Akhir-akhir ini banyak umat islam yang
melalaikan żikir kepada Alloh SWT. Żikir sudah dianggap tidak penting untuk
diamalkan. Bahkan żikir sesudah ṣolat ditinggalkan dengan alasan tidak ada
dalilnya. Orang-orang yang tidak mau berżikir sesudah ṣolat dengan alasan tidak
ada dalilnya, mereka tidak mau bertanya kepada para ’ulama' yang mengetahui
tentang dalil-dalilnya żikir sesudah ṣolat. Setelah ṣolat langsung pergi begitu
saja, atau langsung pegang HP, siapa yang SMS?, siapa yang comment?, dll. Yang
diingat cuma duniawi, mereka melupakan ukhrawi, lupa siapa yang menciptakan
seluruh dunia dan isinya. Akhirat diabaikan dan Alloh dilupakan. Para ’ulama'
NU ternyata sangat cerdik dalam menyikapi keadaan zaman yang makin edan, yaitu
dengan cara berżikir jama’ah sesudah ṣolat lima waktu, "sang imam
mengeraskan bacaan żikir sesudah ṣolat dan para makmum mengikuti bacaan
imamnya". Yang demikian itu ternyata terdapat beberapa faedah. Beberapa
faedah żikir bejama’ah yang manfaatnya bisa banyak dirasakan ialah:
1.
Żikir berjama’ah
lebih ringan dilaksanakan daripada żikir sendirian, sehingga semangat berżikir
lebih besar, seperti halnya mengangkat beban berat akan lebih ringan jika
diangkat bersama.
2.
Dengan
nyaringnya żikiran sang imam maka makmum bisa mengenal żikir yang diamalkan
Nabi Muhammad SAW. sesudah ṣolat, bahkan makmum bisa hafal dengan sangat fasih
sekali.
3.
Karena terbiasa
żikir berjama’ah sesudah ṣolat maka kebiasaan berżikir sesudah ṣolat akan tetap
terjaga disaat ṣolat sendirian.
4.
Orang yang
terbiasa żikir sesudah ṣolat, di waktu lain lisannya akan ringan berżikir
terutama di saat sekarat.
Apabila ada orang yang
menyesat-nyesatkan amalan żikir berjama’ah sesudah ṣolat dan mengatakan
"fin nâr (akan masuk neraka)" maka tidak perlu didengarkan. Mari
direnungkan; apa benar orang yang lisannya basah dengan żikir akan masuk neraka
sedangkan orang yang jarang berżikir akan masuk surga? Islam itu bukankah agama
yang masuk akal?. Mari simak sabda Nabi Muhammad SAW.:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِيمَا يَحْكِي عَنْ
رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: مَنْ ذَكَرَنِي
فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَمَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ مِنَ النَّاسِ،
ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَطْيَب. ﴿مسند أحمد - ج ١٥ ص ١٤٥﴾
Dari Abi Huroiroh dari Nabi SAW. didalam perkara yang beliau ceritakan dari
Tuhannya Azza wa Jalla, Alloh berfirman: Barang siapa menyebut Aku di dalam
dirinya sendirian maka Aku menyebut dia di dalam diri-Ku, dan barang siapa
menyebut Aku di dalam kelompok manusia maka Aku menyebut dia di dalam kelompok
yang lebih banyak darinya dan (kelompok) yang lebih bagus. ﴾Musnad Aḥmad
Juz 15 Hal 145﴿.
