج ١ ص ٤٣١﴾
Maka sesungguhnya bani israil bercerai-berai menjadi
tujuh puluh satu golongan, nasrani menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
sesungguhnya umatku akan bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan,
semua sesat kecuali golongan mayoritas. Para sahabat bertanya: Wahai Rosul
Alloh, siapa golongan mayoritas? Rosul menjawab: yaitu orang yang
mengamalkan perkara yang aku dan sahabatku mengamalkannya, orang yang tidak
menentang agama Alloh ta’ala dan tidak mengkafirkan seseorang dari penganut
tauhid sebab sebuah dosa. ﴾Asy-Syari’ah Lil Ajiriy Juz 1 Hal 431﴿.
Jika ada
yang mengaku ahlus sunnah wal jama’ah tetapi mencaci maki sebagian sahabat maka
ia bukan ahlus sunnah wal jama’ah, apalagi yang mudah mengkafir-kafirkan
orang Islam. Lihatlah keterangan di bawah ini supaya lebih mantap:
ولو سألت الجهال عن ذلك لقالوا: جماعة الناس ولايعلمون أن
الجماعة عالم متمسك بالكتاب والسنة ﴿مشيخة دانيال - ج ١ ص ٥﴾
Dan kalau kamu bertanya ke orang-orang bodoh tentang
demikian itu (golongan mayoritas) maka mereka mengatakan: jama’ah manusia,
mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya yang dimaksud adalah orang yang ’alim yang
berpegang dengan kitab dan sunnah. ﴾Masyyakhotu Daniyal
Juz 1 Hal 5﴿.
Kalau mau
mengikuti ahlus sunnah wal jama’ah maka ikutilah orang ’alim yang berpegang
teguh kepada kitab suci Al-Qur﮲an dan sunnah (ḥadiṡ) Nabi Muhammad SAW.. Kenapa harus
mengikuti orang ’alim? Kenapa tidak langsung kembali kepada Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ?
Setiap
Alloh SWT. menurunkan kitab suci (Al-Qur﮲an, Tauroh, Zabur
dan Iŋjil) pasti Alloh SWT. juga mengutus seorang Rosul. Kitab suci sebagai
buku pedoman dan Rosul sebagai guru yang menjelaskan. Seperti lazimnya di dunia
pendidikan, baik formal maupun non formal, tidak cukup hanya dengan mempelajari
buku-buku saja, tetapi harus ada guru yang membimbing. Demikian juga kitab
suci, harus ada seorang ustaż (guru) yang mumpuni ilmunya sebagai pembimbing
supaya tidak salah dalam memahami. Jika yang benar adalah langsung kembali
kepada Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ, tidak boleh mengikuti ’ulama﮲, dan seorang
ustaż tidak diperlukan, kenapa Alloh SWT. mengutus Rosul?
Bagi orang
yang ilmunya mumpuni memang bisa dibenarkan jika langsung kembali ke Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ. Lalu bagi orang awam tentu tidak bisa dibenarkan jika
langsung kembali ke Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ karena akan menimbulkan kesalahfahaman yang
fatal. Orang awam itu seharusnya mengikuti orang alim (’ulama﮲), dan hanya
’ulama﮲ yang boleh langsung berpedoman Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ.
Sebelum
Al-Qur﮲an diturunkan bangsa Arab adalah orang termahir tentang
bahasa arab. Bahkan orang Arab sangat banyak yang pandai sastra arab. Al-Qur﮲an diturunkan dengan bahasa arab di negara yang bangsanya paling banyak
mengetahui bahasa arab. Alloh SWT. pada waktu menurunkan Al-Qur﮲an juga disertai mengutus Rosul (Muhammad SAW.), padahal orang Arab bisa
berbahas arab dengan baik. Alloh tidak menyuruh bangsa Arab langsung belajar
Al-Qur﮲an, tetapi menyuruh iman kepada Rosul dan belajar Al-Qur﮲an kepadanya. Rosul itulah yang menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur﮲an. Alloh SWT. tidak menyuruh orang Arab langsung mempelajari Al-Qur﮲an, melainkan menyuruh orang Arab agar belajar Al-Qur﮲an dari Rosul. Ini
yang menjadi bukti bahwa ’ulama﮲ sebagai penerus Rosul yang membawa penjelasan-penjelasan Al-Qur﮲an, yang harus diikuti oleh orang awam. Jadi, tidak dibenarkan langsung
kembali kepada Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ bagi orang awam karena bisa menimbulkan
salah dalam memahami.
Sekarang
ini dunia pendidikan semakin maju, ada yang negeri ada yang swasta pula. Siapa
yang tidak meyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan di zaman akhir seperti
saat ini. Tujuan menyekolahkan anak supaya anaknya dididik oleh guru agar tidak
salah ilmu yang diperoleh, karena ilmu tersebutlah yang akan menjadi bekal
kehidupan di dunia. Nah, urusan duniawi (bersifat dunia) begitu diperhatikan
dan harus digurukan, kenapa urusan ukhrowi (bersifat akhirat) malah gegabah dan
tidak digurukan. Pendidikan formal tidak cukup hanya belajar dari buku, apa
cukup agama Islam langsung belajar dari Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ dengan
mengingat Islam diturunkan dengan disertai Rosul sebagai guru besar?
Mari
membuka mata dan telinga untuk menelaah sejarah Nabi Muhammad SAW.. Dahulu Nabi
Muhammad membangun Masjid Nabawi dan berserambi. Di serambi ada sejumlah
sahabat yang menetap untuk belajar Islam kepada Nabi Muhammad. Sahabat-sahabat
itu dinamakan aṣḥabuṣ ṣuffah. Aṣḥabuṣ ṣuffah ini yang menjadi
cikal bakal pondok pesantren atau lembagai pendidikan Islam lainnya yang
menyebar luaskan Islam. Aṣḥabuṣ ṣuffah tidak langsung mempelajari Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ sendiri-sendiri tetapi berguru kepada Nabi Muhammad SAW..
Kalau Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ boleh langsung dipelajari orang awam sendiri-sendiri
tanpa berguru, pasti Nabi Muhammad SAW. menyuruh pulang aṣḥabuṣ ṣuffah agar
mempelajari Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ secara langsung dan sendiri-sendiri dirumah.
Alhasil kita harus berguru kepada ’ulama﮲, dan tidak
boleh langsung kembali ke Al-Qur﮲an dan Ḥadiṡ.
Kembali ke
pembahasan ahlus sunnah wal jama’ah, kesimpulan ahlus sunnah wal jama’ah adalah
mengikuti apa-apa yang diajarkan Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan
cara berguru kepada ’ulama﮲.
Wallôhu
aʽlamu biṣ ṣowâb.