Ḥadiṡ di atas sangat
jelas. Betapa beruntungnya orang yang disebut-sebut oleh Alloh, betapa
beruntung sekali orang yang disebut-sebut oleh Alloh di dalam golongan yang
banyak dan bagus. Oleh karena itu, warga NU khususnya dan umat Islam umumnya,
tidak baik meninggalkan żikir sesudah ṣolat, entah żikir sendirian atau
berjama’ah. Nabi Muhammad SAW. bersabda:
عَنْ سُهَيْلِ بْنِ حَنْظَلَةَ أَنَّهُ قَالَ: لَقَدْ
ذُكِرَ لِي أَنَّهُ لَا يَجْتَمِعُ قَوْمٌ عَلَى ذِكْرِ اللهِ إِلَّا نُودُوا؛
قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ ﴿شعب الإيمان
- ج ٢ ص ١٧٦﴾
Dari Suhail bin Ḥanẓolah sesungguhnya ia berkata: Sungguh benar-benar telah
disebutkan kepadaku bahwa sesunguhnya tidak kumpul suatu kaum untuk berżikir
kepada Alloh kecuali diumumkan; Kalian berdirilah, kalian diampuni, dosa-dosa
kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan. ﴾Sya'bul Iman Juz 2 Hal 176﴿.
Orang yang żikir berjama’ah
akan disapa oleh Alloh SWT., diampuni dosanya dan dosanya diganti dengan
kebaikan. Barang siapa tidak mau żikir berjama’ah berarti tidak mau disapa oleh
Alloh SWT., tidak mau dosanya diampuni dan tidak mau dosanya diganti dengan
kebaikan. Oleh karena itu mari berżikir sejenak setelah ṣolat, baik ṣolat
sendirian atau berjama’ah, baik żikir sendirian maupun berjama’ah. Yang terpenting
yaitu tidak meninggalkan żikir.
Żikir-żikir yang di sunnahkan sesudah ṣolat
ialah sebagai berikut:
1. ASTAGFIRULLÔHAL ’AẒÎM, ALLAŻÎ LÂ ILÂHA
ILLÂ HUWAL ḤAYYAL QOYYÛMA WA ATÛBU ILAIH 3 X.
عَنْ
أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا انْصَرَفَ
مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ: "اَللّٰهُمَّ أَنْتَ
السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ".
قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ: كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ:
تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ. ﴿صحيح مسلم - ج ١ ص ٤١٤﴾
Dari Abi
Asma' dari Ṡauban berkata: Rosululloh SAW. apabila berpaling dari ṣolatnya maka istigfar tiga kali dan beliau mengucapkan: ALLÔHUMMA
AŊTAS SALÂM, WA MIŊKAS SALÂM, TABÂROKTA ŻAL JALLI WAL IKRÔM. Al-Walid berkata:
Aku bertanya kepada Auza’iy: Istigfar itu bagaimana?. Auza’i berkata: kamu
mengucapkan ASTAGFIRULLÔH, ASTAGFIRULLÔH. ﴾Ṣoḥih Muslim Juz 1 Hal 414﴿
عَنِ
الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: مَنْ قَالَ دُبُرَ كُلِّ
صَلَاةٍ: "أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ
وَأَتُوبُ إِلَيْهِ"، غُفِرَ لَهُ وَإِنْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ. ﴿المعجم الأوسط
- ج ٧ ص ٣٦٤﴾
Dari
Al-Baro' bin ’Azib berkata: Rosululloh bersabda: Barang siapa mengucapkan
setelah setiap ṣolat: ASTAGFIRULLÔHALLAŻÎ LÂ ILÂHA ILLÂ HUWAL ḤAYYAL
QOYYÛMA, WA ATÛBU ILAIH, maka ia diampuni walaupun ia lari dari barisan perang.
﴾Al-Mu‘jamul Ausaṭ Juz 7 Hal 364﴿.
2. LÂ ILÂHA ILLALLÔHU
WAḤDAHÛ LÂ SYARÎKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL ḤAMDU YUḤYÎ WAYUMÎTU WAHUWA ’ALÂ
KULLI SYAIŊ QODÎR 3 X. ALLÔHUMMA LÂ MÂNI’A LIMÂ A‘ṬOITA WALÂ MU‘ṬIYA
LIMÂ MANA‘TA WALÂ YAŊFA’U ŻAL JADDI MIŊKAL JADDU.
عَنْ
عَبْدِ المَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ المُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ
قَالَ: أَمْلَى عَلَيَّ المُغِيْرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فِي كِتَابٍ إِلَى
مُعَاوِيَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقُوْلُ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
مَكْتُوْبَةٍ: "لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ
المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، اللّٰهُمَّ لاَ
مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا
الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ". ﴿صحيح البخاري - ج ١ ص ١٦٨﴾
Dari
’Abdul Malik bin ’Umair dari Warrod sekretarisnya Mugiroh bin Syu‘bah berkata:
Mugiroh bin Syu‘bah mendiktekan kepadaku di dalam surat (yang dikirim ke
Mu’awiyah: Sesungguhnya Nabi SAW. berżikir di akhir (sesudah) setiap ṣolat
wajib: LÂ ILÂHA ILLALLÔHU WAḤDAHÛ LÂ SYARÎKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL ḤAMDU,
WAHUWA ’ALÂ KULLI SYAIŊ QODÎR. ALLÔHUMMA LÂ MÂNI’A LIMÂ A‘ṬOITA, WALÂ MU‘ṬIYA
LIMÂ MANA‘TA, WALÂ YAŊFA’U ŻAL JADDI MIŊKAL JADDU. ﴾Ṣoḥiḥul
Bukhori Juz 1 Hal 168﴿.
عَنْ
أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله ﷺ: مَنْ قَالَ دُبُرَ صَلَاةِ الْفجْرِ
وَهُوَ ثَانِي رِجْلِهِ قَبْلَ أَنْ يَّتَكَلَّمَ "لَا إِلٰه إِلَّا اللهُ
وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهٗ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ
بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ" عَشْرَ مَرَّاتٍ كَتَبَ
اللهُ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ قَالَهَا حَسَنَةً وَمَحَى عَنهُ سَيِّئَةً وَرَفَعَ
بِهَا دَرَجَةً وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ قَالَهَا عِتْقُ رَقَبَةٍ وَكَانَ
يَوْمُهُ ذٰلِكَ فِيْ حَرْزٍ مِنْ كُلِّ مَكْرُوْهٍ وَحَرْسٍ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَلَمْ يَنْبَغِ لِذَنْبٍ أَنْ يُدْرِكَهُ فِيْ ذٰلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا الشِّرْكُ
بِاللهِ. ﴿عمل اليوم والليلة للنسائي - ج ١ ص ١٩٦﴾
Dari Abi
Darr berkata: Rosululloh SAW. bersabda: Barang siapa berucap setelah ṣolat
fajar (ṣubuḥ) dan ia membengkokkan kakinya sebelum berbicara "LÂ ILÂHA
ILLALLÔHU WAḤDAHÛ LÂ SYARÎKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL ḤAMDU YUḤYÎ WAYUMÎTU
BIYADIHIL KHOIR, WAHUWA ’ALÂ KULLI SYAIŊ QODÎR" sepuluh kali maka Alloh
menulis satu kebaikan baginya setiap satu ucapan, dan menghapus satu dosa
darinya, dan mengangkat satu derajat, dan setiap satu ucapan (dapat pahala) memerdekakan
budak baginya, dan harinya itu di dalam benteng dari setiap makruh, penjagaan
dari setan, dan tidak pantas ia mendapat dosa dihari itu kecuali menyekutukan
Alloh. ﴾’Amalul Yaum Wal Lailah Lin Nasai Juz 1 Hal 196﴿.
3. ALLÔHUMMA AJIRNÎ MINAN NÂR
عَنْ مُسْلِمِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ مُسْلِمٍ التَّمِيْمِيِّ:
أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ ﷺ: إِذَا
صَلَّيْتَ الصُّبْحَ فَقُلْ قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ: "اَللّٰهُمَّ أَجِرْنِيْ
مِنَ النَّارِ" سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَإِنَّكَ إنْ مُتَّ مِنْ يَوْمِكَ ذَلِكَ
كَتَبَ اللهُ لَكَ جِوَارًا مِنَ النَّارِ، فَإِذَا صَلَّيْتَ الْمَغْرِبَ فَقُلْ
قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ: "اَللّٰهُمَّ أَجِرْنِيْ مِنَ النَّارِ"
سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَإِنَّكَ إنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ كَتَبَ اللهُ لَكَ جِوَارًا
مِنَ النَّارِ ﴿السنن الكبرى للنسائي - ج ٩ ص ٤٨﴾
Dari Muslim bin Ḥariṡ bin Muslim
At-Tamimiy: Sesungguhnya ia bercerita kepada mereka dari ayahnya berkata: Nabi
SAW. bersaabda kepadaku: Apabila kamu selesai ṣolat ṣubuḥ maka ucapkanlah
sebelum berbicara: ALLÔHUMMA AJIRNÎ MINAN NÂR tujuh kali, maka sesungguhnya
jika kamu meninggal (dunia) diharimu itu maka Alloh memastikan untukmu
perlindungan dari neraka, apabila kamu selesai ṣolat magrib maka ucapkanlah
sebelum berbicara: ALLÔHUMMA AJIRNÎ MINAN NÂR tujuh kali, maka sesungguhnya
jika kamu meninggal (dunia) dimalam kamu maka Alloh memastikan untukmu
perlindungan dari neraka. ﴾As-Sunan
Al-Kubro Lin Nasai Juz 9 Hal 48﴿.
4. ALLÔHUMMA AŊTAS SALÂM, WAMIŊKAS SALÂM,
WA ILAIKA YA’ÛDUS SALÂM, FAḤAYYINÂ ROBBANÂ BIS SALÂM, WA ADKHILNAL JANNATA
DÂROS SALÂM, TABÂROKTA ROBBANÂ WATA’ÂLAITA YÂ ŻAL JALÂLI WAL IKRÔM.
قَالَ ثَوْبَانُ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ كَانَ إِذَا
انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ: "اللّٰهُمَّ
أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ". ﴿سنن ابن ماجه - ج ١ ص ٣٠٠﴾
Ṡauban berkata: Sesungguhnya Rosululloh
SAW. apabila berpaling (selesai) dari ṣolatnya maka istigfar tiga kali kemudian
berkata: ALLÔHUMMA AŊTAS
SALÂM, WA MIŊKAS SALÂM, TABÂROKTA ŻAL JALLI WAL IKRÔM. ﴾Sunan
Ibnu Majah Juz 1 Hal 300﴿.
5. WA ILÂHUKUM ILÂHUW WÂHID, LÂ ILÂHA ILLÂ
HUWAR ROḤMÂNUR ROḤÎM.
{وَإِلٰهُكُمْ
إِلٰهٌ وَاحِدٌ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيمُ (البقرة: ١٦٣)}. لما ذكر الله في الآيتين السابقتين وعيد الكافرين،
وختمه بأنهم خالدون في العذاب، وأنهم لا يُخفف عنهم ولا يُنظرون، أتبعهما هذه
الآية والتي تليها ليرشدهم إلى توحيده سبحانه لعلهم ينقذون أنفسهم من هذا الوعيد
الذي ينتظرهم، فهما مسوقتان لإثبات الألوهية لله تعالى وتفرده بها ﴿التفسير الوسيط
- ج ١ ص ٢٤٥﴾
{Dan
Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang (Al-Baqoroh: 163)}. Ketika Alloh menyebutkan
ancaman orang-orang kafir di dalam dua ayat yang dahulu, dan Alloh mencap bahwa
sesungguhnya orang-orang kafir kekal di dalam siksa, dan bahwa sesungguhnya
orang-orang kafir tidak akan diringankan (siksanya) dan tidak akan
ditangguhkan, maka Alloh menyusulkan dua ayat tersebut terhadap ayat ini dan
ayat yang mengiringinya untuk memberi petunjuk kepada mereka tentang keesaan
Alloh SWT. barangkali mereka menyelamatkan dirinya sendiri dari inilah ancaman
yang menunggu mereka, dua ayat itu digiring untuk menetapkan ketuhanan Alloh
SWT. dan esa-Nya ketuhanan. ﴾Tafsir Wasiṭ Juz
1 Hal 245﴿.
{وَإِلٰهُكُمْ
إِلٰهٌ وَاحِدٌ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيمُ (البقرة: ١٦٣)}. وهي آيات لقوم يتفكرون، فإن من تأمل في كل آية مما سبق،
وجدها مشتملة على وجوه كثيرة من الدلالات على وجوده تعالى ووحدانيته ورحمته وسائر
صفاته. ﴿التفسير الوسيط - ج ١ ص ٢٥٢﴾
{Dan
Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang (Al-Baqoroh: 163)}. Ini adalah ayat-ayat untuk
kaum yang berfikir, maka sesungguhnya orang yang merenungkan di setiap ayat
yang mendahuluinya maka tentu akan menemukan ayat tersebut memuat banyak hal
tentang petunjuk atas wujudnya Alloh SWT., keesaan-Nya, rahmat-Nya dan semua
sifat-sifat-Nya. ﴾Tafsir Wasiṭ Juz
1 Hal 252﴿.
6. Membaca ayat kursi (surat Al-Baqoroh ayat
255): ALLÔHU LÂ ILÂHA ILLÂ HUWAL ḤAYYUL QOYYÛM, LÂ TA'KHUŻUHÛ SINATUW WA LÂ NAÛM,
LAHÛ MÂ FIS SAMÂWÂTI WA MÂ FIL ARḌ, MAŊ ŻAL LAŻÎ YASYFA’U ’IŊDAHÛ ILLÂ BI IŻNIH,
YA‘LAMU MÂ BAINA AIDÎHIM WA MÂ KHOLFAHUM WA LÂ YUḤÎṬÛNA BI SYAI-IM MIN ’ILMIHÎ ILLÂ BIMÂ SYÂ',
WASI’A KURSIYYUHUS SAMÂWÂTI WAL ARḌO WA LÂ YAÛDUHÛ ḤIFẒUHUMÂ WA HUWAL ’ALIYYUL
’AẒÎM.
اللهُ لَا إِلٰـهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لَا
تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ لَّهٗ مَا فِي السَّمٰوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗ إِلَّا بِإِذْنِهٖ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖ إِلَّا بِمَا شَاءَ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ﴿البقرة: ٢٥٥﴾
Alloh, tidak ada tuhan yang berhak
diibadahi selain Dia, yang Hidup kekal lagi senantiasa mengurus (Makhluk-Nya);
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Alloh kecuali atas
Izin-Nya. Alloh Mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa-apa yang
di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Alloh
melainkan apa yang Dikehendaki-Nya. Kursi Alloh meliputi langit dan bumi. Dan
Dia tidak Merasa berat memelihara keduanya, dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha
Besar. ﴾Al-Baqoroh: 255﴿.
Sebagian mufasir (ahli tafsir)
mengartikan kursi dengan ilmu Alloh, ada pula yang mengartikan dengan
kekuasaan-Nya, dan ada juga yang menafsirkan lain.
7. Membaca tasbiḥ, taḥmid dan takbir
masing-masing 33 x yang diawali dengan membaca "ILÂHANÂ ROBBANÂ AŊTA
MAULÂNÂ".
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ
اللهِ ﷺ فَقَالُوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى
وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، فَقَالَ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالُوا: يُصَلُّونَ كَمَا
نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ
وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ فَقَالَ رَسُولَ اللهِ ﷺ: أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ
شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟،
وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ
قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولُ اللهِ قَالَ: تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ
وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً قَالَ أَبُو
صَالِحٍ: فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالُوا:
سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ﴿صحيح مسلم
- ج ١ ص ٤١٦﴾
Dari Abi
Huroiroh dan ini adalah hadiṡnya Qutaibah sesungguhnya orang-orang faqir
muhajirin mendatangi Rosululloh SAW. lalu mereka berkata: Orang yang hartanya
melimpah telah berjalan berjalan membawa derajat yang luhur dan kenikmatan yang
permanen (tetap). Rosululloh bertanya: Apa itu?. Orang-orang faqir muhajirin
berkata: Orang yang hartanya melimpah ṣolat seperti kita ṣolat, berpuasa
seperti kita berpuasa, bersedekah dan kita tidak bersedekah, memerdekan (budak)
dan kita tidak memerdekakan. Lalu Rosululloh SAW. bersabda: Mau apa tidak,
kalian aku ajari sesuatu yang dengan sesuatu itu kalian bisa menyusul orang
yang mendahului kalian dan dengan sesuatu itu kalian bisa mendahului orang sesudah
kalian?, dan tidak seorangpun yang lebih utama daripada kalian kecuali orang
yang melakukan seperti apa-apa yang yang kalian lakukan. Orang-orang faqir
muhajirin berkata: Ya, wahai utusan Alloh. Rosul bersabda: Kalian bertasbiḥ (subḥanalloh), bertakbir (Allohu akbar) dan
bertaḥmid (alḥamdu lillah) pada waktu selesai setiap ṣolat tiga puluh tiga
kali. Abu Ṣoliḥ berkata: Orang-orang faqir muhajirin kembali ke Rosululloh SAW.
lalu berkata: Saudara-saudara kita yang mempunyai harta melimpah mendengar
apa-apa yang kita lakukan lalu mereka melakukan seperti apa-apa yang kita
lakukan. Lalu Rosululloh SAW. bersabda: Adapun yang demikian itu adalah
anugerah Alloh, Alloh memberi anugerah kepada orang yang Dia kehendaki. ﴾Ṣoḥiḥ
Muslim Juz 1 Hal 416﴿.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ مَنْ سَبَّحَ
اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَتِلْكَ تِسْعَةٌ
وَتِسْعُونَ، وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ: "لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ"، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
﴿صحيح مسلم - ج ١ ص ٤١٨﴾
Dari Abi Huroiroh dari Rosululloh SAW.
"barangsiapa bertasbiḥ (subḥanalloh) kepada Alloh di saat selesai setiap ṣolat
tiga puluh tiga kali, dan bertaḥmid (alḥamdu lillah) kepada Alloh tiga puluh
tiga kali, dan bertakbir (Allohu akbar) kepada Alloh tiga puluh tiga kali, itu
(jumlahnya) sembilan puluh sembilan, dan berucap menyempurnakan seratus: LÂ
ILÂHA ILLALLÔHU WAḤDAHÛ LÂ SYARÎKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL ḤAMDU, WAHUWA ’ALÂ
KULLI SYAIŊ QODÎR, maka kesalahan-kesalahannya diampuni walapun
kesalahan-kesalahannya seperti buih laut. ﴾Ṣoḥiḥ Muslim Juz
1 Hal 418﴿.
8. Setelah selesai tasbiḥ, taḥmid dan
takbir lalu menyempurnakan dengan mengucapkan "ALLÔHU AKBAR, KABÎROW WAL ḤAMDU
LILLÂHI KAṠÎRÔ, WASUBḤÂNALLÔHI BUKROTAW WA AṢÎLÂ, LÂ ILÂHA ILLALLÔHU WAḤDAHÛ LÂ
SYARÎKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL ḤAMDU, YUḤYÎ WA YUMÎTU WAHUWA ’ALÂ KULLI SYAIŊ
QODÎR, LÂ ḤAULA WA LÂ QUWWATA ILLÂ BILLÂHIL ’ALIYYIL ’AẒÎM, ASTGFIRULLÔHAL ’AẒÎM,
INNALLÔHA GOFÛRUR ROḤÎM", seperti keterangan ḥadiṡ diatas.
9. Membaca tahlil "LÂ ILÂHA
ILLALLÔH" dengan diawali mengucapkan "NAWAINÂŻ ŻIKRO TAQORRUBAN
ILALLÔH, AFḌOLUŻ ŻIKRI"
... وَقَالَ:
كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ﴿صحيح مسلم - ج ١ ص ٤١٥﴾
...
dan Ibnu Zubair berkata: Rosululloh SAW. bertahlil dengan lafal-lafal itu pada
waktu selesai setiap ṣolat. ﴾Ṣoḥiḥ Muslim Juz
1 Hal 415﴿.
10. Berdo’a. Dalil
berdo’a sesudah ṣolat telah saya unggah di Blog saya (elsunniyu.blogspot.com
dengan judul postingan dalil berdo’a sesudah sholat
No comments:
Post a Comment